App herunterladen
54.37% RE: Creator God / Chapter 205: CH.205 Heresia Bagiku

Kapitel 205: CH.205 Heresia Bagiku

Satu dunia baru lagi, tetapi lebih cerah dibanding yang dulu. Inilah yang kuharapkan udara segar dan alam yang luar biasa indah. Dunia ini memang sudah maju, tetapi alam yang ada tetaplah terjaga. Memang ini lebih mirip dengan bumi kalau dibandingkan dengan Logiate.

Di sini aku tidak perlu memaksa diri sampai sebegitunya. Untuk sementara waktu, orang tuakulah yang akan bekerja. Aku disuruh oleh Shin dan Lala juga untuk beristirahat sejenak dan merilekskan pikiran dan batinku. Juga sekarang aku banyak menghabiskan waktuku bersama anak termuda Shin dan Lala, Tsuzumi.

"Tantee Rie, bantuin aku dong. Ini kenapa PRnya susah sekali!?"

"Iya, iya, mana sini, biar tante bantu."

Setelah pindah ke dunia ini, aku menghabiskan waktuku merilekskan diri di sekitar rumah Shin dan Lala. Terkadang aku hanya menghabiskan waktuku tidur di bawah pohon rindang karena dulu aku sering begadang. Atau pada waktu tertentu seperti sekarang ini, aku menghabiskan waktuku dengan anak-anak Shin dan istrinya.

Udara di sini segar, itu apa yang kupikirkan saat datang pertama kali di sini. Jujur, aku lebih bisa merasakan alam di sini lebih dengan tubuh manusiaku ini. Udara yang sama juga berhembus ke sekujur tubuhku membawa seluruh sensor indera perabaku bekerja. Aku tidak pernah merasa lebih hidup daripada saat seperti ini.

"Yang ini tante, kok sulit ya? Tsuzumi gak tahu caranya."

"Ohh kalau yang ini pakai penyelesaian interval dibalik. Kalau sudah disederhanakan dengan cara dikali penyebut yang ini. Nanti ketemu kok hasilnya."

"Ahhh begitu ya, terima kasih tante."

Diandalkan oleh orang lain adalah kesukaan bagi diriku sendiri. Kalau ada orang yang mengharapkan keberadaanku, asal tidak berlebihan, maka aku jadi punya alasan untuk hidup. Aneh bukan, alasanku hidup hanyalah karena dibutuhkan oleh orang lain? Namun bagaimana pun inilah kenyataanku, tidak bisa dipungkiri juga.

Selama ini aku hidup untuk menyenangkan orang lain. Mungkin alasanku hidup kurang lebih sama, tetapi kalau dilihat lebih teliti itu berbeda. Menyenangkan orang lain selalu itu mustahil, tetapi menjadi seseorang yang diharapkan oleh orang lain itu mungkin dan bisa selalu dilakukan. Pada dasarnya manusia itu makhluk sosial bukan?

"Tsuzumi, tante mau tanya. Seharusnya Tsuzumi kan sudah umur lebih dari 100 tahun. Kalau total kehidupan tante memang lebih tua banyak daripada Tsuzumi. Namun kenapa Tsuzumi masih harus sekolah?"

"Uhm… sebenarnya ini hanyalah untuk sebuah mekanisme agar aku tidak ditangkap oleh polisi pengawas yang biasanya ada di tempat-tempat umum. Kata papa juga lebih baik begini. Umurku sudah sebegini, tetapi di mata orang lain Tsuzumi masih seperti umur 15 tahun."

Tidak salah sih sebenarnya, sejak orang tidak akan percaya umurnya sudah lebih dari 100 tahun dengan penampilan tubuh masih 15 tahun. Begitu seseorang menjadi dewa, pada titik tertentu maka tubuh akan berhenti menua dengan cepat. Setiap dewa atau dewi berbeda-beda waktunya, tetapi maksimal yang aku bisa ketahui itu usia tubuh 25 tahun, tidak lebih.

Teoriku tentang hal ini masih belum pasti, masih teori kasaran. Namun aku yakin sejak waktu aku pergi ke kayangan beberapa kali, tidak pernah kudapati dewa atau dewi dengan penampilan yang sudah lebih tua dari 25 tahun. Kalau salah ya sudah, kan tidak penting.

"Hahaha, tindakan Tsuzumi dan persetujuan Shin tidak salah. Namun satu lagi, kenapa Tsuzumi masih belum bisa pelajaran ini? Aneh bukan kalau Tsuzumi sudah pernah sekolah dan sekarang sekolah lagi, tetapi tidak bisa."

"Hehehe, sebenarnya selisih dari aku sekolah pertama kali dan sekarang itu jauh. Perbedaannya sudah berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun."

"Dasar kamu nih. Kalau begitu kenapa tidak belajar dari kakak-kakak Tsuzumi, pasti mereka akan membantu Tsuzumi."

Anak yang satu ini rasanya menggantung pada diriku deh, tetapi tidak masalah sih sebenarnya. Lagipula kemampuanku dalam belajar itu tidak buruk juga, aku bisa mendapatkan nilai bagus asal aku menanggapi ulangan dengan serius. Hanya saja menjadi yang nomor pertama itu tidak menyenangkan, rasanya jarak antara teman-teman dan diriku akan sangat jauh nantinya.

Entah apa yang menjadi pikiran Tsuzumi, tetapi apa pun itu aku menghargai dirinya. Keniatannya untuk 'mengulangi sekolah' lagi itu cukup besar menurut pandanganku. Sebenarnya lebih baik begitu daripada menganggur.

Namun aku jadi bingung sebenarnya dengan keseharian keluarga Kihinnoaru dan Ajikiaru ini. Sebenarnya apa yang mereka lakukan setiap harinya? Tidak pernah kulihat ketujuh anak ini keluar dari rumah kecuali yang benar-benar penting. Apa ini ada hubungannya dengan jarak umur antara mereka dengan yang lainnya? Mungkin mereka tidak ingin menarik perhatian banyak orang bahwa mereka tidak pernah bertambah tua.

"Tidak mau, kalau dengan kakak-kakak Tsuzumi, mereka tidak lebih pintar dari tante. Tante kan pernah menjalankan perusahaan, sama seperti papa. Namun kakak-kakak Tsuzumi, apalagi Shuuku-oniichan itu tidak mau membantu Tsuzumi."

"Kenapa memang Shuuku tidak mau membantu Tsuzumi?"

"Katanya merepotkan saja."

"Hahahaha, begitu ya?"

Merepotkan, kalau begitu pasti ada yang mereka lakukan selama di rumah saja terus. Sejak Lala ada di rumah selama tidak pergi bersama Shin ke perusahaannya, kenapa aku tidak tanya dirinya nanti. Kalau Tsuzumi pasti tidak akan tahu, tetapi kalau Shin atau Lala, mereka adalah orang tua dari ketujuh anak ini, pasti tahu.

Sebenarnya aku tidak mau ikut-ikut sih, tetapi rasanya menyenangkan saja ada yang bisa kulakukan di sini, di Heresia. Sekarang aku berpikir, kehidupanku selama ini rasanya hampir 90, tidak hampir 95% dipenuhi dengan hal yang membuatku tidak bisa merilekskan diri sejenak pun. Jadi saat-saat seperti ini adalah 'Golden Time' milikku.

"Mouu… kenapa tante tertawa?"

"Maaf, hahaha, tetapi kelihatannya tante tahu kenapa."

"Kenapa memang tante."

"Karena Tsuzumi sering pergi ke sekolah, apa Tsuzumi tahu apa yang kakak-kakak Tsuzumi lakukan kesehariannya?"

Main tarik-ulur itu menyenangkan. Apa serunya dan apa gunanya kalau memberi tahu hal yang bisa dibahas untuk memperkuat pola pikir Tsuzumi? Melatih diri dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini itu adalah hal yang bagus.

"Eh… uhm… tidak tahu, hehe."

"Apanya hehe? Kan, makanya jangan menilai mereka jika Tsuzumi tidak tahu apa yang dilakukan oleh semua kakakmu. Bisa saja mereka sibuk dengan keahliannya masing-masing. Papa dan mama Tsuzumi juga begitu bukan?"

Jangan membandingkan orang dari apa yang menjadi pandangan umum. Seperti orang menilai, orang ini bodoh, nilainya selalu jelek. Namun ada faktor lain yang membuat orang itu spesial dan unik apa adanya. Bisa saja dalam mata pelajaran umum dia tidak pintar, tetapi dalam keterampilan tertentu dia paling berbakat.

Orang sering salah sangka bahwa apa yang dipandangnya seperti ini harus sama juga dengan tindakan orang lain. Namanya hidup kan pilihan, tidak mungkin bukan kita memaksakan ideal kita kepada orang lain. Inilah kenapa aku selalu tidak pernah memenuhi sedikit pun kriteria dari menyenangkan orang lain. Maka dari itu, yang bisa kulakukan adalah melakukan yang terbaik semampuku, dan biarlah orang yang suka datang dengan sendirinya kepadaku.

"Huuu, benar juga sih. Maaf deh, Tsuzumi suka begini. Lagipula walau semuanya berkumpul di rumah, terkadang rasanya sepi sejak semuanya sibuk di kamar masing-masing. Paling hanya Chiharu-oneechan dan Kirume-oneechan yang sering bersama."

"Kalau begitu apa nanti mau kusampaikan ke mamamu? Mungkin mamamu mau mendengarkan perkataan tante."

"Benarkah? Terima kasih tante!!"

"Dah belajar lagi dulu, nanti lanjut bicara lagi kalau sudah selesai."

Ternyata bukan hanya diriku saja yang merasa seperti ini. Terkadang perasaan yang terpendam dalam hati sering tidak bisa diungkapkan dan lama-lama menyakiti diri sendiri. Sebelumnya bahkan mungkin sampai sekarang aku masih tidak bisa menerima kehilangan semua orang yang penting bagiku sebelum aku benar-benar bisa menikmati waktuku.

Itu kenapa manusia pada dasarnya, dan dasarnya pun aku masih manusia butuh kasih sayang orang lain. Siapa pun juga boleh, asalkan kebutuhan diperhatikan orang lain itu dipenuhi. Banyak orang yang menjadi stress, salah jalan, dan akhirnya kehilangan arah hanya karena perasaan seperti ini tidak pernah tersampaikan.

Begitulah diriku, perasaanku masih manusia yang mudah terluka. Wajarnya aku tidak bisa dikatakan bahwa aku laki-laki atau perempuan, tetapi untuk sementara anggap saja aku perempuan. Jujur, perasaan perempuan itu seperti kaca yang mudah retak dan pecah. Maka dari itu, perempuan sering saja terluka hanya oleh goresan belaka.

"Tante, Tsuzumi, aku masuk ya."

"Oh ada Kirume, ada apa?"

"Tante tadi dipanggil sama mama, katanya papa dan mama mau pergi mengajaki tante. Untuk sementara biar Tsuzumi aku yang mengajari."

"Oke deh kalau begitu. Tsuzumi belajar dulu ya sama Kirume, nanti tante balik lagi."

"Baik tante, hati-hati ya."

Tumben aku dipanggil, ada apa? Kemarin waktu itu aku pernah diajaki pergi untuk berburu di portal yang terbuka? Apa sekarang akan ada kejadian yang sama? Ya aku tidak bisa berharap banyak, tetapi semoga saja yang menyenangkan.

Hmm… aku jadi berpikir, sejak kapan aku menjadi mudah tersakiti perasaannya? Sejak aku hidup sebagai Kioku? Kurasa begitu, karena mulai dari situ kehidupanku tidak lagi hanya menjadi laki-laki. Juga mulai dari situ aku tidak bisa dikatakan aku laki atau perempuan karena dua perasaan itu bercampur menjadi satu dan jadilah diriku.

"Cepat sekali datangnya, kukira masih mengajari Tsuzumi."

"Ada apa mencariku? Hal penting?"

"Tidak terlalu penting juga sih, tetapi kami mau pergi ke acara pesta tertentu untuk tiga orang. Niatnya kami mengajaki dirimu juga, tetapi kalau gak mau ya kami cari orang ketiga yang lain, atau Shuuku juga boleh."

Acara pesta tertentu? Hmm… sebenarnya aku bukanlah penyuka acara pesta seperti itu, tetapi kalau diajaki kenapa tidak. Biasanya aku di acara pesta seperti itu sendirian, makanya aku jadi tidak betah di situ. Kalau ada Shin dan Lala setidaknya menjadi lebih baik.

"Baiklah, tidak masalah. Namun biarkan aku ganti pakaian dulu. Setidaknya masih ada waktu bukan?"

"Santai saja, masih ada waktu satu setengah jam lagi kok. Oh ya sayang, bantuin saja itu Rie, biar lebih cepat."

"Kalau begitu tunggu di ruang keluarga dulu, aku akan bantu Rie."


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C205
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen