App herunterladen
18.42% PELABUHAN TERAKHIR PRIA KEJAM / Chapter 7: Bab. 7 Bertemu Lagi

Kapitel 7: Bab. 7 Bertemu Lagi

"Saya tadi lihat bos tersenyum,  saat memandang wanita tersebut... (Al berbicara seperti itu langsung menunjuk ke arah wanita tersebut sedangkan Rico langsung diam tak bisa membalas ucapan anak buahnya)...... Kalau tuan mau saya bisa mencari tahu tentang wanita tersebut dan secepatnya hasil laporan tentangnya akan sampai di meja tuan hati ini juga.  Bagaimana?  Apa tuan mau?" tawar Al pada tuannya. 

"Ga perlu,  lagi pula kita kesini bukan untuk mencari wanita tapi ingin mengatasi masalah di perusahaan cabang di negara ini" tolak Rico atas tawaran yang diberikan Al. 

"Saya mengerti, bos" balas Al dan setelah itu tak ada pembicaraan sama sekali. 

"Dasar bos aneh, ditawarkan untuk mencari tahu sosok wanita tersebut malah menolak" gerutu Al yang masih bisa di dengar oleh Rico. 

"Al,  kau membicarakan aku di belakang. Apa kau sudah bosan hidup?" tanya Rico sambil menatap tajam Al. 

Al yang mendengar ucapan tuannya yang memang tak terlalu dalam tapi bagi mereka yang sudah lama dekat dengan seorang Enrico Orlando sudah tahu pasti maksud dari ucapannya. 

"Ti-tidak tuan,  saya masih mau hidup dan juga sayang jika saya mati nanti wanita yang biasa jadi teman tidur saya menangis" balas Al tanpa berpikir panjang. 

"Mereka menangis bukan karena menangisi kematianmu tapi menangisi mesin ATM mereka sudah tidak ada lagi" sahut Rico. 

"Kalau begitu kita tak jauh berbeda bukan bos. Jika bis nanti mati wanita-wanita yang biasa jadi teman kencan bos menangis karena mesin ATM nya sudah tiada" ledej Al membalas perkataan sang bos. 

"Hahahahahahaha" tawa Al dengan entengnya tanpa rasa beban sama sekali. 

Rico yang mendengar akan hal tersebut merasa kesal dan langsung menatap ke arah lawan bicaranya yaitu Al tapi sayang Al belum menyadari jika sedang ditatap begitu tajam oleh sang bos. 

Al yang merasakan hawa yang berbeda dari awal masuk mobil dengan sekarang menoleh ke belakang dan langsung menghentikan tawanya seketika saat matanya langsung bertemu dengan mata tuannya. 

Al langsung tertunduk dan menghadap ke arah jalan raya dan tak berani lagi melakukan hal tersebut. 

Sepanjang perjalanan hanya terdengar deru mesin mobil saja tanpa ada suara orang yang berbincang untuk sekedar berbasa-basi  saja. Perjalanan dari bandara menuju mansion milik Rico tak membutuhkan waktu lama karena hari masih pagi jadi belum banyak kendaraan yang melintas. 

Pintu gerbang terbuka dan para pelayan yang berada di mansion sudah berjajar rapi untuk menyambut tuan muda mereka yang memang sudah lama tak datang untuk melihat rumah besarnya. 

"Selamat datang,  tuan muda" salam mereka sekaligus memberikan sapaan atas kedatangan tuan mudanya. 

"Hmmm" 

Rico hanya berdehem atas sapaan yang mereka berikan dan dirinya langsung menuju lantai dua dimana kamar pribadinya berada. 

Al yang memang dari awal mengikuti bosnya dari turun mobil hingga ditinggal seperti saat ini oleh sang memilih menuju kamar pribadi yang memang dikhususkan untuknya jika sedang berada di negara ini. 

Semua para pelayan bubar dan kembali pada pekerjaannya masing-masing. Tak ada gosip maupun candaan saat sedang bekerja seperti saat ini. Hal itu sudah menjadi aturan yang harus dipatuhi oleh setiap pekerja. 

Ceklek

Rico yang sudah masuk ke dalam kamar pribadi miliknya hanya bisa tersenyum simpul kembali saat mengingat wajah wanita yang dirinya temui saat di lampu merah tadi. Rico yang memang otaknya cerdas dan daya ingat yang kuat masih bisa melihat dengan jelas dari senyum wanita tersebut. 

Dirinya berharap bisa bertemu lagi dengan wanita tersebut tetapi itu suatu hal yang tak mungkin. 

"Jika kita bertemu lagi untuk ketiga kalinya aku tak akan melepasmu. Bagaimanapun caranya aku akan mendapatkan dirimu?  Aku tidak biasa ditolak oleh wanita-wanita jadi jangan sampai kau menolakku" gumam Rico. 

Rico yang melihat jam masih pagi akhirnya memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk merendam tubuhnya sebentar di dalam bathtub. 

Setelah selesai Rico mengambil celana boxer dari dalam lemari dan jubah tidur. Dirinya merasa lelah dan ingin istirahat sejenak sebelum memulai aktivitas yang akan menguras tenaga,  pikiran dan juga emosi nanti pada akhirnya. 

Rico berusaha memejamkan matanya saat ini  dan ingin tertidur sejenak akan tetapi tidak bisa bayangan wajah wanita yang dirinya temui di lampu merah terus menari di otaknya. 

"Shit!!!!"

"Lebih baik aku jalan-jalan saja kalau begitu daripada seperti ini tidak bisa tidur" ucap Rico lirih. 

Rico beranjak dari atas tempat tidur menuju walk in closet,  dirinya mengambil pakaian yang terkesan santai tapi tak mengurangi ketampanannya.Rico memakai kaos yang pas pada tubuhnya dan dilapisi jaket kulit yang sengaja tidak di sleting ditambah dengan celana  jeans tak lupa sepatu sport yang menunjang penampilannya yang ditambah dengan jam tangan mewah yang merupakan limited edition. 

Para pengawal yang memang selalu standby langsung berdiri dan bersiap saat Rico menuruni anak tangga kali ini. 

"Aku keluar sebentar dan kalian tidak perlu mengikuti seperti biasanya. Lagipula aku hanya ingin keliling saja" ucao Rico memberitahu akan apa yang ingin dirinya lakukan. 

"Baik,  tuan… Jika ada masalah beritahu kami agar secepatnya menyusul ke lokasi anda" balas salah satu pengawal pribadi yang merupakan pemimpin dari semua bodyguard. 

"Hmmmm"

Rico berjalan menuju garasi yang berisi mobil-mobil mewah dan jangan lupakan termasuk golongan limited edition. Rico mengeluarkan mobil sport berwarna hitam dan menyalahkannya menuju pintu gerbang. 

Rico yang memang lebih suka mengemudikan mobil sendiri kecuali dirinya harus memeriksa file-file penting yang akan dibahas nanti saat rapat atai sejenisnya baru dirinya dengan terpaksa menggunakan jasa supir. 

Rico yang sudah siap menancapkan gas dengan kencang tak lupa menggunakan kacamata hitam yang menyamarkan warna bola mata miliknya. 

Rico yang memang tak tahu mau kemana tujuannya akhirnya memutuskan untuk mengelilingi ibukota Jakarta saja. 

Dirinya merasakan banyak perubahan pada kota yang sekarang dirinya tinggal karena terakhir dirinya datang beberapa tahun yang lalu keadaan Jakarta tak seperti saat ini. 

Rico yang sudah sedikit lelah mengendarai mobil akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak di taman kota. 

Dirinya keluar dari mobil dan menuju kedai yang menjual minuman. Bukan hal yang begitu sulit untuknya untuk membeli minuman dan membayarnya karena dirinya bisa berbahasa Indonesia dengan cukup lancar. 

Tak akan ada yang percaya jika dirinya adalah orang kaya maupun seorang mafia jika dilihat dari penampilannya karena penampilannya sungguh berbeda dari mafia pada umumnya yang tubuhnya dipenuhi oleh berbagai macam gambar tato yang terkadang dikreasikan. 

Rico menatap seluruh penjuru taman kota tersebut dengan mata elangnya. Dirinya melihat ada yang ramai sedikit jauh dari tempatnya sekarang berada. 

Rico berjalan menuju tempat keramaian tersebut. Rico mengernyitkan alisnya saat melihat sebuah stand yang dibuka untuk acara sumbangan donor darah. 

"Ada-ada saja aku keramaian apa ternyata sedang ada acara donor darah" batin Rico yang berniat meninggalkan tempat tersebut. 

"Tunggu sebentar,  kak" ujar salah satu seorang wanita menahan tangan Rico dan secara otomatis langkahnya terhenti. 

"Hmmm"

"Kakak atau mas tak ingin ikut dalam acara penggalangan donor darah. Darah-darah yang nanti terkumpulnakan disumbangkan ke orang yang membutuhkan nantinya" jelas salah seorang wanita yang berpakaian jas putih sambil tersenyum

Rico yang mendengar suara wanita yang berbeda dari biasanya jika bertemu dengan dirinya akan bersikap genit dan bernada menggoda dirinya tapi kali ini malah sangat berlawanan. Wanita tersebut berbicara dengan sopan, lugas dan yang paling penting tidak kecentilan serta menggoda dirinya seperti biasanya. 

"Jika kakak tak mau tak masalah tapi jika ada sanak keluarga yang ingin mendonorkan darahnya,  silahkan datang ke taman ini sampai jam empat sore atau ke Rumah Sakit Mulia Internasional" ucap wanita tersebut dengan sopan dan menyerahkan selembaran brosur yang dipegangnya ke Rico. 

Entah apa alasannya Enrico Orlando yang biasanya mengabaikan acara amal seperti ini kalian  ini tertarik dan masuk ke dalam tenda untuk melakukan pemeriksaan. 

"Residen Caca,  nanti pulang aku antar sekalian aku mau main ke apartemen milikmu" ucap dokter Reyhan  yang kebetulan jaraknya tak terlalu jauh dengan Caca tapi masih bisa di dengar oleh Rico. 

Rico yang mendengar akan hal tersebut hanya menipiskan senyumnya saja,  dirinya menganggap dan menilai seorang Caca adalah wanita yang selalu membukan pintu rumahnya atau bahkan pintu kamar tidurnya bisa dimasuki oleh setiap laki-laki yang dirinya kenal atau dekat. 

"Maaf,  dokter Reyhan. Aku tak terima tamu laki-laki di apartemen milikku terlebih lagi hanya dokter saja tanpa ada teman wanita yang lainnya. Saya tak ingin ada timbul fitnah atau nanti dituduh mengambil tunangan orang apalagi. Selain itu habis ini selesai saya harus menemui kedua orang tua saya karena mereka bilang ada sesuatu yang serius" jelas Caca pada dokter Reyhan untuk alasan menolak kedatangannya. 

"Palingan kamu mau dijodohkan oleh orangtuamu,  Ca….. mengingat anak gadisnya sampai saat ini belum pernah pacaran sama sekali. Hati-hati loh Caca,  nanti lo ga ngejalanin pacaran lagi tapi langsung nikah bagaimana?  Bisa-bisa nasibnya  itu membeli kucing di dalam karung jadi tak tahu sifat buruknya hanya tahu sifat baiknyan saja" celetuk Sherly menimpali ucapan sahabatnya. 

"Kalau masalah itu aku tak tahu,  jika iya aku akan mempertimbangkan permintaan mereka.  Bagaimanapun mereka adalah keluarga terdekatku,  pastinya mereka tahu baik buruknya laki-laki yang dipilih oleh mereka untuk putrinya bukan hanya sekedar menujuk maupun ambil sembarangan" papar Caca. 


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C7
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen