App herunterladen
6.87% Awakening Of The Fallen Soul / Chapter 9: kekecewaan

Kapitel 9: kekecewaan

Violet menyeret langkah kaki pelan saat dirinya baru saja turun dari kereta kuda yang dinaikinya.

Di depan sana, Violet dapat melihat ada beberapa orang berdiri, seolah mereka memang sudah menunggu kedatangannya, di sampingnya sendiri ada Adam yang sedari tadi memasang tatapan datar, serta Freya yang entah sejak kapan sudah bergelayut manja di lengan Adam.

"Tidak tau tempat," batin Violet kesal, ia menjadi sedikit sensitif jika sudah membahas soal Freya.

"Selamat datang, menantu ku."

Violet tersenyum simpul mendengar sambutan dari Axton, sejujurnya ia merasa canggung karena ini adalah kali pertamanya menginjakkan kaki di Istana Barat.

Bahkan sedari awal kereta kuda yang dinaikinya memasuki gerbang yang menandakan area masuk Kerajaan Barat, banyak sekali pasang mata yang memperhatikan, seolah memang sudah menanti dan tau akan kedatangannya.

"Selamat datang menantu." kali ini Violet menatap seorang wanita paruh baya yang wajahnya masih terlihat begitu cantik, ia menebak bahwa wanita ini adalah Ibunda Adam.

"Violet, kau cantik sekali, nak," kata wanita paruh baya itu lagi.

Violet yang masih bingung harus bersikap apa, hanya membalasnya dengan senyum manis.

"Selamat datang, kakak ipar," Violet menoleh ke asal suara, tepatnya di samping Victoria--ibunda Adam. Ada lelaki yang tengah menatapnya lekat.

"Jangan heran, aku Darrian Dawson, adiknya Adam," kata Laki-laki itu dengan suara tawa ringan di akhir perkenalan singkatnya.

"Darry, bersikap sopan lah kepada Violet," protes Victoria kepada putra nya.

"Apa masih kurang sopan ibu? Mungkin karena efek terlalu banyak bolos pelajaran khusus bangsawan, haha..."

"Dan karena itu, kau tidak pernah lulus tes ujian kebangsawanan," kata Victoria dengan kesal.

"Padahal nilai ku selalu tidak jauh beda dengan Adam, tuh..."

" Dalam Akademik kamu memang tidak ada masalah, tapi kesopanan itu juga penting Darry.."

"Ibu selalu saja bela Adam, ya ya ya.. bela saja terus!"

"Kata siapa ibu bela dia? Kalian berdua memang selalu suka buat ibu jadi tertekan," ucap Victoria dengan nada dramatis.

"Tapi aku tidak se menjengkelkan Adam kan? Tentu saja tidak!"

"Sudah sudah.. jangan membuat drama sekarang," kata Axton dengan nada jengah.

"Ya terserah, aku hanya sedikit tidak terima saja tadi."

"Sudah Darrian, lebih baik kau sambut kakak mu dulu."

"Mau di sambut bagaimana lagi ayah? Adam saja sepertinya masih menikmati kasmaran nya dengan Freya," balas Darry menatap Freya yang memang dari tadi berusaha menggoda Adam.

"Ada masalah?" Tanya Adam tak terima.

"Hey idiot, apa pantas bermesraan dengan selir mu di depan kami?"

"Kurasa tidak ada yang keberatan mengenai hal itu," jawab Adam acuh

"Dasar tidak waras," maki Darrian yang kemudian kembali menatap Violet.

"Kakak ipar, mau aku antar langsung kek kamar mu?"

"E-eh.. "

"Mari aku antarkan..."

"Apa maksudmu Darrian? Violet biar bersama ku saja," ujar Adam

"Kau tidak berniat menempatkan Violet dan Freya di kamar yang sama kan, Adam?"

"Kau pikir aku se gila itu, hah?"

"Bukannya kau sudah gila dari dulu?" Balas Darrian acuh, ia lebih memilih mengamit lengan Violet dan menuntunnya untuk masuk ke dalam istana.

"Darrian bodoh! Lepaskan Violet."

Darrian tidak berhenti dari langkahnya, diikuti Violet yang melangkah di belakangnya.

"Tidak usah kau perduli kan, biar saja cecunguk itu mengoceh sendiri," kata Darrian kepada Violet, Violet sendiri heran dan menebak, mungkin hubungan keduanya tidak begitu akrab.

"Me-memang nya kita akan ke mana?"

Darrian menoleh sebentar ke arah Violet, kemudian tersenyum penuh makna.

"Ke kamar mu tentu saja."

"Tapi, apa tidak apa meninggalkan mereka di depan sana?"

"Kau tidak perlu cemas, mereka tidak akan tersinggung, tapi kalau si bodoh itu tersinggung aku juga tidak peduli."

Violet terdiam, ia juga tidak tau akan menanyakan apa lagi, alhasil selama perjalanan menuju kamarnya, hanya keheningan lah yang menemani.

***

Lelah. Itu yang dirasakan Violet, setelah Darrian mengantarkannya ke kamar, langsung saja ia merebahkan tubuhnya.

Sebenarnya ia berniat ingin membersihkan diri terlebih dahulu, namun rasa letih itu tak dapat ia tahan lagi, jadilah ia membaringkan dirinya sejenak.

Cklek..

Violet menoleh kearah sang pelaku yang baru saja membuka pintu kamarnya.

"Sedang apa?" Jujur saja, Violet merasa jengah ketika melihat orang itu selalu berada dihadapannya di saat ia sedang dalam mood yang buruk.

"Kenapa? Ini kamar ku juga."

"Maksudku, sedang apa disini? Bukannya kau harus selalu bersama Freya?"

"Kenapa jadi kau yang mengatur? Mau di manapun aku berada, ya terserah padaku."

Violet menyerah, ia sudah tidak memiliki kekuatan untuk beradu mulut lagi, selain merasakan letih di seluruh tubuh, ia juga merasa kering di tenggorokan.

"Oh ya, sebenarnya aku juga ingin memberitahu mu satu hal, Yang Mulia Aldridge Hallbert akan datang kemari malam ini, entah apa yang ia inginkan, tapi dari surat yang ia kirim, katanya ia ingin bertemu dengan mu."

"Hhmm.." dehem Violet.

"Apa kalian memiliki janji? Atau mungkin kah kau melakukan kesalahan waktu menemuinya waktu itu?"

"Hhmm.."

"Ckk, kau dengar tidak, sih?"

"Hmm.."

"Violet, apa kau dengar semua yang ku katakan?" Adam mengguncang lengan Violet pelan, memastikan apakah wanita yang tengah menutup matanya ini masih sadar atau sudah terlelap.

"Bisa-bisanya dia menjawab ku saat tertidur," gumam Adam yang kemudian menarik selimut hingga menutupi atas dada Violet.

Adam memperhatikan wajah isterinya itu lekat, mau seberapa banyak ia menyangkal pun tidak akan bisa merubah kenyataan bahwa, Violet memang sangat cantik, bahkan Freya pun jauh sekali bila dibandingkan dengan Violet.

Isterinya itu memiliki paras yang dapat membuat hati pria manapun bergetar, Adam saja tidak dapat berdalih bahwa sebenarnya ia merasakan secercah perasaan hangat saat berada di dekat Violet, seandainya pernikahan ini tak terjadi karena kesepakatan sepihak, pastinya Adam akan dengan segenap hati menerima Violet.

Sekarang ia hanya merasa tak di hargai oleh siapapun, hidup nya seakan bukan miliknya, hanya itu yang ia kecewakan kini, bahkan rasa kecewa nya lebih besar dari pada rasa kagumnya terhadap Violet, ia sedang marah karena merasa dirinya seperti tak berhak untuk mengambil keputusan.

Untuk saat ini seperti itulah keadaan yang dialami Adam, tidak tau dengan besok, lusa, atau kedepannya.

***


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C9
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen