"Yah.. emm.. ada peluang buat kamu mas." Ujar Dira dengan senyum yang malu-malu.
"Serius?"
Ditanya begitu Dira jadi mendongak dan menatap Abim. "Nggak aku ulangi loh ya.." Ujarnya yang kini mengubah sapaan dari 'saya' menjadi 'aku'.
"Jadi, boleh nih saya mulai terang-terangan bilang rindu? Hm?"
Dira mengangguk dan masih malu-malu. Abim hanya terkekeh saja melihatnya.
"Kalungnya dipake lagi. Aku nggak salah lihat kan waktu itu?" Tanya Abim.
"Hehe iya mas, nggak salh lihat kok."
"Kenapa pakai bohong sih?"
"Abisnya masih kesel aja gara-gara kamu. Tapi kan sekarang udah kelar keselnya hehe.." cengir Dira.
"Kesel apa kesel?" Tanya Abim sambil sedikit terbahak.
"Kesel tauk."
"Cemburu apa kesel?"
"Cemburu."
Dijawab begitu, Abim jadi meraih tangan Nadira dengan lembut dan digenggamnya. "Mulai sekarang, jujur satu sama lain ya. Dan, apapun yang bikin kamu kesal, kamu harus mau tanya langsung ke aku. Oke?"
Dira mengangguk paham. "Iya."
"I love you, Dira." Ujar Abim tulus.