App herunterladen
86.47% RE: Creator God / Chapter 326: CH.326 Menyela

Kapitel 326: CH.326 Menyela

Apa-apaan Jurai itu? Cara bicaranya sama sekali tidak menyenangkan untuk didengar. Walau diminta oleh Aeria, dia tetap melakukannya dengan setengah hati. Sebenarnya aku tahu bahwa jangankan bicara, datang ke sini saja tidak ada keniatannya Jurai itu.

Walau begitu namanya kebencian itu harus diselesaikan, atau hanya akan jadi penyesalan nantinya. Sudah terlalu banyak penyesalan yang kualami, makanya aku tidak ingin Jurai menjadi korban selanjutnya oleh kasus yang mirip.

Sekarang kalau aku boleh menyatakan, lebih baik Jurai yang tegas dan pelawak daripada dia yang seperti ini. Menyakitkan, itu mungkin perasaan yang dialami oleh anak cucunya. Jujur walau aku sudah dengar ceritanya, aku tetap tidak paham kenapa rasa sakit yang dialami Jurai begitu mendalam sampai dia tidak bisa menyelesaikannya.

"Tidak bisakah darling berbicara lebih sopan? Aku sudah bilang kemarin bahwa darling harus memberikan kesempatan ini kepada mereka dari hatimu yang paling dalam, bukan hanya sekedar terpaksa."

Bahkan Aeria sekarang protes karena Jurai tidak melakukannya dengan keinginan hatinya sendiri. Memang manusia butuh dorongan dan paksaan untuk awalnya, tetapi tidak selama kau mengandalkan itu terus-menerus sampai terikat.

Dalam kasus ini, Jurai begitu terikat kepada Aeria, sampai-sampai seolah-olah hanya Aeria lah yang bisa menjadi alat baginya menyelesaikan masalah. Jurai yang kuketahui seharusnya tidak selemah ini. Kurasa sekarang aku mengetahui bagaimana Jurai yang asli tanpa topeng.

Kenapa? Ada masalah dengan topeng? Kau kira tawa dan canda kami selama ini itu asli? Tidak, itu hanyalah topeng untuk menutupi ekspresi kesakitan kami akan setiap masalah yang ada. Makanya jangan heran kalau kami melepas topeng yang hampir selalu menempel.

"Haruskah aku ulangi lagi…? Aku mengerti, aku mengerti. Walau ini terasa berat, tetapi aku benar-benar ingin memberikan kesempatan kepada kalian semua untuk kedua kalinya, agar diriku bisa memandang kalian berbeda dari yang sekarang ini."

"Terima kasih papa, itu yang kami inginkan. Kami akan membuktikan bahwa kami tidak akan mengecewakan papa lagi."

"… akan kutunggu perubahannya."

Sebenarnya aku dan Shin diam di dekat jendela di atas atap untuk mendengarkan percakapan ini. Namun rasanya sudah lelah kami hanya berbicara tanpa bisa mengkomentrasi sebenarnya apa yang terjadi. Maka sekejap saja aku dan Jurai turun, masuk ke ruangan makan.

Tidak etis kalau aku memaksa masuk, tetapi aku rasa tidak akan ada yang mempedulikannya karena ruang makan tidak terjaga oleh prajurit di dalamnya, hanya di luar. Itu memudahkan kami masuk dengan cara yang unik.

"Yo, tidak masalah kan kalau kami ikut dalam pembicaraan kalian?"

"Kalian berdua!? Dari mana kalian masuk? Ah tunggu, tidak usah dijawab, toh kalian ahlinya kalau soal sihir."

"Hoo, awalnya aku berharap kalau kau totalitas terkejut, tetapi kalau kau sudah mengira bagaimana cara masuk, jadi tidak seru deh."

Aku lumayan berharap waktu tadi Jurai terkejut, tetapi dia langsung menyadari kalau kami menyusup dengan cara sihir. Ya mau bagaimana, dia kemarin sudah ikut dengan kami dan mengerti bagaimana cara kami masuk dan menyusup.

Mungkin Shin tidak begitu soal hal beginian, tetapi kalau teman bermainnya itu aku, ya jangan ditanya lagi. Aku paling ahli kalau disuruh menyusup masuk. Sebenarnya tanpa sihir bisa, tetapi Shin tidak bisa mengimbangiku. Toh dulunya aku itu seorang Assassin, pergerakan yang luwes.

"Kurasa kalian sudah mendengar kabarnya dari Kiera ya? Kalau kalian lebih cepat dari kami, seharusnya entah sihir terbang atau teleportasi, kalian yang mana?"

"Teleportasi lah, kau bercanda kalau pakai sihir terbang? Aku sudah memakan banyak waktu untuk persiapan tadi, jadi harus cepat. Untung kami datang tidak lama setelah kalian datang."

"Jadi percakapan tadi kalian pun dengar ya? Dari mana kalian mendengarnya? Apa jangan-jangan kalian dari tadi di situ?"

"Kalau kami di sini, Jurai seharusnya sudah menyadarinya. Kan ada distorsi sihir yang ada di sini kalau kami sembunyi pakai sihir. Itu, di atas."

Dengan satu telunjuk saja aku menunjuk ke arah di mana aku dan Shin sembunyi tadi. Yahh, tidak buruk juga sembunyi dengan cara seperti itu. Kalau ini bukan istana yang sesimpel ini dan dibantu sihir, mungkin kami pakai cara ekstrim dari ketinggian yaitu pesawat, layaknya para tentara.

Tunggu, kalau aku berbicara terus, niatku menyela malah jadi berubah dong? Lihat saja tuh anak cucu dari Jurai dan Aeria, sampai kebingungan begitu dan berbisik-bisik sendiri. Sebaiknya aku perkenalkan diriku terlebih dahulu deh.

"Pantas saja tidak terasa, hebat kau itu."

"Sebelum itu maaf sudah menyela. Kepada kalian keturunan Jurai dan Aeria, perkenalkan namaku Guirusia Sin. Jangan terkejut kalau nama keluargaku dan Jurai sama."

"Oh ya, sampai lupa perkenalan lho, kau keseruan sih Sin. Namaku Kihinnoaru Shin, teman Sin dan Jurai sejak lama, aku juga meminta maaf sudah menyusup masuk."

Yahh, maaf, toh niat kami untuk berbicara dengan Jurai dan menasihatinya sekali lagi, malah jadi mengerjain Jurai dan berbicara dengan Aeria. Jadi tidak sopan kan kelihatannya diri kami itu. Makanya aku menundukkan kepalaku sedikit untuk memberi rasa hormat.

Namun memang, tidak seperti orang lainnya saat menghadap para bangsawan, toh kami sudah kenal dengan Jurai dan Aeria yang lebih tua dari mereka semua. Kalau memang ada raja atau ratu dari barisan ini, aku tetap tidak akan menundukkan kepalaku dalam-dalam. Aku juga pernah jadi raja juga, jadi tidak akan.

"Tidak apa-apa sih, lagipula kami sudah menduga kalau kalian akan mengejar kami, walau tidak secepat ini. Makanya kami meninggalkan pesan pada Kiera karena dia yang bangun paling pagi dari kalian."

"Oh ya, karena tidak ada kursi kosong, tunggu sebentar, aku akan memintanya untuk kalian dulu."

"Untuk apa kalau aku bisa membuat dua kursi untuk aku dan Shin. Nih, satu untukmu Shin yang simpel aja karena aku tidak mengaktifkan kekuatanku penuh."

"Santai saja. Lama-lama aku jadi terbiasa kalau kau menciptakan sesuatu Sin."

Kami duduk dekat dengan Jurai dan Aeria tentunya. Kalau ini dalam kondisi normal, kami pasti sudah ditarik keluar karena ketidaksopanan kami. Untungnya tidak ada penjaga di sini, kalau ada pun kami bisa menanganinya dengan mudah.

Sekarang saatnya membahas soal Jurai dengan mereka, karena itu tujuan awal aku dan Shin datang. Awalnya memang hanya ingin mendengar, tetapi situasinya sudah berubah sejak sikap Jurai sampai sebegitunya kepada semua keturunannya.

Anehnya saat dia melihat kami, sifat tertekannya tiba-tiba hilang dan berbicara dengan nada normal seperti biasa. Kurasa ini juga memberikan pengaruh kepada keturunannya, karena mereka tidak akan menduga tiba-tiba Jurai berbicara dengan santai kepada orang lain, tetapi tidak dengan mereka.

"Oke, karena kami sudah datang, maka akan kukatakan saja pendapatku soal tadi. Jujur Jurai, kau itu sialan. Memang aku tahu perasaanmu, makanya aku tidak mengatai kau badjingan. Namun sikapmu sudah keterlaluan."

"Walau aku jarang ikut campur kalau pembahasannya seperti ini, aku juga akan mengatakan karena aku sendiri pun punya pengalamannya. Kalau boleh dibilang, tanggapanku kepadamu Jurai juga sama seperti Sin."

Kami berdua kesal kepada Jurai yang tidak memiliki sikap yang baik untuk menanggapi. Memang aku pernah mengatakan bahwa semua orang punya kasih sayang, terlebih lagi orang tua. Dan dari semuanya, yang paling panjang sabar itu orang tua kita.

Namun memang, semuanya punya batasan, bahkan orang tua kita bisa lelah dengan kesalahan yang kita buat. Pasti begitu, tetapi akan kembali dengan normal setelah waktu singkat karena tidak mungkin membenci anak cucunya sendiri.

Berbeda dengan kasus Jurai, bahkan kasih sayangnya malah membeku di hadapan keturunannya. Kurasa dia bukan orang tua yang kompeten dan bisa memaafkan dengan mudah layaknya Aeria, istrinya sendiri.

"Kalian benar-benar blak-blakan kalau menjelekkan diriku ya?"

"Niat kami bukan begitu. Jurai, kami juga sudah punya pengalaman yang sama, tetapi reaksi kami tidak seperti kau. Memang dihina dan tidak dipercayai itu menyakitkan, kami juga tahu. Namun kau sebagai orang tua seharusnya tidak bersikap seperti itu."

"Yang dikatakan olehmu Sin juga sudah pernah kukatakan pada Jurai kok. Hanya saja dia memang kolot dan keras kepala, kalian juga sudah tahu itu kan?"

Iya, kalau bukan karena sifat keras kepalanya, pastilah Jurai sudah memaafkan dari lama. Namun buktinya sampai sekarang tidak ada perubahan sifat menurut cerita Aeria. Bahkan setelah anak cucu mereka sudah tercerahkan, sifat Jurai tetap sama.

Karena inilah kata Aeria bahwa anak cucunya sampai menangis di pelukannya dengan perasaan amat sangat bersalah pada Jurai sudah bersikap seperti itu dulu. Kalau itu dilakukan kepada Jurai sambil menangis, kurasa itu tetap tidak akan merubah situasinya.

"Pastilah kami tahu. Kalau bukan karena sifat keras kepalanya, masalah yang ada mungkin sudah selesai dari lama. Bahkan kami mendapat masalah karena sikapnya itu."

"Hei kalian, kemarin kalian membantuku, sekarang malah memojokkanku?"

"Karena kami sudah muak Jurai. Bahkan kami teman baikmu selama ratusan tahun pun mengerti sifatmu dari dulu."

"Jangankan teman, kita saudara kandung Jurai. Tidakkah kau tahu, mama menangis saat mendengar cerita dari Aeria kemarin? Kau tidak tahu karena sudah masuk kamar duluan."

Semalaman kami semua, kecuali Feliha sudah mendengar cerita dari Aeria, termasuk mama tentunya. Makanya mama ingin Jurai memaafkan dengan benar kepada keturunannya. Mama tidak ingin bahwa anak-anaknya membenci orang sampai sebegitunya tentu.

Perasaannya sebagai mama tetaplah kuat walau kita datang dari kenyataan yang berbeda. Iyalah, kalau bukan kenyataannya berubah karena aku menyelamatkan mama, mungkin jalan ceritanya masih sama seperti yang dulu, aku dan Jurai di Terra terbuang.

"Mama…? Benarkah mama menangis?"

"Tentu, untuk apa kami berbohong? Lagipula kalau memang kami berbohong, itu untuk kebaikanmu juga kok Jurai."

Itu pernyataan jujur dari kami, makanya hatiku ikut remuk karena mama menangis. Sebagai anaknya, aku juga tidak tega kalau mama sampai menangis, perasaanku hancur saat itu. Benar-benar tercampur aduk perasaan jengkel, marah, kesal, ingin membantu, dan lainnya juga.

"Aku sudah membuat mama menangis ternyata… kurasa memang aku harus berubah ya?"

"Itulah tujuan kami datang Jurai. Sekarang, untuk terakhir kalinya, maukah kau memaafkan masalah ini toh kau papa dan kakek mereka?"

"… baiklah. Kurasa memang aku sudah terlalu lama mememdan masalah ini. Sebagai papa dan kakek, masalah apa pun di masa lalu, aku memaafkan kalian. Namun aku harap kalian tidak mengulang kesalahan yang sama dan mengecewakan aku."

"Tentu saja, kami akan memegang perkataan kami, terima kasih."


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C326
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen