Sesampai ia di kantor, Raya langsung merebahkan dirinya di sofa sudut ruangan. Perutnya masih sakit, ia memutuskan tidur sebentar agar bisa lebih fokus bekerja nanti. Di ruangan lain, Bimo sedang duduk di mejanya, menatap kosong pada keyboard komputer di atas meja, sembari memutar-mutar bolpoin pakai jari tangannya. Otaknya kini sedang berpikir dalam soal Raya dan si bule Jerman sialan. Dari cara Raya yang tidak menolak atau protes saat di perlakukan mesra oleh si Jerman, ia mulai menebak kalau gadis itu juga punya perasaan pada simpanse klimis tersebut, tapi sebelah otaknya yang lain berpikir kalau bisa saja Raya sengaja membiarkan itu untuk memancing Bimo sebagai upaya balas dendam atas sakit hatinya dulu.
Betul kata Raya, Bimo benar-benar kekanakan hari ini.
Pada akhirnya ia tak dapat konklusi apa-apa, hanya bisa mengacak rambut belakangnya frustasi. Gadisnya itu memang benar-benar luar biasa, selalu saja bisa memonopoli seluruh pikiran dan perasaannya tanpa ampun.