App herunterladen
3.5% Divine_Gate / Chapter 6: Chapter 5 : Kenangan Lama

Kapitel 6: Chapter 5 : Kenangan Lama

Tidak lama kemudian, Kolonel Ray pun datang dengan berlari cepat ke arah lapangan.

"Apa yang terjadi padanya? Kolonel Ryota?" tanya Kolonel Ray sembari memeriksa kondisi Ryouichi.

"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja dia menjadi seperti ini setelah berlatih tanding dengan Kolonel Rose" jawab Kolonel Ryota dengan cemas.

"Akan kubawa dia ke pusat perawatan terlebih dahulu, yang lain tolong menyingkir" ucap Kolonel Ray sembari menggendong tubuh Ryouichi.

Kolonel Rose pun terlihat merasa bersalah karena kejadian itu dan mencoba meminta maaf kepada Kolonel Ryota.

"Kolonel Ryota, soal sparring tadi... Aku minta maaf karna sudah berlebihan kepadanya." ucap Kolonel Rose dengan nada bersalah.

"Ini bukan salahmu, ini adalah salahku yang tidak menghentikan kalian berdua tadi" ucap Kolonel Ryota sambil mengepalkan tangannya.

Karena insiden tersebut, pelatihan prajurit divisi Warrior pun di hentikan pada hari itu. Kolonel Ryota, Kapten Saito, Mayor Megumi dan [Guardian] lainnya pun menunggu di luar ruangan pusat perawatan darurat tempat dimana Ryouichi sedang di rawat. Kolonel Ryota mengeluarkan sebuah foto yang menampilkan seorang perempuan dan pandangan Kolonel Ryota menjadi kosong bersamaan dengan pikirannya yang kembali mengingat dengan samar-samar kembali ke 10 tahun lalu, dimana Kolonel Ryota masih menjadi prajurit baru.

"Ryota…"

"Ryota!" seru seorang gadis yang berada di samping Ryota .

Gadis itu memiliki rambut perak yang terlihat cantik dengan senyuman yang menghangatkan hati bagi siapa pun yang melihatnya.

"Ayumi? Ada apa? Mengapa kau memanggilku?" jawab Ryota.

"Lagi-lagi kau memasang muka serius seperti itu, apakah kau sedang ada masalah?" ucap Ayumi sembari mengusap kepala Ryota dengan pelan.

"Tidak ada apa-apa, bagaimana dengan pelatihanmu kemarin?" jawab Ryota.

"Ah, benar juga. Kau tahu? Instruktur kemarin di pelatihan sangat ketat. Aku sampai kesal dengan pelatihannya. Sombong sekali instruktur itu, ingin kupukul wajahnya" ucap Ayumi dengan kesal.

"Ayumi… Kau dan aku sudah lama kenal dari kecil sampai kita masuk ke pasukan [Saviour] bersama-sama. Apakah kau merasa betah berada di Militer seperti ini?" ucap Ryota.

"Apa yang kau bicarakan Ryota? Bukankah selama ini kita selalu menghabiskan waktu bersama-sama? Tentu saja aku merasa bahagia. Apalagi denganmu disini" ucap Ayumi sambil tersenyum kepada Ryota.

"Yah benar juga… Apa kau masih memikirkan untuk balas dendam?" ucap Kolonel Ryota dengan serius.

"Ryota… Tentu saja aku masih memikirkan untuk menjadi kuat dan membalas dendam untuk keluargaku yang telah dibunuh didepan mataku" ucap Ayumi dengan ekspresi serius .

"Oh begitu… Jangan terlalu keras kepada dirimu Ayumi. Jika kau sakit, aku juga yang akan kesusahan" ucap Ryota dengan nada bercanda.

"Mooo…. Jangan menjahiliku seperti itu" ucap Ayumi dengan muka cemberut.

"Hahahaha..."

Ryota tertawa melihat ekspresi Ayumi.

Lalu tiba-tiba terdengar langkah beberapa lelaki mendekati mereka berdua.

"Seperti biasanya, kalian terlihat sangat dekat sekali. Kapan kalian mulai berpacaran?" ucap sesosok siluet pria di belakang mereka

"Daisuke !... Dan yang lain. Apakah kalian sudah selesai dengan latihan kalian?" ucap Ryota kepada Daisuke.

"Yah, latihan hari ini terasa cukup melelahkan. Apalagi besok kita akan memasuki [Forbidden Forest] untuk mengambil senjata Roh. Aku penasaran senjata Roh apa yang akan kita dapatkan disana, aku sangat bersemangat" ucap Daisuke sambil duduk dengan nada bersemangat.

"Yah kalau kau mungkin akan mendapat senjata Roh paling rendah sepertinya hahahaha" ucap pria dengan postur tinggi dengan rambut cepak.

"Cih, aku merasa bahwa yang akan mendapatkan senjata Roh paling rendah adalah dirimu, Hikari" ucap Daisuke sambil menatap Hikari dengan sinis.

"Sudah… Jangan bertengkar disini. Lebih baik kita beristirahat" ucap Ayumi sembari tersenyum kepada mereka bertiga.

Lalu Ryota, Daisuke, Ayumi dan Hikari pun melangkah pergi ke ruangan masing-masing untuk beristirahat. Hari pun berganti menjadi pagi.

"Ryota…! Ayo bangun" ucap Ayumi sembari mengguncang tubuh Ryota.

"Hmmmm... Kau lagi-lagi masuk ke barak pria. Kalau instruktur tahu tentang hal ini, kau pasti akan kena hukuman" ucap Ryota sembari bangun dari tidurnya.

"Jika aku tidak membangunkanmu, pasti kau yang akan terkena hukuman dari Instruktur" ucap Ayumi.

"Oke… Oke aku bangun" ucap Ryota.

"Pastikan kau langsung menuju ke lapangan setelah bersiap-siap. Sampai bertemu di lapangan" ucap Ayumi dengan tersenyum sambil meninggalkan Ryota.

Pada hari itu seluruh prajurit bersiap-siap untuk pergi ke [Forbidden Forest]. Sesampainya mereka di sana, seluruh prajurit terkejut dengan fasilitas tersebut.

"Ryota… Coba liat itu, besar sekali portalnya!" ucap Ayumi dengan ekspresi kagum dan mata berbinar.

"Baik… Kalian satu persatu akan masuk kedalam portal sesuai nomor urutan. Perlu kalian ingat, kalian tidak perlu terburu-buru mencari senjata Roh kalian. Karena waktu didalam sana dengan waktu di sini berbeda, 1 hari disana setara dengan 10 menit di sini. Dan setelah kalian mendapatkan senjata Roh, jangan menyebutkan senjata Roh apa yang kalian dapatkan kepada orang lain, tunggulah setelah kalian kembali ke markas Provinsi" ucap Instruktur kepada Seluruh prajurit.

Satu persatu prajurit baru memasuki portal dan sudah mendapat senjata Roh mereka masing-masing. Tibalah giliran Ryota dan kawan-kawan.

"Aku duluan…" ucap Daisuke sambil melangkah masuk kedalam portal.

"Yo… Jangan menangis kalau kau keluar tanpa membawa senjata Roh yah hahahaha" ucap Hikari kepada Daisuke.

"Ryota… Apa kau pikir kita bisa menjadi kuat setelah ini? Aku takut kalau aku tidak dapat membalas dendam meski aku mendapat senjata Roh [God] tingkat tinggi sekalipun" ucap Ayumi khawatir.

"Jangan khawatir, Tuhan pasti akan mendengar permintaan kita" ucap Ryota sambil mengusap kepala Ayumi dengan pelan.

Setelah menunggu beberapa saat Daisuke keluar dan dilanjutkan oleh Hikari. Namun dari mereka berdua tidak ada yang berhasil mendapat senjata Roh [God] tingkat tinggi. Lalu tibalah giliran Ryota untuk memasuki portal.

"Aku berangkat!" ucap Ryota dengan penuh semangat kepada teman-temannya.

"Yo, kami akan menunggumu disini Ryota!" ucap Hikari dan Daisuke.

"Berhati-hatilah Ryota" ucap Ayumi.

"Hmmmm… Sepertinya aku dan Hikari belum mendapatkan senjata Roh [God] Tingkat tinggi, apakah Ryota akan berhasil mendapatkannya?" ucap Daisuke.

"Tenanglah, Ryota pasti akan mendapatkannya. Aku percaya padanya" ucap Ayumi dengan penuh keyakinan.

Ryota pun memasuki portal dan setibanya dia di [Forbidden Forest]. Ekspresinya pun berubah, yang awalnya semangat menjadi kaget.

"Apa-apaan tempat ini?" tanya Ryota dengan kaget.

Tempat yang seharusnya adalah hutan belantara berubah menjadi kota yang kondisinya sebelum penyerangan oleh demon dan monster. Ryota melihat situasi yang damai dimana para pejalan kaki dan mobil-mobil di jalanan seperti tidak terjadi apa-apa.

"Ba-bagaimana bisa?" ucap Ryota dengan terbata-bata sembari melihat kesana kemari dengan penuh kebingungan.

"Ryota…" terdengar suara lirih seorang perempuan paruh baya memanggil nya.

"Ibu… Bagaimana bisa?" ucap Ryota menahan air matanya.

Ryota pun memeluk perempuan paruh baya itu dan menangis dalam pelukannya.

"Kenapa denganmu Ryota, kenapa kau menangis?" ucap ibunya.

"Maafkan aku ibu, karena aku tidak sempat mengucapkan maaf kepada ibu pada hari itu. Aku menjadi anak bodoh dan lari dari rumah. Dan ketika semua Demon dan Monster itu menyerang kota, aku mencoba kembali kerumah. Namun aku tidak dapat menyelamatkan ayah, ibu, serta kakak. Sekali lagi aku minta maaf" ucap Ryota sembari menangis dengan keras di pelukan ibunya.

"Tidak apa-apa, mari kita berkumpul kembali bersama yang lainnya. Yang lain sudah menunggumu" ucap ibunya sembari menghapus air mata Ryota.

Ryota pun menggangguk dan berjalan bersama ibunya sembari menggenggam tangannya. Namun suara lirih tiba-tiba terdengar di telinga Ryota.

"Ryota… Apakah kau akan selalu berada di sampingku?" suara lirih itu terdengar semakin jelas ditelinga Ryota.

"Ayumi?" gumam Ryota.

Tiba-tiba Ryota kembali mengingat semuanya, kejadian dimana seorang gadis kecil yang pada waktu itu menangis dengan keras di samping mayat ayahnya. Dan kejadian dimana Ryota berjalan menuju arah gadis itu untuk menenangkannya dan berkata semuanya akan baik-baik saja. Lalu Ryota melepaskan genggaman nya dan berkata pada ibunya.

"Ibu maafkan aku, untuk saat ini aku belum bisa bergabung dengan kalian. Karena aku sudah berjanji kepada seseorang untuk menjaganya dan berada disamping nya" ucap Ryota kepada ibunya.

"Tidak apa-apa. Jika memang seperti itu, kembalilah kepada orang itu dan tepatilah janjimu. Jagalah dia dan tetap berada di sampingnya" ucap ibu nya dengan senyuman lalu menghilang.

Lalu pemandangan perkotaan itu berangsur menghilang dan berganti menjadi hutan belantara.

"Apa tadi itu ilusi?" ucap Ryota.

"Hahahaha kau cukup menarik anak muda" ucap Kakek tua yang berjalan dengan tongkat sambil memakan buah apel.

"Siapa kau? Apakah kau demon?" ucap Ryota dengan waspada dan terlihat menjauh.

"Kau tidak perlu tahu siapa diriku ini, yang pasti aku bukanlah Demon apalagi Monster. Oh ya selamat, kau berhasil mendapat senjata Roh [God] Tingkat tinggi" ucap kakek tua itu.

"Hah? Apa maksudmu? Aku belum mencari tapi aku sudah dapat?" tanya Ryota dengan heran.

"Ilusi yang kau lihat tadi adalah ujian yang diberikan hutan ini kepada yang terpilih. Ngomong-ngomong, kau mau apel?" ucap kakek tua itu sembari menguyah apel yang berada ditangannya.

"Ujian? Yang tadi itu ujian? Kalau begitu aku harus berterima kasih padamu kakek tua, karena aku dapat melihat ibuku sekali lagi dan meminta maaf padanya" ucap Ryota sambil membungkuk.

"He… Kau adalah orang pertama yang berterima kasih padaku karena sudah menunjukkan masa lalu yang pedih. Yang lain malah memaki dan mengutukku. Baiklah, ambil senjata ini, kau berhak untuk mendapatkannya" ucap kakek tua itu.

"Pedang apa ini? Dan mengapa aku mendapat dua senjata? Mengapa terasa ringan sekali? Aku serasa dapat mematahkannya" tanya Ryota.

"Jangan menanyakan beberapa hal sekaligus seperti itu. Pertama akan kujelaskan kepadamu tentang pedang itu, pedang pertama yang berwarna putih bernama Izanagi dan pedang kedua yang berwarna hitam bernama Izanami. Kedua pedang itu memiliki julukan [Sword of Life] dan [Sword of Death]. Kedua pedang itu terbuat dari bilah besi dari [Underworld], meski besi itu ringan namun tidak dapat di patahkan oleh apapun" ucap kakek tua itu menjelaskan panjang lebar.

"Hmmm… Pedang yang menarik. Lalu gunanya apa?" tanya Ryota.

"Untuk itu aku tidak bisa memberitahumu, kau harus mencari tau sendiri hehehe... Ini sudah waktunya kau pergi dari sini anak muda" ucap Kakek tua itu dengan senyum menyeringai.

Lalu tiba-tiba pintu portal pun muncul di belakang Ryota.

"Baiklah, selamat tinggal kakek tua. Semoga kita berjumpa lagi" ucap Ryota sembari melangkah menuju pintu keluar itu.

"Tunggu dulu, aku hampir lupa untuk memberimu ini. Ambillah liontin ini" ucap kakek tua itu sembari memberikan liontin itu kepada Ryota.

"Liontin untuk apa ini?" tanya Ryota sembari menerima liontin itu.

"Aku juga tidak tahu, beberapa hari yang lalu ada seorang pria datang ke [Forbidden Forest] ini, dia tiba-tiba mencariku dan memberikan liontin ini lalu menyuruhku untuk memberikannya kepada prajurit yang mendapatkan [Sword of Life] dan [Sword of Death]" ucap kakek tua itu.

"Hmmm… Baiklah" ucap Ryota lalu pergi kembali menuju portal di fasilitas.

Ryota pun kembali menuju fasilitas. Namun dia tidak menyadari bahwa dia sudah pergi selama seminggu penuh di waktu dunia manusia dan semua orang mengkhawatirkan keadaannya.

"Yo…. Aku kembali" teriak Ryota.

Lalu tiba-tiba Ayumi berlari dan memeluk Ryota sambil menangis.

"Ayumi... Kenapa kau tiba-tiba memelukku? Apa kau sudah rindu padaku ?" tanya Ryota.

"Kukira kau tidak akan kembali lagi kesini. Apa kau tahu? Kau sudah seminggu masuk ke portal itu dan tidak kembali, bahkan para instruktur pun khawatir dengan keadaanmu" ucap Ayumi dengan tangisan.

"Kau sungguh membuat kami khawatir Ryota" ucap Daisuke dan Hikari bersamaan.

Lalu setelah kepulangan Ryota, para instruktur pun membawa Ryota dan menginterogasinya di markas Provinsi. Setelah itu, Ryota pun diperbolehkan untuk kembali ke barak dan beristirahat. Pada keesokan harinya…

"Hei Daisuke, apakah kau melihat Ayumi? Biasanya dia membangunkanku setiap pagi" tanya Ryota sambil melihat kesana-kemari.

"Ah, Ayumi pergi ke [Forbidden Forest]. Apa kau ingat terakhir kali ketika giliran kau masuk kedalam portal? Kau pergi selama seminggu dan Ayumi yang mendapat urutan paling terakhir setelah dirimu tidak bisa masuk" ucap Daisuke sambil merokok.

"Hei, bisa-bisanya kau merokok. Apa kau tidak takut di hukum jika ketahuan instruktur?" ucap Hikari.

"Sudah kebiasaanku memang seperti ini dari dulu, bahkan Ryota pun dulu merokok bersamaku. Asal kau tahu, Ryota dan aku sudah kenal dari dulu, dan aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri" ucap Daisuke.

"Hee… Ryota kau masih merokok sekarang?" tanya Hikari dengan heran.

"Aku sudah berhenti sekarang, Ayumi menyuruhku untuk berhenti. Jika bukan karena dia, mungkin sampai sekarang aku masih merokok hahaha" ucap Ryota.

Tiba-tiba sirene pengumpulan prajurit pun berbunyi.

"Ada apa? Mengapa sirene nya berbunyi?" tanya Hikari.

"Apa kau lupa, hari ini seluruh [Guardian] serta Jendral akan berkumpul ke Markas kita untuk melihat senjata Roh apa yang didapatkan para prajurit. Bahkan jika kau mendapat senjata Roh [God] yang tingkat rendah kau akan bisa langsung naik pangkat" ucap Daisuke.

Mereka bertiga pun segera menuju ke lapangan. Disana terlihat para [Guardian] dan Jendral yang duduk di podium atas, dan para instruktur memanggil nama prajurit untuk mengecek senjata Roh mereka dan jika memenuhi syarat mereka akan langsung naik pangkat. Tibalah giliran Ryota untuk menunjukkan senjata Roh nya.

"Dimana senjata milikmu? Jangan bilang kau lupa membawanya?" ucap Instruktur kepada Ryota.

"Ah sebentar, aku akan men [Summon] senjata rohku" ucap Ryota

"[Summon]? Ja-jangan jangan?!" ucap Instruktur itu dengan tidak percaya.

Lalu Ryota pun men [Summon] senjata Roh nya dan mengejutkan seluruh prajurit tidak terkecuali para [Guardian] dan Jendral.

"I-ini adalah senjata Roh [God] tingkat tinggi dan juga ada dua! Apakah kau seorang jenius?" ucap Instruktur itu dengan kaget dan tidak percaya.

Lalu instruktur itu pun menuju tempat duduk para petinggi seperti meminta keputusan.

"Ehem… Baiklah semua prajurit sudah menunjukkan senjata Rohnya, oleh karena itu mari kita akhiri semua hari ini…"

Belum sempat instruktur menyelesaikan ucapannya, Ayumi yang baru datang kembali dari [Forbidden Forest] pun berlari dan menyelanya.

"Tunggu…! Aku belum memperlihatkan senjata rohku!" ucap Ayumi sambil terengah-engah.

"Baiklah, tunjukkan senjata Roh mu itu" ucap Instruktur.

"Oke… Aku akan men [Summon] senjataku" ucap Ayumi dengan percaya diri.

"Men [Summon] lagi? Jangan bilang kalau kau juga?!" ucap Instruktur sembari hampir pingsan.

Ayumi pun mensummon senjata Roh nya. Lalu muncullah sebuah pedang yang memiliki aura gelap yang sangat kuat bahkan membuat para [Guardian] sesaat merasa terintimidasi.

"Ini adalah senjata Roh [God] tingkat tinggi lainnya!" ucap Instruktur.

Ayumi pun melihat ke arah Ryota dan membuat pose jari V-pose serta tersenyum ke arahnya. Ryota pun sontak tersenyum kembali kepada Ayumi. Setelah kejadian itu, baik Ayumi maupun Ryota menjadi pusat perhatian para prajurit lainnya. Prajurit lainnya memanggil mereka dengan sebutan prajurit jenius. Beberapa hari kemudian mereka berdua pun dipanggil untuk menghadap Jendral di markas Pusat [Central]. Sesampainya mereka di Markas Pusat [Central] mereka pun langsung menuju ruangan rapat, dimana para jendral dan [Guardian] sudah menunggu mereka.

"Jendral, kami berdua datang untuk memenuhi panggilan anda"

Ryota melihat ke arah jendral, dia melihat sesosok pria paruh baya yang sangat berwibawa dengan postur tubuh tinggi, rambut di sisir ke belakang dan terlihat menyalakan cerutu.

"Ah… Silahkan duduk" ucap Jendral tersebut dengan ramah.

"Baik Jendral" ucap Ayumi dan Ryota.

"Jadi aku memanggil kalian kesini untuk sebuah alasan. Kemarin dari beberapa ratus prajurit kalian berdua merupakan satu-satunya prajurit yang berhasil mendapatkan senjata Roh [God] tingkat tinggi. Langsung ke poinnya saja, apakah kalian berdua mau masuk divisi Dark Moon?" ucap Jendral itu dengan serius sembari menghisap cerutunya.

"Tunggu dulu Jendral! Saya tidak setuju dengan itu, bukankah mereka masih pemula? Mereka tidak pantas untuk bergabung dengan divisi Dark Moon. Aku tahu mereka berhasil mendapatkan senjata roh [God] tingkat tinggi, namun bukan berarti mereka bisa langsung masuk divisi Dark Moon semudah itu" ucap seorang pria dengan rambut di ikat kebelakang dengan simbol Harimau putih di lengan kanannya.

"Hmmm... Baiklah. Bagaimana kalau kita mengadakan latih tanding antara mereka berdua dengan dirimu, Kolonel? Jika mereka bisa menang melawanmu atau setidaknya mendapat pengakuan darimu maka mereka akan bergabung ke divisi Dark Moon. Bagaimana dengan itu?" ucap Jendral kepada Kolonel itu yang merupakan salah satu dari [Guardian].

"Kau bercanda kan jendral? Meski mereka berdua bekerja sama untuk melawanku, aku sangat ragu mereka bisa melukaiku. Tidak mungkin seorang [Guardian] sepertiku akan kalah dari orang baru seperti mereka. Baiklah aku terima tantangan untuk latih tanding dengan mereka" ucap [Guardian] itu dengan nada sombong.

"Bagaimana dengan kalian berdua? Sudah pasti kalian akan menyetujui latih tanding ini, bukan?" tanya Jendral kepada Ryota dan Ayumi.

"Maaf, Jendral. Tapi kami menolaknya" ucap Ayumi.

"Kenapa kalian menolak? Bukankah itu adalah kesempatan yang bagus untuk kalian? Kalian memiliki kesempatan untuk menjadi petinggi atas" ucap Jendral dengan ekspresi heran.

Ayumi dengan tatapan yakin langsung angkat bicara kepada Jendral.

"Kami tidak ada niatan untuk meninggalkan markas lama kami, karena tempat kami memang berada disana. Kami memiliki teman-teman yang menunggu kami untuk bertempur bersama. Disanalah kami menjalani pelatihan, disanalah kami menjalani suka dan duka. Jadi kami menolak tawaran dari anda untuk bergabung dengan divisi Dark Moon" jawab Ayumi tegas sambil menggenggam tangan Ryota.

"Hmmm… Jadi begitu. Baiklah, latih tanding sepertinya akan dibatalkan. Maaf tentang itu Kolonel" ucap jendral kepada [Guardian] sombong itu.

"Hmpph... Baguslah, kalian sadar bahwa diri kalian tidak pantas masuk ke divisi DarkMoon. Lagipula divisi Dark Moon tidak memperlukan prajurit lemah seperti kalian terlebih wanita itu. Aku tidak akan pernah menyetujui seorang wanita bergabung dengan divisi Dark Moon" ucap [Guardian] itu dengan sombong dan nada merendahkan mereka berdua.

Ryota terlihat kesal dengan ucapan dari [Guardian] itu dan mengepalkan kedua tangannya, namun Ayumi yang melihat hal itu langsung berusaha menenangkan Ryota dengan mengelus punggungnya dengan lembut. Akhirnya Ryota menarik nafas dan berhasil mengontrol emosinya.

"Kalau begitu, kami mohon pamit untuk meninggalkan tempat ini" ucap Ryota.

Sebelum pergi, Ryota menatap [Guardian] tersebut dengan tatapan tajam seakan-akan berniat untuk membunuhnya.

"Ryota... Maafkan aku" ucap Ayumi.

"Itu bukan salahmu. Tempat kita memang bukan disini. [Guardian] bajingan itu, berani-beraninya berkata seperti itu sambil memandang dirimu. Kalau saja tidak ada Jendral, aku pasti akan menghabisinya" ucap Ryota dengan kesal.

"Sudahlah Ryota, tidak apa-apa. Lagipula apa yang dia bilang memang ada benarnya. Kita masih lemah, kalaupun kita bisa masuk divisi DarkMoon sudah pasti kita akan tertinggal dengan yang lainnya" ucap Ayumi menenangkan Ryota.

"Baiklah, mari kita kembali ke markas dan berlatih untuk menjadi lebih kuat agar bisa mencari demon yang telah membunuh Ayahmu dan membalaskan dendamnya" ucap Ryota sembari menggandeng tangan dari Ayumi.

Tidak lama setelah itu, Ayumi dan Ryota pun di anugerahi kenaikan pangkat. Ayumi menjadi Letnan Dua dan Ryota menjadi Kapten. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Ayumi dan Ryota menjadi Petinggi pertama yang dihormati dan disegani para bawahannya. Mereka berdua pun menjadi semakin kuat setelah berlatih selama 3 tahun dan mulai bisa menggunakan kekuatan penuh dari Senjata Roh mereka.

"Selamat pagi, Kapten Ryota" ucap seorang wanita yang tidak asing.

"Ada apa denganmu? Entah mengapa aku merasa aneh mendengarmu memanggilku seperti itu" ucap Ryota membalas dengan senyuman.

"Hahaha, aku hanya ingin menjahilimu saja" ucap Natsumi sembari tersenyum.

"Jadi, bagaimana dengan Daisuke dan Hikari? Apa mereka lulus tes untuk kenaikan pangkat mereka?" ucap Ryota sambil meminum kopi nya.

"Yep… Mereka berhasil naik pangkat menjadi Letnan Satu. Kukira mereka akan selamanya menjadi private" ucap Ayumi.

"Hmm..." gumam Ryota sambil memerhatikan Ayumi.

"Apa ada yang aneh dengan seragamku atau mukaku?" tanya Ayumi heran.

Yang tidak disadari oleh Ayumi adalah sebenarnya Ryota tidak memperhatikan wajahnya, namun Ryota memperhatikan dada besar Ayumi yang tercetak dengan jelas dari balik seragamnya.

"Ah… Maaf tidak ada" jawab Ryota kaget dengan muka memerah lalu memalingkan wajahnya.

"Hmm… Kau sungguh aneh. Jika tidak ada lagi yang mau dibicarakan, aku pergi dulu" ucap Ayumi kepada Ryota lalu pergi meninggalkannya sendiri.

"Haahh... Lagi-lagi aku gagal mengatakan hal itu kepadanya" ucap Ryota.

"Yo... Ada apa? Mengapa dirimu lesu seperti itu?" ucap Hikari dan Daisuke yang tiba-tiba berada di belakang Ryota.

"A- aku gagal lagi mengatakannya kepada Ayumi" ucap Kolonel Ryota.

"Apa maksudmu?" tanya Daisuke.

Beberapa saat setelah Ryota menjelaskan kepada Daisuke dan Hikari.

"Haaaaa? Jadi maksudmu kamu belum menyatakan perasaan mu kepada Ayumi? Kukira kalian dari dulu sudah berpacaran. Kalian sudah sangat dekat seperti itu, namun kau masih belum juga berpacaran dengannya? Kau sungguh aneh, Ryota" ucap Daisuke sembari membakar rokoknya.

"Aku masih ragu-ragu untuk mengutarakan perasaanku kepadanya. Aku takut akan di tolak oleh nya" jawab Ryota dengan nada khawatir.

"Apa kau bodoh? Bukankah selama ini Ayumi yang menunggumu untuk mengutarakan perasaan mu padanya? Aku jadi kasihan dengan Ayumi" ucap Hikari sembari menghela nafas.

"Bagaimana kalau aku membantumu kali ini? Aku dan Hikari akan memesan sebuah restoran dan kalian akan datang ke restoran itu. Gunakan kesempatan itu untuk menyatakan perasaanmu padanya" ucap Daisuke sembari menghisap rokoknya.

"Ah ide yang bagus, akan kuajak Ayumi kesana nanti malam. Oh ya dan juga terima kasih kalian berdua sudah mau membantuku" ucap Ryota.

"Terlalu cepat untuk berterima kasih kepada kami, berterima kasihlah ketika kau sudah diterima oleh Ayumi. Jika kau ditolak, kami tidak keberatan untuk menemanimu minum hahahaha" ucap Hikari.

Ryota pun mencari Ayumi dan berniat mengajaknya untuk makan malam.

"Ayumi!" teriak Ryota.

"Ah Ryota... Ada apa kau berteriak seperti itu? Lihatlah dirimu, sampai berkeringat karena berlari seperti itu" ucap Ayumi sembari menyeka keringat Ryota.

Ryota terlihat gugup ketika mencoba berbicara dengan Ayumi, dirinya terpesona dengan kecantikan Ayumi dan pikirannya malah menjadi tidak fokus.

"Ano... Ayumi. Aku sudah memesan sebuah restoran untuk makan malam, a-aku hanya ingin tahu apakah kau bisa menemaniku?" tanya Ryota dengan mata berbinar penuh harap.

Ayumi yang mendengar ucapan Ryota tersenyum kecil dan menatap Ryota.

"Hahaha…. Mana mungkin aku menolaknya setelah kau menunjukkan ekspresi seperti itu? Boleh, aku akan menemanimu nanti malam" ucap Ayumi.

"Ah… Baiklah jam 7 malam nanti aku akan menjemputmu" ucap Ryota dengan bahagia dan penuh semangat lalu berlari dengan tingkah lucu.

"Ryota! Jangan berlarian seperti itu di koridor! Dasar, karena hal inilah aku sangat menyukaimu" ucap Ayumi.

Waktu yang di janjikan pun tiba, Ryota bertemu dengan Ayumi di luar gedung markas. Tanpa disangka Ryota terkesima dengan penampilan Ayumi yang memakai gaun panjang berwarna merah.

"Kenapa kau terdiam seperti itu Ryota?" ucap Ayumi dengan heran.

"Ti-tidak… Hanya saja kau terlihat cantik dengan gaun itu" ucap Ryota.

"Ah-ah baiklah… Ba-bagaimana kalau pergi sekarang?" ucap Ayumi dengan tersipu malu.

"Be-benar! Mari kita pergi" ucap Ryota gugup.

Ryota dan Ayumi pun berangkat dan sudah sampai di restoran yang dijanjikan, mereka berdua terlihat canggung satu sama lain dengan ekspresi kebingungan.

"Ah, anu... Ayumi!" ucap Ryota tiba-tiba.

"Ah, iya kenapa?" jawab Ayumi dengan kaget.

"Aku-aku…" ucap Ryota dengan terbata-bata.

"Hmmm…" gumam Ayumi menunggu jawaban Ryota.

"Aku… Susah untuk mengatakannya" ucap Ryota lesu.

"Ryota…" ucap Ayumi dengan lembut.

"Apakah kamu ingat dulu ketika aku masih seorang gadis kecil yang tidak bisa apa-apa setelah melihat ayahku tewas didepan mataku? Pada waktu itu aku sudah putus asa dan tidak ada niatan untuk hidup lagi. Tapi dirimu, berjalan dan mengulurkan tanganmu. Waktu itu aku merasa melihat sebuah harapan lagi untuk hidup. Aku hidup hanya untuk bersama dirimu, Ryota. Itulah perasaanku padamu, lalu bagaimana perasaanmu saat ini?" ucap Ayumi sembari menyentuh tangan Ryota dengan lembut.

"Ayumi... Aku cinta padamu. Sejak pertama kali kita bertemu, sejak aku melihat betapa rapuhnya dirimu ketika menangis di pelukanku. Disaat kita menghabiskan waktu bersama-sama, disaat kita tertawa, disaat kita menangis bersama. Aku ingin melindungimu dengan sepenuh hatiku. Aku ingin bersama dirimu, kapanpun itu" ucap Ryota dengan menatap Ayumi.

"Aku... Juga mencintaimu. Aku juga ingin selalu bersama dirimu, sampai maut memisahkan kita. Aku ingin memiliki keluarga bersamamu, aku ingin mempunyai anak bersamamu, aku ingin menjadi tua bersamamu dan aku juga ingin mati di pelukanmu" ucap Ayumi disertai air mata kebahagiaan jatuh menetes.

Ryota pun menyentuh wajah Ayumi dan menyeka air mata nya. Lalu mendekatkan wajahnya ke Ayumi dan mencium Ayumi. Mereka berdua pun kembali ke markas dan menghabiskan malam bersama-sama. Hari pun berganti menjadi pagi.

"Ryota…" ucap Ayumi dengan lembut sambil menekan pipi Ryota.

"Hmmmm… Selamat pagi Ayumi" ucap Ryota sembari memeluk Ayumi.

"Mooo… Lebih baik kau bangun. Bukankah masih banyak hal yang harus kau kerjakan?" ucap Ayumi di pelukan Ryota.

"Baiklah… Aku akan bersiap-siap terlebih dahulu" ucap Ryota sambil mencium pipi Ayumi.

Tiba-tiba sirene berbunyi menandakan sesuatu yang besar terjadi. Ayumi dan Ryota bergegas menuju lapangan untuk pengumuman besar yang akan merubah segalanya dalam kehidupan mereka.

"Baiklah, kalian semua dikumpulkan hari ini untuk membahas rencana penyerangan Kastil Demon tingkat Bumi. Penyerangan akan di lakukan secara diam-diam besok malam. Dan untuk operasi ini, seluruh prajurit dari Markas Provinsi Timur akan terbagi menjadi regu pengintai, regu penyerang dan regu bantuan. Dan tentunya yang akan memimpin operasi ini yaitu aku sebagai [Guardian]" ucap Kolonel yang menjadi [Guardian] saat itu dengan sombong.

Setelah pengumuman tersebut seluruh prajurit menjadi sibuk dengan persiapan penyerangan ke kastil tersebut. Ayumi, Daisuke, serta Hikari tergabung dalam regu penyerang, sedangkan Ryota tergabung dengan regu bantuan.

"Ryota, tolong simpan foto ini dan kembalikan lagi saat kita berhasil menyelesaikan penyerangan ini" ucap Ayumi dengan senyuman.

"Ayumi… Aku… Mau kah kau menjadi…" ucap Ryota namun di sela oleh Ayumi.

"Ryota… Aku tunggu kelanjutan dari ucapanmu ketika kita bertemu kembali nanti" ucap Ayumi sembari menutup mulut Ryota dengan jari telunjuknya.

"Baiklah… Aku mengerti" ucap Ryota sembari memeluk Ayumi.

"Daisuke, Hikari, tolong jaga Ayumi. Aku berdoa semoga kalian baik-baik saja disana" ucap Ryota kepada Daisuke dan Hikari.

"Yoo... Tenang saja. Aku dan Daisuke tidak akan mati semudah itu. Dan tentu saja kami juga akan melindungi Ayumi disana" ucap Hikari dengan percaya diri.

"Aku percaya pada kalian, mari kembali ke regu masing-masing untuk sekarang" ucap Ryota.

Setelah semua hal dipersiapkan, hari yang ditunggu pun datang. Hari yang mengubah nasib Ayumi dan Ryota.

"Baiklah, regu pengintai telah berhasil mengkonfirmasi bahwa semua demon dan monster disana. Regu penyerang langsung menuju kesana sesuai dengan rencana. Jika merasa perlu bantuan regu penyerang langsung menyalakan tanda suar untuk memanggil regu bantuan" ucap [Guardian] kepada seluruh pasukannya.

Lalu seluruh prajurit pun di luncurkan, namun Ryota merasa ada hal yang aneh dengan [Guardian] itu.

"Mengapa [Guardian] itu tidak pergi bersama mereka, bukankah misi ini akan menjadi mudah jika [Guardian] sombong itu juga pergi bertarung?" gumam Ryota dalam hati.

Karena merasa ada hal yang janggal, Ryota pun diam-diam mengikuti [Guardian] tersebut menuju ruangannya. Terlihat [Guardian] itu berbicara dengan salah satu petinggi atas dan membicarakan penyerangan tersebut. Ryota yang sudah curiga pun menguping pembicaraan mereka.

"Hmmm… Apakah menurutmu rencana ini akan berhasil, Kolonel? Jika kau gagal maka posisi [Guardian] akan di gantikan oleh orang lain. Ingatlah bahwa akulah yang memberikan posisi [Guardian] kepadamu" ucap salah satu petinggi atas tersebut.

"Tenang saja, rencana ini akan berhasil. Seharusnya saat ini seluruh regu penyerang sudah dibinasakan di kastil itu. Di kastil itu sendiri ada lebih dari 1000 monster dan 20 demon tingkat Bumi. Lagipula aku sendiri yang membuat rencana itu, kita hanya tinggal bilang ke petinggi atas yang lain jika terjadi hal yang tidak kita inginkan yang menyebabkan seluruh pasukan mati" ucap [Guardian] sembari tertawa.

"Bagus, pastikan rencana ini berhasil. Aku sudah susah payah membuat kesepakatan dengan ras Demon. Aku ingin Jendral sialan itu merasa bersalah dengan kematian para pasukan ini. Lagipula Jendral lah yang menyetujui operasi ini. Lalu jika Jendral ini turun jabatan, maka selanjutnya akulah yang akan menjadi Jendral. Hahahahaha" ucap petinggi atas itu dengan raut wajah bahagia.

Ryota pun terkejut dengan pembicaraan ini dan langsung bergegas pergi menuju kastil tua itu dengan mobil jeep.

"Ayumi... Semoga kau baik-baik saja disana!" teriak Ryota dengan cemas sembari memacu kudanya dengan cepat.

Setibanya di Kastil tua itu, Ryota langsung bergegas memasuki kastil tua itu. Begitu dirinya masuk, Ryota pun dikejutkan dengan pemandangan yang dimana seluruh pasukan yang berjumlah ratusan orang dibantai habis tidak bersisa. Potongan tubuh dan darah berceceran dimana-mana. Ryota yang tidak kuat melihat semua itu pun muntah. Satu-satunya hal yang terlintas di pikirannya adalah keselamatan temannya dan juga Ayumi. Semakin Ryota melangkahkan kakinya, semakin banyak pula mayat dari pasukan regu penyerang. Namun dia tidak melihat Ayumi, Hikari dan juga Daisuke. Dan Ryota sangat terkejut ketika memasuki ruangan tengah bagian kursi tahta. Dia melihat tubuh Daisuke dan Hikari tergantung di dinding dengan berlumuran darah. Tubuh Hikari dan Daisuke hanya tersisa bagian pinggang hingga ke kepala, bagian bawah tubuhnya sudah hilang entah kemana.

"Oi... Daisuke, Hikari…. Kalian sedang bercanda kan? Bagaimana mungkin kalian mati setelah berjanji padaku untuk baik-baik saja" ucap Ryota terduduk dengan pandangan kosong.

"Ohhh…. Masih ada prajurit yang hidup disini" ucap salah satu demon Tingkat bumi yang tiba-tiba muncul dari balik kegelapan.

"[Summon : Izanagi! Izanami!]" teriak Ryota.

Dua senjata roh miliknya itu pun muncul dan berada di genggaman tangannya.

"Dimana Ayumi?" ucap Ryota dengan aura hitam pekat yang membungkus tubuhnya serta tatapan marah dan hawa membunuh yang sangat besar.

"Apa yang di bicarakan orang i....hah?! Ahhhhhhhhhhhhh" teriak demon itu dengan tangan kanan nya yang tiba-tiba sudah terpotong.

"Aku tanya sekali lagi kepadamu, dimana Ayumi!" teriak Ryota.

"Pasukan demon dan monsterku! Cepat bunuh orang ini!" teriak demon tingkat bumi itu.

Tidak beberapa lama kemudian, ruangan tahta itu di penuhi ratusan pasukan monster dan terlihat beberapa demon tingkat bumi lainnya. Mereka menyerang Ryota dari segala arah, namun dengan secepat kilat Ryota menghindar dan menyerang balik mereka.

"[Skill : Divine slash]!" teriak Ryota.

Seketika beberapa puluh pasukan monster itu pun terbelah menjadi beberapa bagian dan darahnya terciprat kesegala arah.

"Apa-apaan orang ini?! Bagaimana bisa dia membunuh pasukanku dengan mudah seperti itu?"

Pembantaian pasukan demon itu terjadi hingga beberapa belas menit.

"[Skill : Death Aura, Grim Reaper]" ucap Ryota.

Seketika dibelakang Ryota muncul sesosok [Grim Reaper] yang menebas puluhan pasukan monster tersebut.

"Tidak mungkin! Seberapa kuat orang ini? Bahkan dia mampu membunuh setengah dari pasukan ku!" teriak Demon Tingkat Bumi itu dengan ekspresi tidak percaya.

"[Extreme Technique: Grand Chariot, Cerma]!" teriak Ryota.

Seketika dari langit muncul beberapa meteor besar yang menghantam sebagian besar kastil dan pasukan monster itu. Setidaknya 500 monster mati terkena teknik dari senjata roh milik Ryota. Hanya tersisa sedikit dari pasukan monster tersebut dan 20 Demon Tingkat Bumi dihadapan Ryota.

"Berhenti disitu, atau perempuan ini akan mati!" ucap salah satu Demon tingkat Bumi tersebut sembari mengangkat tubuh Ayumi.

Dengan secepat kilat Ryota memenggal kepala Demon Tingkat Bumi tersebut. Lalu dengan lembut menggendong tubuh Ayumi yang berlumuran darah. Ryota memeriksa kondisi Ayumi dan melihat bahwa Ayumi sudah terluka dengan sangat parah, darah terus keluar dari perutnya karena luka yang sangat lebar. Kondisi mental Ryota menjadi berantakan dan dirinya mengamuk.

"KALIAN SEMUA BAJINGAN KEPARAT! AKAN KUPASTIKAN KALIAN TIDAK AKAN BISA MELIHAT MATAHARI ESOK HARI!" teriak Ryota lepas kendali.

Para demon yang tersisa sangat ketakutan ketika melihat Ryota yang mengamuk dan tidak ada satupun dari mereka yang berani mendekati Ryota.

"Ayo serang orang itu, kita masih menang jumlah! Tidak mungkin kita akan kalah dengannya!" ucap salah satu demon tingkat bumi dengan nada ketakutan. Seluruh demon tingkat bumi yang lain hanya bisa diam terpaku ketakutan.

"Ryota..." ucap Ayumi dengan lirih.

Ryota tersadar dari amukannya ketika tangan Ayumi yang sudah dingin menyentuh wajahnya.

"Ayumi… Kau akan baik-baik saja. Kita akan pulang setelah ini, aku berjanji akan membawamu pulang dengan selamat" ucap Ryota dengan nada cemas dan menangis.

"Bukankah ada sesuatu yang mau kau katakan padaku, Ryota?" tanya Ayumi dengan suara lirih.

"Tidak!.... Aku akan mengatakannya setelah kita kembali ke markas! Jadi bertahanlah hingga aku membunuh mereka semua" teriak Ryota dengan sedih dan menggenggam tangan Ayumi.

"Ryota… Terimalah senjata Roh ku ini. Gunakanlah dan selalu ingatlah diriku ketika memakainya, nama dari pedang ini adalah Khronos. Aku selalu mencintaimu, bahkan hingga akhir nafasku ini" ucap Ayumi sembari tersenyum kepada Ryota.

Ryota menyadari bahwa Ayumi sudah tidak bisa terselamatkan lagi dan hanya bisa meratapinya. Ryota lalu meraih tangan Ayumi dan menggenggamnya dengan erat.

"Apakah kau mau menikahiku, Ayumi?" ucap Ryota lirih dengan tangisan.

"Tentu, tentu saja aku mau. Terima kasih karena sudah bersamaku selama ini, Ryota..." jawab Ayumi yang menjadi kalimat terakhirnya dan berakhir di pelukan Ryota dengan senyuman yang perlahan memudar.

Ryota yang sadar bahwa ucapan Ayumi saat itu adalah ucapannya terakhirnya pun berteriak dengan sangat keras. Teriakan itu dipenuhi dengan kemarahan, kesedihan, dan ketidakberdayaan. Ryota lalu menidurkan jasad Ayumi di lantai dan mengusap rambutnya untuk terakhir kalinya.

"[Skill : Izanagi, Rebirth]!" ucap Ryota.

Seketika pedang izanagi mengeluarkan cahaya yang terang.

"Ayumi, aku akan memasukkan rohmu ke dalam pedangku ini. Dan jika aku memiliki cukup kekuatan, suatu saat nanti aku akan membangkitkanmu kembali bersama dengan Daisuke dan juga Hikari" ucap Ryota sembari menunjuk mayat dari Hikari, Daisuke dan Ayumi.

Perlahan jasad Ayumi, Hikari, dan Daisuke berubah menjadi bulatan cahaya dan masuk kedalam pedang roh milik Ryota.

"Baiklah, sekarang saatnya aku berurusan dengan demon bajingan seperti kalian" ucap Ryota dengan penuh kemarahan.

"Kalian tunggu apa lagi? Serang dia!" teriak salah satu Demon Tingkat Bumi.

"Sesuai dengan permintaanmu, Ayumi. Aku akan menggunakan senjata rohmu ini" ucap Ryota sembari menggenggam erat pedang milik Ayumi.

"[Forbidden Technique : Unison Raid]!"

Seketika itu juga, Izanagi, Izanami dan juga Khronos bergabung menjadi satu dan membentuk sebuah senjata roh baru. Senjata roh baru itu membentuk sebuah armor yang membungkus tubuh Ryota, armor itu berwarna hitam dengan garis emas, serta dengan Aura hitam di sekelilingnya. Di tangan Ryota juga terlihat sebuah Tombak emas dengan aura putih di sekelilingnya.

"Apa itu? Senjata Roh prajurit itu bergabung menjadi satu? Mus-mustahil!" ucap salah satu Demon tersebut dengan wajah ketakutan.

Setelah Ryota menggabungkan 3 senjata Roh tersebut dirinya menjadi bisa mengendalikan waktu, kematian, serta kelahiran dan bahkan bisa membuat dimensi dunia baru. Saat itu Ryota tidak peduli lagi dengan apapun dan hanya fokus untuk membalaskan dendamnya dan membantai seluruh demon yang ada di hadapannya

"[Ultimate Extreme Technique : Death Requiem]" ucap Ryota.

Setelah mengeluarkan Ultimate skill tersebut, tiba-tiba bulan di langit berubah menjadi warna merah dan tiba-tiba muncul ratusan hujan meteor api yang terus menerus menghantam para demon tingkat bumi tersebut hingga tidak berbentuk sama sekali. Api yang menyelimuti meteor itu tidak dapat padam dan akan terus membakar objek yang dikehendaki oleh sang pemakai. Sebenarnya meteor api ini hanya bisa di panggil sekali, namun berkat penggabungan 3 senjata roh itu, memungkinkan Ryota untuk menggunakan [Skill : Reverse] yang dimana bisa membuat waktu kembali menjadi mundur. Hal itulah yang menyebabkan meteor itu bisa berulang kali di panggil oleh Ryota.

"Apakah sudah berakhir?" ucap Ryota sembari melihat tubuh para demon tingkat bumi itu yang sudah tidak berbentuk sama sekali.

Ryota pun membatalkan penggabungan 3 senjata roh tersebut. Dan kembali menatap pedang Khronos.

"Sudah kuduga aku tidak bisa menatap pedangmu, Ayumi. Untuk sekarang pedang ini akan kukembalikan ke tempat asalnya" ucap Ryota.

"[Skill : Reverse]" ucap Ryota.

Pedang Khronos pun berangsur menghilang dan kembali ke tempat asalnya. Tubuh Ryota yang tidak kuat menanggung efek samping dari penggabungan senjata tersebut pun mulai merasakan efek baliknya, Ryota pun muntah darah. Namun ia tetap berusaha untuk tetap tersadar dan menggendong tubuh ayumi, Ryota lalu berjalan menuju kursi tahta dan duduk di kursi tahta itu lalu meletakkan jasad Ayumi di pangkuannya dan tertidur hingga matahari terbit. Pagi pun akhirnya tiba, seluruh pasukan bantuan dari Markas Provinsi sekaligus Jendral dan [Guardian] lainnya langsung mendatangi reruntuhan kastil itu dan menemukan Ryota sedang memangku tubuh Ayumi yang telah kaku.

"Apa-apaan ini? Apakah kau yang melakukan semua ini?" tanya Jendral kepada Ryota.

Ryota yang awalnya memejamkan matanya akhirnya membuka matanya dan bangkit dari duduknya, dengan lembut dirinya menggendong jasad Ayumi dan meletakkannya di kursi tahta. Setelah itu, Ryota berjalan dengan pelan ke arah Jendral dan [Guardian] itu.

"Kau…" ucap Ryota sembari menunjuk [Guardian] provinsi Timur dengan tatapan tajam.

"Ada apa kau menunjukku seperti itu? Kau pikir kau kuat karena berhasil mengalahkan para monster dan demon itu seorang diri?" ucap [Guardian] itu dengan sombong dan angkuh sembari mengacungkan jari kearah Ryota.

"[Summon : Izanagi]" gumam Ryota.

Dengan secepat kilat Ryota pun menebas putus tangan dari [Guardian] tersebut. Seluruh orang di ruangan itu tidak dapat melihat serangan dari Ryota yang sangat cepat dan sangat terkejut ketika melihat tangan dari [Guardian] provinsi timur yang sudah putus dan jatuh kelantai.

"Cukup dengan omong kosongmu, [Guardian] bangsat. Jendral! [Guardian] itu telah bersengkongkol dengan ras demon dan menjebak pasukan penyerang. Dia juga bekerja sama dengan petinggi atas untuk berusaha menggulingkanmu" ucap Ryota.

"Yah aku sudah tau tentang hal itu, namun aku tidak mengira bahwa dia akan melakukan hal sejauh ini hanya untuk menggulingkanku" ucap Jendral.

[Guardian] yang masih terlihat meringis kesakitan itu pun naik pitam dan mulai memaki Ryota.

"Kau bocah sialan, berani nya kau menebas tanganku. Aku ini [Guardian] yang kuat, kau pikir aku akan kalah denganmu? [Byakkomaru]!" ucap [Guardian] itu memanggil senjata roh [Guardian] miliknya.

"Jendral, tentang latih tanding yang dulu. Apakah hal itu masih berlaku sekarang?" tanya Ryota.

"Tentu saja hal itu masih berlaku dan semua yang hadir disini akan menjadi saksi pertarunganmu" ucap jendral.

"Kalau begitu, aku ingin taruhannya dirubah" ucap Ryota.

"Oh, menarik. Kau ingin dirubah seperti apa?" tanya Jendral tersebut.

"Aku ingin [Guardian] bajingan itu mati dan posisinya sebagai [Guardian] diberikan padaku" ucap Ryota

"Baiklah, aku setuju dengan itu. Kau bisa melakukan yang kamu mau kepada pengkhianat itu, aku dan pasukan yang lain tidak akan mengganggu pertarunganmu" ucap Jendral.

Setelah persetujuan Jendral, Ryota dan [Guardian] itu pun melakukan pertarungan hidup dan mati. Keduanya pun saling menyerang dan saling menangkis.

"[Skill : Frozen Area]" ucap [Guardian] itu.

Seketika setelah [Guardian] itu merapal mantera, lantai perlahan berubah menjadi es dan mengganggu pergerakan Ryota.

"Kau pikir skill murahan seperti ini bisa menghentikanku? [Skill : Kyokasuigetsu]" ucap Ryota.

"Dengan ini kau akan mati, [Skill : Ice Claw]!" teriak [Guardian] itu.

Namun, Ryota dengan percaya diri berjalan seperti biasa ke arah [Guardian] itu. Tidak ada satupun serangan dari [Guardian] itu yang mengenai Ryota setelah dia mengaktifkan [Skill : Kyokasuigetsu]. Skill [Kyokasuigetsu] membuat tubuh pemakainya menjadi seperti bayangan dan pemakai skill tidak bisa terkena damage apapun dari serangan musuh. Skill ini berasal dari pedang Izanami yang mengatur konsep kematian.

"Kenapa?! Kenapa seranganku tidak ada yang mengenaimu!" teriak [Guardian] itu dengan wajah putus asa.

"[Skill : Eternal Prison]!" teriak Ryota.

Dengan secepat kilat, Ryota menusuk jantung dari [Guardian] tersebut.

"Kau sudah kalah, dengan ini akan ku akhiri hidupmu!" teriak Ryota.

Setelah serangan itu, tubuh [Guardian] itu pun jatuh ketanah. [Skill : Eternal Prison] merupakan skill yang memungkinkan pemakainya untuk menyegel jiwa dari korban selamanya dalam kegelapan dan siksaan. Skill ini merupakan skill dari pedang Izanagi yang mengatur konsep kelahiran dan reinkarnasi.

"Dengan ini, aku sudah membalaskan dendammu, Ayumi" ucap Ryota lega.

Setelah hal itu terjadi Ryota pun pingsan dan dibawa oleh pasukan kembali ke markas provinsi. Tidak berapa lama setelah kejadian itu, Ryota di angkat menjadi Kolonel sekaligus menjadi [Guardian] baru wilayah provinsi Timur. Insiden besar ketika hari itu dikenal sebagai insiden [Red Day] dan merupakan hal yang tabu untuk Kolonel Ryota. Insiden itu juga membuat hati Kolonel Ryota tertutup dan menjadi pribadi yang dingin.

"Kolonel!... Kolonel Ryota!..." teriak Kolonel Rose yang membangunkan Kolonel Ryota dari lamunan tentang kenangan lamanya.

"Ada apa? Apakah kau ada perlu denganku?" tanya Kolonel Ryota dengan tatapan kosong.

"Mengapa anda terlihat seperti itu? " tanya Kolonel Rose.

"Ah tidak apa-apa, aku hanya teringat kenangan lama" jawab Kolonel Ryota.

Tiba-tiba terdengar suara keras dari kamar perawatan Ryouichi yang mengagetkan Kolonel Ryota dan yang lainnya.

"Ryouichi!" teriak Kolonel Ryota sembari berlari ke arah ruangan perawatan Ryouichi dan melihat sesuatu yang mengejutkan dirinya.


AUTORENGEDANKEN
Hayate_sensei Hayate_sensei

Beberapa bagian telah di perbaiki. Selamat membaca

Creation is hard, cheer me up!

Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen