App herunterladen
86% Internal Zone / Chapter 43: Sufficiently

Kapitel 43: Sufficiently

Tuesday, 12 December 2253, 07:11:49

******

Hari baru telah menanti semua aktivitas yang ada di Distrik M meski alam masih dirundung dengan kesedihan yang belum terselesaikan. Alhasil, fashion show jalanan pun berganti dengan beragam pakaian-pakaian yang diperuntukkan melindungi diri dari derasnya air hujan yang terus berdatangan seakan-akan bersedih akan nasib dunia ini.

"Hoaammm, apa aku bangun terlalu awal pagi ini," gumam Yuri sembari bangkit dari tempat tidurnya.

"Ternyata hujan masih melanda distrik ini," gumam Yuri yang kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah menuju jendela ruangannya untuk melihat keadaan yang ada di luar tempat penampungan tersebut.

"Knock, Knock ...." Pintu kamar Yuri diketuk.

Namun, dikarenakan gemericik air hujan yang terus mengetuk jendela ruangan Yuri yang diiringi cukup membuat ketukan pintu ruangan yang telah terbuka terebut tidak terdengar. Dan, sekali lagi pintu pun diketuk kembali.

"Apa seharian ini akan turun hujan," ucap Yuri semakin fokus melihat sesi pemotretan dengan tema pakaian anti hujan yang sedang terjadi dari balik jendela ruangannya.

"Knock, Knock ...." Pintu kamar Yuri diketuk kembali.

"Dia ini masih memiliki telinga atau tidak? Apa aku harus menghancurkan pintu ini terlebih dulu agar ia dapat mendengar ketukan pintunya sendiri?" tanya Lune pada dirinya sendiri yang akhirnya melangkahkan kakinya untuk mendekati Yuri.

Lambat laun tapi pasti, Lune hampir mendekati Yuri yang masih asyik memperhatikan situasi diluar jendelanya. Kilatan lampu dari jepretan alam yang menjadi fotografer hari ini masih terdengar dan terkadang juga terlihat secara jelas.

"Lebih baik aku bersiap mandi dan segera turun untuk sarapan, sembari melihat apakah ada yang bisa aku bantu di dapur umum," ucap Yuri sembari mulai menggerakkan tubuhnya untuk segera pergi ke kamar mandi.

Namun, alangkah terkejutnya Yuri sampai ia harus mundur dan bersandar pada pinggiran jendela ruangannya saat melihat Lune sudah berada dihadapannya sembari mengatur napasnya dan berkata, "Haahhh, haahhh, kau ini sungguh membuatku kaget saja, Lune!" hardik Yuri.

"Salahmu sendiri, Yuri. Sedari tadi aku terus mengetuk pintu ruanganmu, tapi kau sama sekali tidak mengindahkannya," sahut Lune protes sembari menyilangkan ke dua tangannya di depan dada.

"Padahal sedikit lagi aku berhasil mengejutkannya, sial sekali," gumam Lune memaki dirinya sendirinya.

"Hanya hal begini saja kau bisa terkejut, apa kau berusaha untuk membohongiku, Yuri?" tanya Lune tidak percaya.

"Haahhh, Haahhh, kau kira aku berbohong, aduh ...." Balas Yuri terduduk sembari mengelus dadanya yang masih terasa degup jantung yang berpacu.

"Sudahlah, sangat membosankan sekali," ucap Lune sembari membalikkan tubuhnya lalu berjalan menjauh dari Yuri.

"Tsk," decak protes Yuri.

Tidak lama kemudian, pintu ruangan Yuri pun ditutup oleh Lune yang mulai pergi meninggalkan Yuri yang masih berusaha mengatur detak jantungnya. Meskipun Yuri tahu kebiasaan Lune setiap pagi, karena fokus yang teralih maka Yuri pun tidak menyangka hal tersebut akan membuatnya bisa-bisa terkena serangan jantung mendadak.

"Lebih baik aku segera mandi dan pergi ke dapur umum, sebelum ada hal-hal aneh yang akan dilakukan Lune kembali," ucap Yuri yang bangkit dari duduknya dan segera melangkah menuju kamar mandi.

******

******

"Apa dia sudah bangun, Lune?" tanya Lousiana setelah melihat kehadiran Lune di dapur umum.

"Sudah, Ibu. Tenang saja ... tidak lama lagi Yuri akan turun kemari," jawab Lune sembari duduk di kursi meja makan untuk mulai menikmati sarapan paginya.

"Baguslah kalau begitu," balas Lousiana.

Selain Lune, Susan dan Charlotte juga baru kembali setelah selesai dari mengatur sarapan pagi untuk para penghuni tempat penampungan tersebut dengan dibantu oleh beberapa rekan kerja Lousiana.

"Bagaimana, Susan ... Charlotte?" tanya Lousiana.

"Beres Ibu Lousiana, sekarang mereka sedang menikmati sarapan pagi mereka. Dan, Bibi-bibi rekan kerja Ibu Lousiana juga masih berada disana sembari sarapan," jawab Charlotte sembari duduk di kursi meja makan.

"Mereka juga mengatakan kalau mereka bisa mengatasinya, sehingga memperbolehkan kami kembali kemari untuk sarapan pagi," ucap Charlotte.

"Baiklah, mari kita sarapan bersama," ucap Lousiana.

"Tapi, dimana Yuri, Ibu?" tanya Charlotte.

"Hahaha, kau tenang saja ... tidak perlu khawatir begitu, dia sebentar lagi juga akan kemari. Meskipun ia tidak sarapan pagi, tidak akan membuatnya pergi untuk selama-lamanya," jawab Lousiana dengan maksud bercanda.

"Sungguh beruntung kalau sampai Yuri benar-benar bisa mendapatkan calon menantu sepertimu untuk Ibu yang sudah tua ini," ucap Lousiana kembali.

"Hah!! B-bukan be---" sahut Charlotte yang tidak dapat menyelesaikan perkataannya dikarenakan sikap Lune yang mendadak membuat Lousiana khawatir.

"Bwaarrpphh, uhuhhkkk ... uhuhhkkk," Lune tersedak dan terbatuk mendengar apa yang telah diucapkan oleh Lousiana.

"Kau tidak apa-apa, Lune?" tanya Lousiana sembari mendekati Lune untuk membantu menuangkan air di gelas Lune agar dapat diminumnya kembali.

Sembari mengusap lembut beberapa kali di punggung Lune dengan tangan kanannya, Lousiana yang kemudian duduk di sebelah Lune hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku yang mengingatkannya ketika Lune masih kecil sembari berkata dalam batinnya, "Kau ini sungguh benar-benar lucu sekali Lune, kau terkejut karena khawatir akan Ibu, atau ... tidak ingin menjauh dari Yuri."

Charlotte yang tidak merasa nyaman dengan situasi canggung tersebut akhirnya mengikuti jejak Susan untuk menikmati sarapan pagi yang telah dihidangkan, disamping dengan mulai meredanya batuk Lune.

"Lain kali makannya lebih berhati-hati, kau itu bukan anak kecil lagi, Lune!" ucap Lousiana dengan beralih mengusap lembut kepala Lune dan tersenyum kecil.

"Aku baik-baik saja, Ibu jangan terlalu berlebihan seperti itu," balas Lune yang merasa malu sehingga wajahnya mulai merah merona.

"Iya, iya ... ibu tahu," sahut Lousiana kemudian bangkit dan segera kembali ke tempat duduknya.

Sarapan pagi yang tenang kembali menghampiri empat wanita beda waktu tersebut di dapur umum, dengan sesekali beberapa staf karyawan yang keluar masuk untuk mengambil kebutuhan sarapan pagi mereka, maupun perlengkapan makan lainnya yang telah digunakan untuk dibersihkan.

"Tapi ... Ibu berkata dengan sungguh-sungguh," canda Lousiana kembali.

"Ibu," "Ibu Lousiana," balas Lune dan Charlotte bersamaan dan membuat suasana kembali ceria.

"Pfffttt ...," Susan berusaha untuk menahan tawanya.

"Hahahaha," tawa Lousiana melihat reaksi Lune dan Charlotte.

"Kalau kau, Susan! Apa kau mau menjadi pasangan buat Jack dan menjadi menantu Ibu?" tanya Lousiana.

Keadaan menjadi terbalik, meskipun pertanyaan yang diajukan oleh Lousiana bisa untuk dihindari oleh Susan tapi mengapa ia juga harus terbawa suasana yang sedang terjadi saat ini. Meskipun, Susan sendiri tidak terlalu memperhatikan hal tersebut.

"Ibu Lousiana bisa saja, masih banyak wanita yang pantas dan dapat dijadikan calon menantu dan pasangan buat Jack diluar sana," balas Susan.

"Sayang sekali ... padahal Ibu ingin kalian bertiga menjadi saudara," ucap Lousiana sedikit kecewa.

"B-Bukan seperti itu m-maksudku, Ibu Lousiana," sahut Susan merasa tidak nyaman dengan jawaban yang ia berikan sebelumnya.

"Lalu ... apakah Ibu atau Jack masih memiliki kesempatan untuk mengajakmu bergabung dalam keluarga kami?" tanya Lousiana menaruh harapan kembali agar Susan dapat berubah pemikirannya.

"Ahahahaha ...." Tawa Susan sembari menggaruk pipi sebelah kanan dengan jari telunjuk kanannya lalu mengalihkan pandangannya ke arah Lune karena merasa tidak nyaman dengan perkataan Ibu angkat Jack tersebut.

"Kau jangan berpikiran yang macam-macam dengan melemparkan pandangan anehmu kepadaku," gumam Lune yang merasakan pandangan mata Susan tersebut lalu memalingkan wajahnya.

"Bagaimana, Susan?" tanya Lousiana ingin tahu.

"Apa kau memiliki kriteria tertentu dalam memilih laki-laki untuk menjadi pasanganmu? Apa Jack belum memenuhi kriteriamu?" tanya Lousiana kembali.

"Banyak," gumam Lune yang masih sibuk menikmati sarapan paginya.

"Akhirnya aku terselamatkan dengan adanya Susan," gumam Charlotte yang masih memperhatikan percakapan Lousiana dan Susan.

"B-Bukan seperti itu juga Ibu Lousiana, saat ini ... a-ku hanya menganggap Jack s-ebagai teman saja," balas Susan terbata-bata sembari menggelengkan kepalanya.

"Bagus, jangan mencoba berpikir yang aneh-aneh sebelum kita menyelesaikan urusan kita malam nanti," gumam Lune kembali sembari meneguk air minumnya.

Meskipun Susan adalah seorang mantan intelijen militer dan selalu berpegang teguh dengan tanggung jawab pekerjaannya, Susan tetap saja tidak bisa untuk memberikan jawaban apabila pembahasannya sudah melibatkan hubungan intens antara laki-laki dan perempuan.

"Aduh ... sejak aku ditolak oleh laki-laki yang aku suka, tidak pernah terlintas untuk memikirkan urusan asmara kembali. Tapi ... apa aku harus berkata jujur," gumam Susan sembari memutar sendok di piring makannya.

Dikarenakan aktivitas sarapan pagi yang mulai melambat akibat percakapan tersebut, akhirnya Charlotte yang tidak ingin terseret lebih jauh ke dalam perbincangan yang membahas masalah menantu mengambil inisiatif.

"Ibu tenang saja, seiring waktu berjalan mudah-mudahan Susan bisa mempertimbangkan permintaan Ibu tersebut. Lagipula, meski kita belum memiliki ikatan resmi, aku dan Susan sudah menganggap Ibu seperti Ibu kami sendiri," jelas Charlotte.

"Good Job, Kak Charlotte," batin Susan merasa terselamatkan.

"Huh! Untuk kali ini aku setuju perkataanmu, aku juga tidak ingin Ibu lebih jauh membahas soal perjodohan yang belum tentu terjadi tersebut," gumam Lune sembari menikmati sarapan paginya.

"Terima kasih, Charlotte. Ibu merasa terharu mendengarnya," balas Lousiana.

"Ibu hanya ingin merasa menjadi seorang nenek saja sebelum tutup usia," ucap Lousiana kembali.

"IBU!!" ucap Lune terkejut sembari menghentakkan meja makan dengan kedua telapak tangan dan bangkit dari duduknya.

Charlotte dan Susan yang menyaksikan kejadian yang terjadi secara tiba-tiba tersebut hanya bisa terdiam dan mematung. Sementara, Lousiana hanya terdiam melihat tindakan Lune yang terpicu emosinya dengan perkataan Lousiana meski dengan maksud yang berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Lune sendiri.

"Tenang ... tenangkan dirimu terlebih dahulu, Lune. Bukan maksud Ibu untuk pergi meninggalkan kalian begitu saja atau seperti yang kau pikirkan saat ini. Hanya saja ... Ibu ingin menikmati masa tua Ibu deng---" ucap Lousiana

tidak melanjutkan perkataannya karena langsung dipotong oleh Lune.

"CUKUP!! CUKUP!!!" teriak Lune kembali sembari menghentakkan meja makan tersebut berulang kali sembari menundukkan kepalanya untuk menutupi kesedihan yang tiba-tiba saja muncul kembali di dalam hatinya.

"Ibu tidak bermaksud seperti itu, Lune. Ibu tidak akan pernah pergi dan meninggalkanmu kembali, Lune. Ibu hanya ingin menik---" ucap Lousiana yang tidak dapat menyelesaikan perkataannya kembali.

"IBU!! CUKUP!!! AKU TIDAK INGIN MENDENGARNYA LAGI!!!" teriak Lune lalu pergi meninggalkan dapur umum tersebut.

"Lune," ucap Lousiana sembari menghilangnya senyum di wajahnya.

Kondisi tidak nyaman pun berubah tanpa bisa diduga oleh Charlotte dan Susan. Lousiana pun untuk sesaat hanya bisa menghela napasnya dan terdiam melihat kepergian anak angkatnya tersebut keluar dari dapur umum.

"Maafkan atas sikap Lune tadi sehingga membuat sarapan pagi kalian menjadi tidak nyaman," ucap Lousiana kepada Charlotte dan Susan.

"Apa Lune akan baik-baik saja, Ibu Lousiana?" tanya Charlotte yang merasa khawatir.

"Lune akan baik-baik saja, dia hanya perlu waktu untuk menenangkan dirinya saja. Maaf atas ketidaknyamanan akibat dari perbuatannya tersebut," balas Lousiana.

"Apa perlu aku menyusulnya, Ibu Lousiana?" tanya Charlotte.

"Tidak perlu, biar aku saja yang menemuinya," ucap Yuri yang sudah berada di dapur umum tersebut sebelum Lousiana menjawab apa yang ditanyakan oleh Charlotte.

"Yuri," gumam Charlotte terkejut.

"Kau tidak perlu khawatir seperti itu, Char. Ibu sudah mengatakannya, bukan! Kalau Lune ingin menikmati waktunya secara pribadi," ucap Yuri kembali.

Akhirnya Yuri menceritakan sedikit penjelasan tentang sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Lune sebelumnya kepada Charlotte dan Susan. Sementara, Lousiana tetap terdiam dan berusaha tersenyum untuk menutupi kesedihannya akibat perbuatan mereka berdua ( Lousiana dan Yuri ) kepada Lune di masa lalu.

"Ibu hanya ingin kau bahagia, Lune. Ibu tidak ingin kau terbebani dengan semua budi baik yang telah Ibu berikan kepadamu," gumam Lousiana.

Setelah mendengar penjelasan singkat yang disampaikan oleh Yuri, Charlotte merasa sedikit terbuka hatinya untuk menerima keadaan Lune. Hal ini dikarenakan, Lune merupakan sisi terbalik dari dirinya sendiri. Begitulah apa yang dirasakan oleh Charlotte selama ia mengenal Lune.

"Bukan maksud untuk mencampuri urusan kalian ... hiks, hiks ... tapi ... aku sedikit juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Lune, hiks ...." Tidak terasa air mata Charlotte pun mengalir di kedua pipinya.

"Maafkan Ibu apabila sampai membuatmu bersedih, Charlotte," ucap Lousiana.

"Terimakasih atas simpati yang kau berikan, Charlotte. Tapi, aku dan Ibu memiliki alasan khusus mengapa harus melakukan hal tersebut, dan ... aku tidak akan pernah menyesal dengan apa yang telah diputuskan oleh Ibu," ucap Yuri tegas.

Sembari mengusap air mata yang jatuh di kedua pipinya, Susan bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Charlotte untuk masuk ke dalam pelukannya agar dapat menenangkan Charlotte kembali.

"Sudah ... sudah, tenangkan diri Kakak juga," ucap Susan sembari mengusap kepala Charlotte dengan lembut.

"Tapi, kalau boleh aku berpendapat ... setidaknya Kak Yuri dan Ibu Lou---" ucap Susan tidak dapat melanjutkan perkataannya.

"Kau tidak perlu khawatir, Susan. Lune hanya terpicu dengan kenangan buruknya saja," ucap Yuri sembari berusaha untuk tersenyum.

"Apa kau pikir karena kami berdua adalah orang luar dan tidak memiliki ikatan dan hubungan apapun!!" hardik Charlotte yang terpancing emosinya dan bangkit lalu mendekati Yuri.

"Apa kau bisa mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Lune saat kau melakukan tindakan yang menurutmu itu adalah yang terbaik bagi Lune!!" hardik Charlotte sembari menarik kerah baju yang dikenakan oleh Yuri.

"Dia itu seorang wanita yang juga punya perasaan pada orang-orang yang ia sayangi, apa kau juga akan melakukan hal yang sama padaku suatu hari nanti apabila kita sudah menjadi pasangan, hiks ... hiks ...." Isak tangis Charlotte kembali pecah sembari melepas cengkeraman tangannya di kerah baju Yuri dan terduduk di lantai dapur umum tersebut.

Tidak berapa lama, Charlotte pun jatuh pingsan dan segera membuat Yuri, Susan, dan Lousiana terkejut melihat hal tersebut dan berusaha untuk memberikan pertolongan. Beruntung, saat itu rekan kerja Lousiana kembali ke dapur umum untuk mengembalikan sebagian peralatan makan yang digunakan oleh para penghuni tempat penampungan dengan beberapa staf karyawan, dan segera membantu memberikan pertolongan.

"Ibu jangan khawatir, yang sudah berlalu bukan kesalahan Ibu sepenuhnya. Hal itu juga tidak dapat diduga sebelumnya, selain itu ... aku juga bersalah karena meninggalkannya," gumam Yuri sembari melihat kepergian Ibu angkatnya.

"Maaf, Charlotte," gumam Yuri sembari membalik badannya untuk pergi menyusul Lune di ruangannya.

******

******

"Clack ... Clack ... Clack," suara langkah sepatu high heels dari sepasang kaki seorang wanita yang kemudian berhenti dan duduk di kursi meja kerjanya.

"Selamat datang, Nona," ucap seorang wanita lainnya.

Dengan menyandarkan tubuhnya di kursi kerja sembari memejamkan mata yang terlihat cukup lelah dikarenakan berbagai urusan yang harus ia lakukan, setidaknya ia membutuhkan sebuah kabar berita yang cukup membuat harinya lebih berwarna dibandingkan dengan keadaan cuaca hari ini.

"Bagaimana dengan laporannya? Dan, kau tahu laporan apa yang aku maksudkan tersebut," tanya seorang wanita kepada wanita yang berada di sebelahnya yang ternyata adalah kepala asistennya.

"Untuk saat ini, kita belum berhasil mendapatkan Hana dan Kim agar dapat memudahkan dalam menjalankan rencana awal kita sebelumnya," balas kepala asisten tersebut.

"Apa maksud dari perkataanmu, Elizabeth?" tanya wanita yang dipanggil Nona tersebut.

Elizabeth kemudian memberikan laporan terperinci yang ia terima berdasarkan informasi terkait kejadian di lapangan. Dimana, Hana belum berhasil untuk ditangkap dan dibawa kemari, sementara keberadaan Kim belum dapat ditemukan.

"Haaahhhh!!" wanita tersebut menghela napasnya sembari membuka matanya.

"Hanya untuk menemukan mereka berdua saja ...," ucap wanita tersebut tidak ingin menyelesaikan perkataannya.

"Maafkan saya, Nona," balas Elizabeth sembari menundukkan kepalanya dan meletakkan tangan kanannya didepan dada menyesali ketidakmampuannya.

"Kau boleh pergi, batalkan semua janji yang ada untuk hari ini. Aku ingin beristirahat sejenak, dua jam lagi aku ingin informasi terbaru," ucap wanita yang dipanggil Nona tersebut memberikan instruksi.

"Baik, My Lady. Kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu," ucap Elizabeth kemudian melangkah pergi dari ruangan tersebut.

Dengan berbagai pikiran dan beban yang harus ia tanggung sampai saat ini, setidaknya harapan yang telah ia inginkan akan mampu terwujud tidak lama lagi. Namun, semua itu hanya menjadi beban tambahan yang harus ia pikirkan kembali secara baik.

"Aku tidak ingin menunggu lagi. Selama ini aku terus mencari dirimu dan tidak berhenti untuk selalu memikirkan keadaanmu," gumam wanita tersebut.

"Rery Mc Knight," ucap wanita tersebut sebelum benar-benar tertidur di kursi kerjanya.


AUTORENGEDANKEN
Redi_Indra_Yudha Redi_Indra_Yudha

Jangan lupa untuk rate dan power stonenya agar cerita ini terus berkembang. Terima Kasih.

Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C43
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen