App herunterladen
84.37% FAKTOR KETURUNAN / Chapter 27: Pengalaman Mistis Orang Tua

Kapitel 27: Pengalaman Mistis Orang Tua

""ada hubungannya dengan hubungan kita, ok baiklah jika memang itu semua ujian kau akan hadapi dengan sekuat aku sayang, demi kamu apasih ga"" menjawab adi dengan senyum lebar dan memeluk pitaloka

""ya sayang, semua ini semua sudah di takdirkan dan kita hanya bisa menghadapinya bersama, sampai dimana kita akan berhenti itu tergantung upaya yang kita berdua lakukan, jadi kamu ga usah kawatir kamu sendirian, karena kau juga ada bersama kamu""

""ok karena apa yang kamu katakan, dan aku masih agak kesal dengan jawaban semua rahasia yang kamu katakan, jadi kamu perlu dihukum"" tersenyum adi dengan sedikit menyipit matanya

Pitaloka yang melihat itu berteriak protes "" ihhhhh kamu apasih sayang,, itu kan bukan mau aku""

""heheheh, sekarang terlambat untuk memohon"" sambil berkata di sudah bergegas ke arah pitaloka menggendong dirinya dan langsung menuju lantai dua, kamar mereka

Ssambil di iringi oleh keluhan pitaloka yang malu, tidak berapa lama kemudian terdengar musim semi yang datang dari kamar di lantai dua

Diiringi oleh rintihan dan desahan yang memabukkan dari kedua pasangan yang sedang memadu kasih sayang, baik batin maupun fisik

Setelah keluar dari dalam ruang cincin, tampak wajah puas dan kemerahan di miliki adi, keluar dari kamar mandi dan menuju ruang tamu tempat keluarganya dan pak denya berkumpul untuk makan siang

Adi yang bangun paling lambat, merasa sedikit malu tetapi memikirkan bahwa dia sedang berlibur, wajahnya menjadi tebal seperti dodol yang kenyal namun padat, bedanya dodol berwarna coklat ketuaan dan hitam pipi adi berwarna putih kemerahan dengan sedikit warna kuning langsat dari dasar warna kulit pada tubuhnya

""Kamu udah bangun di? Sini duduk makan siang bareng"" kata Pak de Sugi

"'huuuu, ada yang bangunnya siang, katanya mau lari pagi kemaren "" ada suara mengejek yang datang dari sebelah kiri adi

Tanpa melihat kesamping adi sudah tahu siapa suara itu, lebih tepatnya suara itu berasal dari adiknya yaitu ita

""Iya kamu bangun siang banget le, tumben"" tanya ibu adi dengan wajah yang ramah

""Ukhhh Iya pak de, ini abis mandi"" menjawab adi dengan sopan kemudian menjawab lagi pertanyaan dari ita dan ibunya "" yeeee, orang ngantuk, wajar bangun siang, lagian ini kan di jawa bukan di rumah"" membalas dengan nada sedikit berkelit kepada ita

""adi bangun siang, semalem susah tidur Bu, jadi bangunnya siang""

Menjawab adi sambil memengang piring yang diberikan oleh sepupunya kepada adi

Sebelum ibunya sempat membalas, terdengar suara balasan yang lebih cepat dari ita "" alaahhhh alesan aja itu mah mas adi""

Seakan mengiyakan perkataan adi, sepupunya di samping juga berkata "" iya adi kalo di jawa emnag males bule, hehehe"" berkata Mas arip menimpali perkataan ita

""tuhhhh mas arip juga bilang kan, emang mas adi males"" berkata ita dengan penuh kemenangan, tak lama kemudian terdengan suara tawa dari semua orang di ruang tamu, menertawakan perilaku adi, ita, dan mas arip

Makan siang bersama itu, dimulai dengan ceria dan diakhiri dengan obrolan seputar masa kecil dari orang tua adi dan pak de serta budenya, merasa akan ada cerita seru adi, ita, dan mas arip ikut berkumpul di teras depan rumah pak de sugi, yang rindang dengan pohon mangga besar yang menaungi halam nya

""jaman dulu itu, bisa di bilang jaman yang susah buat generasi seperti orang tua kita, termasuk ibu dan bapak mu"" berkata pak de sugi sebagai awal bercerita sambil menyeruput kopi susu yang ada di depan nya

""jadi jaman dulu itu untuk makan aja susah, apalagi untuk biaya sekolah, jadi kalo kamu mau sekolah jaman dulu harus ikut kerja di usia kamu yang belia, dari jadi buruh tani, jualan pecel, jualan daun jati, buat bata merah, dan lain-lain"" berkata pak de sugi sambil menatap adi dan yang lain

""Nah jaman dulu,karena susah yari makan, sempet keluarga embah tinggal di lampung untuk beberapa tahun, dan disana kita punya sawah dan kebun yang cukup luas, dengan cara membuka lahan hutan belantara yang ada""

""Oh ikut program transmigram ya Pak de"' berkata adi menanggapi pak denya

""betul itu, ikut program transmigrasi, ke lampung di akhir 70 an sampai pertegahan 80 an, ya sekitar 6-7 tahun""

""Tempat daerah keluarga kita di berikan lahan,yaitu di sebuah daerah yang disebut gunung mas, daerah nya masih banyak hutan belantara, jadi kalo mau buka lahan dan bangun rumah, harus babat alas, atau buka lahan hutan"".


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C27
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen