“Kenapa agensi model itu datangnya menjelang UTS?” tanya Riga.
Ralin hanya mengangkat bahu. Mereka berdua tengah berdiri di ambang pintu auditorium, menatap ke arah panggung dimana seorang wanita berpenampilan memesona berbicara pada para penonton di hadapannya. Ralin dan Riga memutuskan tak ikut masuk, seperti puluhan siswi lainnya, tak berminat untuk mendaftar ke agensi dari Nusa Jenggala yang datang untuk menyaring bakat sebagai model remaja.
Tahun lalu agensi yang sama juga datang dengan penawaran yang sama. Dari gosip yang beredar mereka telah berhasil mengorbitkan dua alumni sekolah mereka menjadi model catwalk yang kini tengah menempuh pendidikan kilat modelling di ibukota.
“Jenny kenapa antusias banget sih? Ini kan agensi model!” Riga menggerutu kembali.
“Katanya kali ini mereka juga mencari bakat-bakat lain. Lo kan tahu Jenny punya suara yang keren.” Ralin menjawab keluhan Riga. “Tapi kalau Jenny jadi model juga cocok.”