App herunterladen
11.93% RE: Creator God / Chapter 45: CH.45 The Goddess Tear

Kapitel 45: CH.45 The Goddess Tear

Kiera dan aku sudah memberanikan diri untuk masuk ke dalam gedung tempat karakter Kiera sebagai Goddess aku buat. Anak-anak sudah masuk terlebih dahulu. Jadi kami tidak ingin melewatkan satu hal pun tentang reaksi mereka.

"I-itu bukankah itu mama!?" anak-anakku begitu terkejut ketika melihat karakter Kiera yang sedang duduk menangis di bawah sinar rembulan.

"Jadi ini yang kau rancangkan sayang?" Kiera melihat kepadaku mengetahui apa yang aku sudah buat.

"Hehehe, aku hanya kepikiran satu hal ini. Lihat aja sampai akhir." sedikit memalukan sih.

Anak-anakku mulai mendekati karakter Kiera walau masih belum dalam jarak untuk berinteraksi dengan karakter Kiera itu. Mereka mungkin benar-benar terkejut, tetapi mereka tetap harus menjaga diri mereka agar tidak terbawa emosi yang tak terkendali. Mungkin mereka juga mengingat pesanku bahwa akan menyesali jika tidak melakukannya, jadi mereka memberanikan diri apa pun yang terjadi nantinya.

"Walau ini adalah mama, kita harus tetap menegarkan hati kita. Aku tau kita semua rindu mama, tetapi ini hanyalah sebuah karakter." sebagai laki-laki, Kyosei menetapkan langkah hatinya.

Dari anak-anakku, hanya kedua anak laki-lakiku saja yang berhasil menahan tangisan mereka, sedangkan Furisu sudah menangis walau ditahan dan untuk Migusa dia sudah menjerit dari hatinya yang terdalam.

Walau lebih muda, tetapi Kyosei tau sebagai laki-laki harus bisa menenangkan kakak perempuannya. Aku tidak mengira bahwa hanya bertemu dengan Kiera walau hanya sebuah karakter akan membuat hati mereka tersayat seperti ini.

"Ta-tapi i-itukan mama…." Migusa hanya bisa terjatuh tak kuasa menahan perasaan yang meluap dalam dirinya.

"Aku tau Migusa-oneesan, tetapi sesuai perkataan Kyosei, kita harus menjalani ini. Papa sudah berkata bukan kalau kita tidak menjalankan misi ini kita akan menyesal nantinya?" Shouko masih bisa bertahan berdiri walau hatinya mulai goyah.

Di saat ini Kiera juga ikut sedih dan menangis melihat anak-anak menangis. Aku rasanya juga ingin menangis, tetapi aku hanya bisa menahan diri. Aku hanya bisa memeluk Kiera dari depan untuk melegakan tangisannya. Kiera sudah menangis 2 kali di hadapanku hari ini.

Anak-anak mulai tidak peduli lagi bahwa dunia ini game lagi, mereka hanya peduli apa yang ada di depan mata mereka. Melihat mama mereka ada di depan mata mereka adalah hal yang tidak pernah mereka duga. Walau ini hanya karakter buatanku semata, tetapi perasaan pun bisa goyah.

"Apakah hanya aku dan Shouko saja yang akan bertahan dan menemui mama? Apakah Migusa-oneesan dan Furisu-oneesan tidak ingin memeluk mama dari dekat? Lihat mama juga sedang sedih dan menangis seolah merindukan kita datang memeluknya." ucapan Kyosei benar-benar membuatku sangat tersentuh.

Shouko dan Kyosei memang tidak pernah menunjukkan rasa kasih sayangnya kepada mamanya atau memeluk dan hal lainnya, tetapi aku paham bahwa mereka berdua itu bahkan lebih tersayat hatinya mengetahui mama tercintanya itu koma. Mereka sadar bahwa yang laki-laki harus lebih tangguh dalam menghadapi cobaan seperti ini.

"Aku tau! Bahkan kau tidak usah bilang pun onee-san tau. Tetapi aku bahkan tidak punya keberanian atau muka untuk bertemu dengan mama." hati Furisu menjerit sangat dalam dan hal itu bisa kami, aku dan Kiera rasakan.

"Bangkitlah nee-san. Aku tau, bahkan aku juga paham bahwa apa kita punya muka untuk bertemu dengan mama lagi. Tetapi, ayolah kita harus menguatkan diri kita." Shouko mengulurkan tangan kepada Furisu sedangkan Kyosei memapah Migusa agar dirinya tidak terjatuh lagi.

Dengan langkah perlahan mendekati karakter Kiera, rasa rindu mereka juga semakin bertambah kuat. Di satu sisi mereka berkata bahwa ini hanyalah sebuah karakter, tetapi di sisi lain hati mereka mengatakan bahwa ini adalah mama mereka yang selalu mereka dambakan untuk bangun dari komanya.

"Kau lihat itu sayang? Betapa anak-anak ingin dirimu segera bangun." aku berbisik ke telinga Kiera saat sedang memeluknya.

"Tapi… aku…." Kiera masih saja tidak bisa menahan rasa sedih dan tangisannya.

"Apa yang akan dikatakan anak-anak kalau mamanya juga tidak sanggup menemui mereka?" aku mencoba menguatkan hati Kiera.

Menjadi orang tua itu tidak mudah, itu yang aku pelajari setelah menjadi orang tua selama beberapa tahun. Awalnya aku selalu mengira bahwa orang tuaku sendiri itu brengsek. Tetapi aku sudah melupakan semuanya itu, setidaknya aku mengampuni dirinya karena aku tau jadi orang tua memang bukan hal yang mudah.

Harapanku hanya satu, biarkan kebahagiaan di dalam keluargaku tidak pernah hilang. Itu yang selalu kuharapkan walau aku tau bahwa semuanya ini akan berakhir suatu saat nanti. Sebuah harapan yang akan berakhir sama saja harapan palsu.

"Baiklah... tapi peluk aku selalu. Aku tidak ingin jauh darimu." ketika seorang perempuan sudah berkata seperti ini, artinya dia ingin disayangi.

Sebenarnya aku paham bahwa Kiera ingin sekali memeluk anak-anaknya, merasakan kehangatannya, menangis bersama mereka. Semua itu aku pahami, tetapi aku sudah mencoba dalam satu tahun ini dan tidak pernah berhasil, mendekati pun tidak.

"Kalau kau memang belum siap kita bisa menemui mereka nanti lagi. Sekarang kita lihat dulu saja anak-anak."

"Baiklah jika itu perkataanmu sayang."

Butuh waktu untuk anak-anak bisa meneguhkan hatinya. Kira-kira mereka menghabiskan 10 menit dari ucapan terakhir Kiera untuk mereka memberanikan diri menemui karakter Kiera.

"Mama itu kah kau…?" Furisu mencoba mendekati karakter Kiera terlebih dahulu.

"Ohh pejuangku… tidak kalian bukan pejuang. Hai… anak-anakku." dalam tangisannya karakter Kiera masih mengenali karena itu sudah kurancang.

Tak kuasa menahan rasa rindu mereka, semua anakku langsung saja berlari mendapati karakter Kiera dan memeluknya. Cukup pengetahuan saja, misi 'The Goddess Tear' kelihatannya memang melewati proses yang sangat sulit dan tingkat kesulitannya memang yang paling atas. Tetapi ketika kau sudah menemui karakter Kiera, hanya satu yang perlu kalian lakukan untuk menuntaskannya, memeluk Kiera dan membuatnya tenang.

"Mama…." anak-anakku menangis menjerit ketika memeluk karakter Kiera.

"Ahh lihat itu sayang. Kalau saja aku bisa membuatmu yang ada dipelukan mereka… tunggu ada satu jalan!" tiba-tiba sebuah ide memenuhi isi pikiranku.

"Jalan…? Jalan apa itu?" rupanya dalam kesedihannya Kiera masih bisa sadar akan ucapanku.

Memang ini tidak akan bertahan lama, tetapi dengan menggunakan jalan ini, maka Kiera bisa memeluk mereka secara langsung.

"Memindahkan jiwamu ke karakter itu." aku menunjuk karakter Kiera.

"Apakah bisa?"

"Dengan teknologi dan secara teknis tidak, tetapi itu bukan masalah untuk sihir."

Dengan sihir semuanya memungkinkan. Apalagi aku yang seorang dewa pencipta, sihir apa pun bukan lah tantangan untuk aku buat.

"Tapi… aku belum siap menemui mereka." rasa ragu-ragu dalam diri Kiera menahannya untuk melakukan hal ini.

"Aku tidak akan memaksamu. Lakukan lah sesuai dengan kemauanmu saja. Aku hanya menawari hal yang memungkinkan untuk dilakukan." jika Kiera memang belum siap aku akan menghargai keputusannya.

"Hah~ tapi aku juga sangat rindu. Baiklah lakukan ini hanya untuk kali ini saja."

"Keputusan yang bagus."

Aku langsung menyiapkan sihir untuk memindahkan jiwa ini. Sihir ini butuh waktu dan tenaga yang cukup besar. Untung saja karena aku sekarang sudah bisa melakukan sihir tanpa halangan apa pun, maka sihir besar pun bukan masalah. Selagi menyiapkan sihir, anak-anak masih berkontak dengan karakter Kiera buatanku. Aku rasa pesan yang kutanamkan di dalam karakter itu sudah tersampaikan.

"Sudah siap?" karena sihirku sudah siap aku juga menanyakan kesiapan Kiera.

"Kapan pun aku siap sayang."

Karena Kiera sendiri pun sudah siap jadi aku langsung melakukan sihirnya. Menyiapkan sihirnya memang butuh waktu lama, tetapi proses memindahkan jiwanya tidak. Dalam waktu kurang dari 10 detik, jiwa Kiera langsung terpindah ke tubuh karakter Kiera.

"Eh, apa yang terjadi?" karena tiba-tiba dari atas dan bawah tubuh Kiera muncul lingkaran sihir pemindah jiwa, otomatis anak-anak merasa kebingungan.

Ketika jiwa Kiera sepenuhnya masuk ke tubuh karakter Kiera. Aku juga memunculkan diri dari belakang karena Kiera juga sudah muncul.

"Anak-anak, kalian merindukan mama?" dengan menggunakan tubuh karakter buatanku, Kiera menangis lagi.

"Tunggu, kalau tadi hanya karakter buatan, apakah hal ini juga buatan?" anak-anakku masih kebingungan karena yang tadi memang buatan, tetapi kali ini Kiera secara nyata di depan mata mereka.

"Apakah kalian tidak bisa membedakan mama dan karakter buatan papa?"

Kalimat itu langsung menyadarkan semua anakku bahwa yang di depan mata mereka memang karakter buatanku, tetapi jiwanya adalah jiwa asli Kiera.

"Jika kalian tidak paham, yang tadi adalah animasi buatan papa, yang sekarang di hadapan kalian adalah jiwa mama yang papa masukkan ke tubuh karakter itu." aku berjalan mendekati dari belakang.

Langsung saja anak-anak menengok ke belakang melihatku lalu kembali melihat ke Kiera. Akhirnya mereka tersadar juga.

"Papa!? Mama!?" ketika aku tepat di belakang mereka, mereka semua memeluk aku dan Kiera erat-erat.

Kurasa mereka memang merindukan kebersamaan ini. Ingat tujuanku membuat game ini adalah untuk membuat orang bahagia, hal ini termasuk di dalamnya.

"Kalian… dasar anak-anak manja." dalam tangisannya, Kiera masih saja bisa tersenyum.

Melihat Kiera seperti itu juga menyayat hatiku. Aku akhirnya tidak bisa menahan tangisanku lagi melihat dan mengalami kejadian ini. Setidaknya aku hanya menangis kecil karena aku juga harus mempertahankan diriku sebagai papa untuk anak-anakku.

"Maafkan papa yang menyembunyikan hal ini dari kalian. Papa tidak tau harus mengatakan kepada kalian tentang hal satu tahun yang lalu atau tidak. Tapi sebenarnya dari satu tahun yang lalu papa bisa bertemu dengan mama, walau hanya di dunia ini." mungkin aku akan dibenci anak-anakku, atau mereka akan marah, tapi memang aku sadar konsekuensi dari tindakanku.

"Papa, kau! Hah~ kali ini kami akan maafkan. Tetapi karena papa bisa bertemu dengan mama, hal ini juga terjadi." Shouko awalnya ingin protes, tetapi berhenti di tengah-tengah.

"Kalian jangan marah ke papa. Papa juga tidak punya pilihan selain berdiam diri tidak mengatakan karena sebenarnya tanpa perantara tubuh ini, hanya papa yang bisa melihat mama di dunia ini. Semua itu karena mama yang memberi tahu papa."

"Baiklah ma… maaf pa." Shouko terbujuk kata-kata Kiera dan akhirnya meminta maaf karena sudah membentakku.

"Tidak apa-apa yang penting kita bersama bukan?"

Akhirnya walau hanya sebentar saja, tetapi aku bisa melihat kebahagiaan di dalam keluargaku.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C45
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen