Suara klakson mobil yang begitu familier membuat seorang James yang sedang berdiri di depan gedung fakultas pun langsung mendongak saat mengetahui siapa yang berada di sana.
Yashelino, laki-laki itu yang baru saja membunyikan klakson sehingga mengundang banyak perhatian dari beberapa orang termasuk mahasiswi yang sedang melewatinya.
"James!" ujarnya sedikit berteriak. "Ke sini sebentar!"
Laki-laki tersebut yang mendengarnya pun langsung menghela nafas seketika, kemudian dengan malasnya berjalan menghampiri saudaranya itu dengan tatapan datarnya.
Setelah melihat kedatangan dari laki-laki itu membuat kedua sudut bibir dari Yashelino langsung terangkat ke atas sehingga membentuk sebuah senyuman.
"Gue mau minta tolong sama lo," ujarnya kepada James dengan santai. "Lo bisa 'kan bantu gue?"
Tanpa berpikir panjang James langsung menolaknya dengan mentah-mentah membuat Yashelino yang melihatnya langsung menghela nafas beratnya.
"Gak," ujar James singkat.
"James," ujar Yashelino dengan tatapan memohonnya itu. "Ayolah, lo mau 'kan?"
"Kalau gue bilang gak mau, ya enggak!"
"Gak susah kok," ujar Yashelino dengan kedua tangan yang ditangkup di depan dadanya. "Seriusan kali ini aja."
Melihat itu James langsung mendesah panjang, ia benar-benar malas, akan tetapi dirinya juga tidak bisa membiarkannya.
"Hm," putusnya yang membuat Yashelino mengangkat kedua alisnya.
"Hm ... apa?" tanya Yashelino dengan rasa penasarannya itu. "Lo mau?"
"Ya," jawab James singkat. "Emangnya lo butuh bantuan apa sih?"
Kedua manik mata mereka saling bertemu, tentunya dengan Yashelino yang saat ini langsung menampilkan senyuman smirknya sehingga membuat James mengerutkan keningnya seketika.
Jam mata kuliah pun sudah berakhir dan saat ini James langsung mengusap wajahnya kasar setelah mengetahui bahwa ternyata saudaranya itu mengajaknya ke sebuah Pameran yang begitu sangat dihindari oleh laki-laki itu.
"Muka lo di tekuk gitu kenapa sih?" tanya Yashelino kepada seseorang di sampingnya itu.
"Lo tahu kalau gue paling anti ke tempat ginian," ujar James dengan wajah datarnya. "Gue mau balik aja kalau bisa."
"Jangan dong, nanti gue sendirian dong."
James yang mendengar pun saat ini sedang memijit pangkal hidungnya, sedangkan Yashelino saat ini sedang sibuk mengemudi dengan senyuman tipisnya itu.
"Lo mau dapet nilai, 'kan?" ujar Yashelino yang membuat seseorang di sampingnya itu langsung menoleh. "Lo cukup temenin gue ke Pameran, selebihnya soal nilai serahin ke gue."
"Lo serius?" tanyanya kepada Yashelino. "Jangan bercanda lo."
"Seriuslah!" ujar Yashelino dengan angkuhnya. "Gue tahu kalau om Ronald lagi mantau lo diem-diem."
Kening James langsung berkerut karena kebingungan, "Maksud lo?" tanyanya yang tidak mengerti.
"Papa lo kayanya mulai kepo sama keseharian lo sekarang," ujar Yashelino dengan senyum smirknya.
James yang benar-benar tidak mengerti pun saat ini tidak sengaja melihat kaca spion di mana ternyata ada sebuah mobil yang sedari tadi berjalan mengikuti mobil Yashelino membuat lak-laki itu mengerutkan keningnya, kemudian menoleh menatap saudaranya tersebut yang saat ini sedang menatap jalanan.
"Itu suruhan Papa gue?" tanya James yang tidak percaya.
"Menurut lo?" ujar Yashelino dengan kening yang berkerut. "Makanya, lo nurut aja udah sama gue. Selama ada gue, lo bakal aman."
Mendengar hal tersebut membuat James langsung menyandarkan punggungnya, ia benar-benar tidak menyangka bahwa Papanya itu akan melakukan hal se-gila dengan menyewa seseorang untuk memata-matai dirinya.
Terdengar suara kekehan dari seseorang yang berada di sampingnya yang membuat James langsung menoleh.
"Kenapa lo?" ujar Yashelino. "Gak usah panik, gue di sini."
"Bukan gitu," ujar James. "Gue cuma gak habis pikir aja sama dia."
"Kenapa gak habis pikir? Seharusnya lo tahu kalau om Ronald kaya gitu berarti tandanya dia masih peduli sama lo."
"Lo yakin?" tanya James memastikan.
Yashelino menghela nafas beratnya, tatapannya sedari tadi tidak pernah beralih dari jalanan karena laki-laki tersebut yang sedang mengemudi.
"Kalau pun lo udah bikin mereka kecewa, gue yakin mereka gak bisa benci sama lo."
"Kenapa?" tanya James. "udah jelas-jelas mereka buang kebahagiaan gue satu-satunya, tapi kenapa mereka malah kaya gini? Seolah peduli sama gue sekarang."
"Karena lo itu adalah anak satu-satunya yang mereka miliki,"jawab Yashelino. "Kalau soal itu, gue juga gak tahu kenapa. Tapi James, lo masih belum bisa lupain dia?"
"Gak bisa, dan gak akan pernah bisa Yas."
Setelah mendengar jawaban dari James membuat suasana kembali hening, begitu pula dengan Yashelino yang benar-benar tidak bisa berkata apapun lagi selain diam dan merenung semua perkataan dari sahabatnya itu.
Tidak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk segera sampai di Pameran yang selalu ditunggu-tunggunya oleh Yashelino membuat James yang melihatnya diam-diam menyunggingkan senyuman tipisnya.
"James, lo mau nunggu di sini apa turun?"
"Sini aja," jawabnya singkat. "Lo sana masuk."
Yashelino yang mendengarnya langsung menoleh dengan kerutan di keningnya.
"Lo pikir gue bakal biarin lo enak-enakkan di mobil doang?" tanyanya kepada saudaranya itu dengan satu alis yang terangkat. "Gak, gak bisa. Lo harus ikut gue masuk, titik!"
Setelah itu laki-laki tersebut langsung menarik baju dari James yang membuat sang empunya menatapnya datar seketika.
"Lo kira gue apaan ditarik-tarik kaya begini, hah?!"
"Eh," ujar Yashelino yang baru saja menyadarinya. "Sorry, gue gak sengaja, ayolah buruan, gue gak sabar nih pengen masuk ke sana."
"Iya, sabar dulu dong, gue mau ambil hoodie gue di dalem."
Yashelino yang mendengarnya pun langsung berdecak kesal, "Ya udah, buruan jangan lama!" ujarnya.
Di sinilah mereka berada, disebuah tempat di mana ada begitu banyak figura dengan beberapa foto yang sengaja dipajang dengan memiliki makna di setiapnya.
Laki-laki itu, James aku bahwa semua hasil tangkapan dari seseorang yang mengambilnya pun begitu menarik sehingga membuat Yashelino begitu sangat bersemangat.
"Gila, keren-keren parah begini hasilnya!" ujar Yashelino yang saat ini sedang menatap satu per satu figura yang terpajang tersebut di mana memperlihatkan beberapa foto yang begitu indah.
Sementara itu James yang sedari tadi hanya diam mendengar pun langsung menggelengkan kepala, kemudian berkata.
"Biasa aja kali, dasar lo."
"Gak bisa ya lo lihat gue seneng diki aja," ujar Yashelino mencebik. "Lho, itu bukannya malaikat gue ya?"
James yang sedari tadi sedang melihat-lihat hasil fotografi yang berada dihadapannya pun langsung menoleh ketika Yashelino baru saja menyebut 'malaikat' membuat laki-laki itu tahu siapa yang dimaksudkan oleh saudaranya tersebut.
Tanpa sadar kedua mata dari James terpaku pada gadis itu, sedangkan Yashelino, laki-laki itu saat ini sedang tersenyum smirk dengan satu alis yang terangkat.
"James," panggil Yashelino.
"Hm," sahutnya malas. Laki-laki itu sudah tahu ke mana arah pembicaraan dari saudaranya tersebut.
"Gue mau nyamperin dia dulu, bye!"
Mendengar hal tersebut membuat James langsung menghela nafas beratnya, kemudian berdecak sebelum akhirnya memilih untuk pergi dari sana dan membiarkan Yashelino melakukan apapun semaunya.
"Hai Shil," sapa seseorang yang saat ini sedang membelakanginya membuat gadis tersebut yang sedang sibuk memperhatikan figura yang dipajang itu langsung menoleh seketika.
Kedua manik matanya menatap tidak percaya karena terkejut setelah melihat seseorang yang berada dihadapannya saat ini.