"Kamu juga diem! Berisik tau gak!"
Dia terdiam, menatapku dengan matanya yang mulai berkaca-kaca, hah! Masa bodo, aku tidak akan lagi iba. Ku buang muka ke arah pertandingan yang masih ramai berlangsung, tidak peduli oleh wajah memelasnya itu.
"Phhhffftttt ...." Dwi hampir saja keceplosan tertawa mendengar teguranku barusan. Dia paling tau kalau aku ini sebenarnya orang yang tidak bisa menyaring mulutku ketika kesal, aku bahkan bisa bicara lebih kasar dari pada Dwi atau Sari ketika marah.
Belum saja Sari tau kelakuan juniornya ini barusan, kalau dia dengar, auto pengukuhan anggota ulang!
"Kak Raya marah sama aku juga ya?" rengeknya pelan, kini sudah menunduk sambil memainkan kuku jarinya.
Aku memutar bola mata jengah, kusadari kawan sekelasnya agak terkejut dengan reaksiku, mungkin dipikir aku ini benar-benar menganggap dia seperti adikku ya? Ah! Gila apa? Adikku itu cuma Irin.
"Males denger orang ribut, ganggu!" jawabku singkat tanpa melihatnya.