App herunterladen
75.75% The Lost City: El Dorado / Chapter 21: Chapter 24: Road To El Dorado (Part 2)

Kapitel 21: Chapter 24: Road To El Dorado (Part 2)

Kini seluruh orang yang ada di kapal tersebut langsung menatap Eunha tajam, mereka menunggu penjelasan Eunha karena ia membocorkannya kepada Sungjae. "Bang, gue beneran bilang ke Sungjae kalo lo yang punya buku mantranya doang. Kalian harus percaya sama gue!" SinB hanya diam sambil menyimak. "Aku.." seluruh pasang mat amenatap SinB, mendingan kamu turun di New York. Pulang, kita bicarain semuanya kalo udah selesai" Author hanya diam, "Please. Lo harus bilang sesuatu dong! Jangan diem kaya gini. Gue mohon" Author masih diam dan menatap Eunha, sementara SinB hanya diam dan menatapnya.

"Please percaya sama gue" SinB hanya diam karena ia tidak tahu harus berbuat apa, SinB langsung menghembuskan napasnya lalu ia berdiri, "gue mau keluar sebentar, mau cari angin dulu" SinB berjalan menaiki tangga menuju dek atas lalu ia keluar dari ruangan tersebut. "Ya tuhan" SinB menyandarkan punggungnya di tembok dan menepuk-nepuk dadanya "kau tidak apa-apa?" SinB hanya menatap Robert sekilas dan menggeleg.

"Haruskah gue putusin dia sekarang?" Robert menyandarkan punggungnya di pintu, lalu mengendikkan bahunya, "ntahlah, itu perasaan mu, bukan perasaan ku" SinB menundukkan kepalanya. "Aku tau kau merasa kecewa dengannya, begitu pula aku. Jika aku mendengar istriku membuka rahasia yang kita sepakati ke orang lain" SinB menghembuskan napasnya dan mengangguk-anggukan kepalanya, "thanks pencerahannya" Robert menepuk pundak SinB dan tersenyum, "ku selalu doakan yang terbaik untuk kalian" SinB mengangguk dan ia membuka pintunya.

Eunha lagsung menghampiri dan memeluk tubuh SinB namun, SinB menghindari pelukan Eunha, "aku mau bicara sama kamu" Eunha mengangguk. "Apa... kamu maafin aku?" SinB menatap Eunha, "kita break dulu" Eunha menggeleng "gak, gak, gak, gak, gak! Aku gak mau" SinB mengdhembuskan napasnya, "aku.." SinB menggeleng. "Aku tau kamu lagi jenuh sama hubungan ini dan juga... aku fokus ke masalah aku, bukan kamu" Eunha menggeleng-menggelengkan kepalanya. "Gak.." SinB mendengkus kesal. "Aku belom selesai ngomong, Eunha Jung. Tolong jangan potong omongan aku, aku udah berusaha sabar selama ini, aku.." SinB menahan air matanya, "maaf" SinB hanya menggeleng.

"Jangan ke aku minta maafnya, di sini kamu perbuat salah sama Author" SinB memberikan senyumnya, "sampai kapan?" SinB mengendikkan bahunya, "ntahlah" Author langsung memberikan sebuah kunci dan menepuk bahunya. "rak nomer 4" SinB mengangguk dan ia langsung keluar dari ruangan tersbut dan ia tidak menghiraukan panggilan Eunha.

London, United Kingdom 2020 AD

Jennie dan Jessica langsung turun dari mobil yang mereka 'sewa' dan melihat keadaan kota London yang telah hancur lebur, mereka berdua langsung turun dari mobil dan menarapgedung perpustakaan yang masih kokoh berdiri, "sekarang kita ngapain dah di sini?" Jennie langsung mengambil hapenya dan tersenyum senang, "seenggaknya Sam gak ngehancurin sinyal, bisa-bisa kita balik ke jaman batu" Jessica memutar matanya malas.

"Oh, ya Jen. Tolong dong, tanya Your Highness Robert. Gue semalem mimpi kalo SinB sama Eunha kebakar dalam, gedung. Apa mereka berdua hubungannya baik-baik aja?" Jennie hanya berdehem "done" Jennie langsung mengendikkan bahunya dan memasukkan hapenya kedalam hand bag yang ia bawa, "inget, lo kalo gak nurut gue tangkep, gue jebolin lo ke penjara" Jennie mengangguk dan mereka kini sudah berada di dalam perpustakaan.

Jennie langsung menghampiri meja yang penuh dengan majalah, "ih.. ada Vogue" Jennie langsung menlihat cover majalah tersebut, "ada yang edisi baru lagi" Jennie langsung membuka plastiknya dan membolak-balikan halamannya dan tersenyum. "Bagus-bagus banget" Jessica langsung menghampiri Jennie dan menggeretnya, "lo baca atau cuman cuci mata doang?" Jennie langsung menunjukkan ponselnya, "shopping spree setelah ini selesai" Jessica memutar matanya malas. "Lagian lo bakal di penjara bentar lagi" Jennie mendengus kesal.

Jessica langsung menggeret Jennie menuju gedung belakang perpustakaan dan mereka menatap gedung tersebut, "gue bingung, sebenernya kita mau kemana sih?" Jesssica menghembuskan napasnya kasar, karena Jennie mengambil selfie. "Gue beneran deh, kalo lo gak bisa diem, mending gue kurung aja di mobil. Biar kerjaan gue cepet" Jennie hanya mengangkat alisnya dan menatap Jessica. "Really?" Jessica mendengkus kesal.

"Oh ya, source yang kemaren-kemaren kita temuin,. Udah ngebales, katanya tinggal chat dia aja, kalo udah siap" Jessica mengangguk dan mereka berdua menatap pintu besar perpustakaan lalu menghembuskan napasnya, "oke, gue siap" Jessca membuka pintunya lalu ia merasakan ada sesuatu yang ganjal, "aneh" Jessica berusaha membuka pintunya dan mendorong-dorong pintunya "kok gak bisa?" Jennie memasukan hape ke dalam tasnya dan ia langsung menenendang pintunya menggunakan kakinya.

Jessica hanya diam dan menatap Jennie, "gue sabuk item karate, dah yuk masuk. Gue nanti yang bilang ke Author" Jennie langsung menyeret Jessica masuk kedalam gedung tersebut. "LO SADAR GAK SIH, KALO ITU PROPERTI PEMERINTAH?" Jessica memutar matanya malas "bilang aja ntar ke Author ya kan, kalo itu misalnya kita dalam misi menyelamatkan dunia?" Jessica mendengkus kesal, "sabar Jes" Jessica langsung mengkikuti Jennie dan hanya terdengar suara ketikan dari hape milik Jennie dan langkah kaki mereka, "banyak debu, kek udah lama gak di bersiin" Jessica mengibas-ngibaskan tangannya lalu menghembuskan napasnya.

"Eunha... bocorin rahasia kita kalo Author yang punya bukunya ke Sungjae" Jessica langsung menghentikan langkahnya dan menggaruk lehernya, "yang bener aja lo!?" Jennie langsung menunjukkan chatnya bersama Sowon, "nih.." Jessica menganmbil hape milik Jennie dan menggeram. "Nih" Jessica langsung mengembalikan hapenya dan mereka langsung melanjutkan perjalanan yang tertunda. "Ajarin kek, sepupu lo, gue sebenernya kurang yakin kalo sepupu lo bisa jaga rahasa" Jessica menghembuskan napasnya perlahan lewat mulut.

"Yang penting dia bukan adek gue" Jennie mendecih, "adek lo juga bener-bener nyakitin adek tiri gue" Jessica memutar matanya malas "udah ya, gue gak bela siapa-siapa kalo Robert salah gue lebih belain Robert" Jennie memutar matanya malas, "yaaa.. kalo itu mah, gue setuju" mereka langsung menghentikan langkah kaki mereka dan menatap pintu besar di hadaapan mereka.

"Bener gak sih?" Jennie mengangguk dan menunjukkan foto dari ponselnya, "pintu besar bertulisan Esther Sacholdoskich Haschbiech" Jessica langsung melihat ukiran besar dan tersenyum, "emang ini bahasa apa sih? Aneh banget" Jennie mengendikkan bahunya. Jessica langsung mendorong pintu namun ia merasakan sesuatu menahan pintunya dari dalam "kok gak bisa di buka?" Jennie langsung mendorong pintunya, "iya" Jessica langsung menggeram, "gimana..." Jessica langsung menatap ke sebuah kursi dan tersnyum.

"Lo gue angkat" Jennie langsung mengambil kursinya dan menaruhnya di depan pintu dan Jennie langsung memberirkan Jessica handbagnya dan melepaskan high heels, "really Jen?" Jennie hanya mengendikkan bahunya dan ia menenteng heelsnya, "siap ya?" Jessica langsung mengangkat kursinya dan Jennie langsung masuk kedalam bolongan tersebut, "lo kurus, tapi berat lo, berat banget asli dah" Jennie tidak perduli dengan perkataan Jessica dan ia langsung turun melalui lubang kecil tersebut dan ia mencium bau busuk dan mendapati jasad yang sudah membusuk.

Jennie segera mengangkat balok kayu besar dan membuka pintunya, "huh gue kira lo pingsan" Jennie memakai sepatu heelsnya dan menggeleng, "lo harus liat ini" Jennie langsung menarik lengan Jessica dan mereka berdua langsung menutup hidungnya. "Ini... asli, dan bukan gue" Jessica langsung melihat buku yang di pegang orang tersebut dan melihat adanya serangga yang juga berjalan di atas buku tersebut.

"Lo yang ambil, gue udah tadi ngangkat lo" Jennie langsung mendorong Jessica, "ya lo lah, lo kan Ibu Pentagon Amerika sementara gue penjahat, jadi.. silahkan" Jessica mendorong Jennie, "tangan lo udah kotor kan?" Jennie langsung mendengkus kesal dan kepala dari jasad tersebut langsung terputus dan mereka langsung berteriak.

"LO GAK CEPETAN AMBIL GIMANA MAU NGEBANTU AUTHHOR KALO GINI" Jennie langsung menggeplak kepala Jessica, "UMUR GUE TUA DARI LO!" Jennie mengkus kesal, "udah sadar ya tan?" Jessica menghembuskan napasnya kasar lalu ia menatap Jennie. "Kalo gitu, kita cari cara lain" Jennie melihat adanya tongkat pel, "gue yang singkirin kepalanya lo yang ambil bukunya" Jessica mengangguk.

"Deal" Jennie langsung menggelindingkan kepalanya ke samping dan Jessica langsung mengambil bukunya dan Jessica menghembuskan napasnya lega, "gitu kek dari tadi" Jennie menghembuskan napasnya kasar. Lalu menatap ke sekelilingnya, "ntahlah.. gue ngerasa ada yang janggal aja" Jessica mengangguk "kalo gitu, jangan sentuh apapun kecuali ini buku, oke?" Jennie mengangguk.

New York, United States of America 2020 AD

Author langsung menghampiri SinB, "kita ngisi bensin di sini dulu ada mesin yang panas dan perlu di perbaiki, terus..." SinB langsung mengambil kunci yang di pegang oleh Author dan berjalan menuju kamarnya, "gue ngerti" SinB menatap Eunha yang berdiri tepat di depannya, "aku.." SinB langsung berjalan ke dalam kamarnya dan merebahkan dirinya di atas kasur lalu memejamkan matanya. SinB merasakan getaran dari hapenya.

SinB mengambil hapenya dan melihat notifikasi dari hapenya dan ia mendengkuskan napasnya, "gak penting anjir" SinB meletakkan hapenya di night stand lalu memejamkan matanya. SinB dan mengurut keningnya. SinB kembali mendengkus kesal ketika ia mendengar suara orang yang mengetuk pintu kamarnya, "BUKA AJA, GAK DI KUNCI KOK!" SinB langsung duduk dan menyandarkan punggungnya di headboard dengan wajah kesal, "lo gapapa?" Author dan Pacar Author langsung menaruh satu toples jus acar dan nampan yang berisikan makanan dan sebotol whisky dan gelas kosong.

"You can talk to us, if you.." SinB menggeleng "I need space" Author langsung menepuk pundak Pacar Author dan mereka berdua langsung keluar dari kamar SinB, "gue malah di jerumusin ke alkohol, abang kurang ajar emang" SinB langsung membuka botol whiskynya dan menuangkannya ke dalam gelas kosong, "sandwich" SinB menghela napasnya. "Get mess up today, I'll be okay tomorrow" SinB mebmbuka bungkus sandwich tersebut.

.

.

.

.

.

.

SinB langsung meregangkan otot-ototnya yang kaku dan ia mendapati Eunha yang tidur di sampingnya, "untung masih lengkap baju gue" SinB menyelimuti tubuh Eunha menggunakan selimut dan ia meminum habis jus acarnya, "ughh... I hate this" ia langsung menghabiskan jus acarnya dengan sekali tegak, "brrrr..." SinB menghembuskan napasnya kasar lalu menatap Eunha yang tertidur di sampingnya. "Aku sebenernya gak mau lakuin ini ke kamu, tapi aku terlanjur kecewa. Karena kamu udah mulai gak jujur, dan gak bisa sabar" SinB mengusap pipi Eunha lembut.

SinB langsung menghapus air matanya dan berjalan menuju pintu kamarnya dan ia berjalan keluar, ia langsung menyenderkan punggungnya di pintu dan melihat ke kanan dan kirinya "woy ngapain?" SinB menghampiri Author yang sedang membantu para pekerja memperbaiki pintu kapal dan memeakai kacamata dan sepatu boot. "Gue baru bangun" Author mengangguk, "lo gak mau main poker? Lo juga udah di tungguin sama Robert, Sowon sama Wendy" SinB mengangguk, "bandarnya Jihyo?" Author mengangguk.

"Udah gih sono, lo gak akan mau kan, gue suruh kerja ginian?" SinB langsung menjauh dari area kerja Author, "woy, lo mau main gak? Kita belom mulai dari tadi. Bukan dari tadi sih, baru satu ronde" SinB langsung masuk kedalam ruangan yang di jadikan ruang bermain poker, "taruhan berapa-berapa?" SInB duduk di kursi kosong dan mengetok mejanya, dan Jihyo hanya mengangguk. "Black Jack 21, but yang menang harus traktir" SinB mengangguk. Jihyo langsung mengocok dan membagikan kartunya kepada Robert, Sowon, Wendy dan SinB.

SinB melihat kartunya dan mencari gelagat Robert, Sowon dan Wendy yang sedang melihat kartu mereka. "Jadi, gimana?" SinB menaruh chip di depannya, "raise?" SinB menggeleng, "apa kau dengannya sudah berbicara?" SinB menggeleng, "belom" SinB langsung berdiri dan mengambil air putih yang terdapat di pantry tersebut. "Gue, belom ngomong apa-apa sama Eunha" SinB duduk kembali lalu membuka tutupnya.

"Kalo di tanya sayang atau gak nya, gue sayang sama dia" mereka mendengar suara pintu yang terbuka dan seluruh pasang mata langsung menatap ke pintu, "gue mau keluar dulu" SinB langsung membuka kartunya dan pergi dari ruangan tersebut.

.

.

.

.

.

.

"Belom tidur?" SinB menengok ke belakang dan oa menangkap satu kaleng bir dan melihat bir tersebut, "Budwiser?" Author mengangguk, "yang light, gue minum Anker yang 0% alkohol" SinB langsung membuka segelnya dan menegak bir tersebut. "Gue tau lo kecewa, dan gue udah maafin Eunha" SinB menatap Author, "semudah itu lo maafin dia?" Author tersenyum lalu mengangguk, "forgiveness are strong, revenge are weak" SinB menatap kapal-kapal yang berada di depannya, "tapi salah gak sih, kalo gue minta break?" Author menggeleng, "lo gak perlu tanya ke gue. Tapi apa salahnya kalo misalnya lo kasih kesempatan ke dia buat berubah?" SinB menggeleng.

"Ntahlah" Author menepuk pundak SinB dan memberikan senyum kepada SinB, "belajar dari pengalaman gue, kalo lo omong ke mulut sayang di hati lo juga. Gue tau gak mudah buat sembuhin hati yang kecewa. Tapi kalo lo mau meaafkan, berarti lo kuat" Author langsung memberikan SinB sebuah jam Rolex yang di berikan oleh Robert. "Itu udah gue ganti batre, cuman.. belom gue bersiin darahnya. Tiga hari lagi, kita berangkat" SinB mengambil jam tersebut dan melihatnya dengan seksama.

"Gue duluan" Author langsung menghampiri Robert dan membiarkan SinB melihat-lihat jam yang ada di tangannya, ia mengusap sebuah ukiran yang bertuliskan 'Anderson' dan ia memasukkan jam tersebut ke dalam kantongnya.

London, United Kingdom 2020 AD

Jennie dan Jessica memasuki sebuah ruangan yang terletak tidak jauh dari perpustakaan tersebut, "bener-bener gede ini" Jennie langsung menahan lengan Jessica "apaan?" Jennie menengok ke kiri dan ke kanan, "di sini ada kamar mandi gak sih? Gue kebelet" Jessica mendengkus kesal, "untung masih siang" Jessica mengantar Jennie ke toilet dan ia menunggu di luar, Jessica mencium bau busuk "Jen, udah belom!?" Jessica mendengar suara flushing lalu mendengkus kesal. "Jen? Lo denger gue gak sih?" Jennie langsung membuka pintunya dan memutar matanya malas.

"Gue denger, tante Jess" Jennie mencium bau busuk, "masa ada mayat lagi sih!" Jessica dan Jennie langsung bergegas untuk mencari dari mana asalnya, "asli ini menurut gue bangke tikus" Jennie hanya diam dan terus fokus, "gak ada sinyal" Jessica mendengkus kesal, "Berapa bar? No service atau satu bar atau dua bat?" Jennie melihat ke layar ponselnya "satu dan itu EDGE" Jessica mengangguk, kini mereka sampai di pintu kayu besar dan ia menatap palang yang tertulis. "Sam's" Jennie menatap Jessica. "Bener firasat lo, Jen" Jennie mengangguk dan menatap pintu tersebut.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C21
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen