Kamar itu memiliki pintu yang terbuat dari kayu pinus, dicat biru dan menggantung sebuah papan bertuliskan, Welcome To Gavin's Room. Apabila pintu tersebut dibuka, siapapun pasti akan disuguhi dengan lukisan-lukisan kubisme dari beberapa seniman kota. Ruangan itu begitu rapi dan nyaman. Terdapat sebuah rak buku di sisi ranjang sebelah kanan. Rak tersebut berisi sedikit buku pelajaran dan lebih banyak didominasi buku filsafat.
Buku-buku tersebut bukan miliknya, melainkan milik Mamanya. Lagipula, Gavin tidak terlalu suka membaca. Cowok itu lebih suka melukis apabila sedang bosan. Karena menurutnya, gambar adalah salah satu bentuk ekspresi diri yang dapat mencerminkan perasaan. Misalnya ketika sedang marah, Gavin pasti akan melukis sesuatu yang dapat meredam amarahnya, atau bisa jadi ia melukis orang yang membuatnya marah dengan sejelek mungkin.