App herunterladen
9.45% My promise / Chapter 19: chapter 18

Kapitel 19: chapter 18

Happy reading,

Louise pov,

Indah..

Sangat indah..

Tempat apakah ini?

Surgakah?!

Apakah aku sudah mati?!!

Aku melihat sekelilingku, walau terasa asing namun sangat nyaman. Aku belum pernah ke tempat seperti ini, hijau menyegarkan dan biru menenangkan mendominasi penglihatanku.

Ahh!!

Aku terkejut saat menyadari sesuatu.

Sejuk! Dingin! Kutundukkan kepala,

Air danau itu mengenai ujung kakiku.

Ya.. Kini aku berada dipinggir danau ditengah hutan.

Louis!

Samar - samar aku mendengar suara seseorang memanggil namaku,

Louis!

Suara itu lagi! Suara yang tidak asing lagi kudengar, tapi siapa dia?? Aku mencoba memberanikan diriku mencari suara itu, darimana suara itu berasal? Aku mencoba membalikkan badan dan melangkah perlahan menuju hutan rimbun yang kini berada dihadapanku untuk mencari suara itu.

Louis! Kemarilah..

" Siapa kamu? " seruku, sambil menolehkan kepala kekiri dan ke kanan untuk melihat kearah sekelilingku. Namun aku tak mendengar jawaban apapun, seolah - olah tak pernah ada satu suara yang memanggilku.

Hutan ini sangat rimbun tetapi beberapa titik - titik cahaya matahari masih berhasil menembus hingga memudahkan pandanganku. Cukup lama aku berjalan hingga aku menemukan padang bunga yang sangat indah dan ditengahnya terdapat sebuah rumah kaca yang sangat cantik, dan kaca - kaca itu memantulkan cahaya matahari yang mengenainya.

Apalagi ini? Sepertinya aku memiliki mimpi yang sangat indah. Dengan terburu - buru kulewati padang bunga yang harum ini agar aku dapat menuju rumah itu. Rasa penasaranku semakin membengkak sehingga kaki kecilku setengah berlari menuju rumah kaca itu.

Kini saat jarak antara aku dan rumah kaca itu makin menipis, seseorang memanggilku, aku menoleh kearah sumber suara itu.

Disana..

Di sebuah kursi kayu berukiran memiliki cat yang berwarna putih,

" Daddy?! " seruku agak terkejut,

Daddy berdiri dari kursi tersebut, dan ia tersenyum hangat sambil merentangkan kedua tangannya, seolah - olah menyambutku. Tentu saja hal itu tidak aku sia - siakan begitu saja.

" Daddy! Miss you.. " teriakku sambil berlari menghampiri daddy dan memeluknya dengan erat.

" Malaikat kecil daddy sudah besar, daddy juga merindukanmu " bisik daddy sambil tertawa.

" Daddy kenapa ada disini? " tanya diriku heran.

" Tentu saja daddy disini, inikan rumah daddy " jawab daddy dengan sabar.

" Daddy sama siapa disini? Mana kak Leo dan Livi? " tanyaku lagi dengan manja,

" Daddy disini hanya berdua sama mommy! " jawab daddy.

" Mommy??! dimana mommy dad? " tanya aku sambil celangak - celinguk.

Aku penasaran seperti apa sosok mommy, karena selama ini daddy atau Leo tidak sekalipun memasang foto mommy atau sekedar memberitahuku.

Mereka menghidari pembicaraan tentang sosok wanita yang melahirkan kak Leo.

" Sebentar lagi juga ke sini, mommy sedang memasak di dapur " sahut daddy.

Tidak lama kemudian, seorang wanita yang memiliki wajah cantik, berpenampilan anggun dan mulia menghampiri kami, saat melihatnya untuk pertama kali aku mengangah..

" Ohh.. Amazing.. " gumamku,

Sepertinya daddy mendengar hingga spontan ia tertawa geli melihat tingkahku.

" Hai, Louise! " sapa wanita itu sambil tersenyum manis dan hangat. Dan aku pun tersentak dari lamunanku.

" Mommy?! " panggilku pelan.

" Ya, sayang " jawabnya dengan lembut.

" Mommy!!! " teriakku sambil  memeluknya, aku terisak pelan.

Bahagia! Jelas aku merasa bahagia, akhirnya aku dapat melihat seperti apa sosok mommy dan merasakan kehangatan pelukannya.

Aku yang pernah tinggal di panti asuhan sejak aku bayi lalu diadopsi oleh keluarga Hansel saat usiaku mungkin baru 6 tahun, entahlah aku lupa berapa umurku saat itu. Hingga saat ini aku tidak pernah tahu seperti apa rasanya dipeluk oleh seorang ibu.

Karena aku tidak pernah merasakan rasanya memiliki seorang ibu.

" Mommy! Mommy! Mommy! " tidak henti - hentinya aku memanggilnya sambil menangis keras.

Aku tidak peduli bila ada yang mengatakan aku seperti anak kecil! Aku merasakan tangan mommy mengusap punggungku, dan sebuah tangan besar menepuk perlahan puncak kepalaku, aku tahu bahwa itu tangan milik daddy.

Aku puas dan senang menghabiskan waktu bersama kedua orang tua angkatku. Makan bersama, berkebun bersama bahkan mommy membacakan cerita saat kepalaku tidur dipangkuannya.

Persis anak kecil yang mendapatkan hadiahnya, tapi sesaat aku merasakan ada yang hilang, ada bagian kosong yang di hatiku tapi apa?

Aku meletakkan kedua tanganku didada merasakan sesak. Saat itu daddy menghampiriku.

" Louis! Waktunya telah abis nak " seru daddy sambil berjongkok didekatku yang saat ini tiduran di sofa, dan aku menjadikan paha mommy sebagai bantalku.

" Apa maksud daddy? " tanyaku penasaran.

" Kembalilah.. Leo menunggumu " jawab daddy dengan sedih.

" Aku tidak mau pergi! Aku ingin bersama mommy dan daddy! " protesku sambil bangun.

" Ini bukan waktunya, nanti ada saatnya kita bersama lagi sayang " ucap mommy sambil merangkulku.

" Tapi aku masih mau disini mom " rajukku kepada mommy.

" Dengarkan mom sayang, Leo dan Livi sangat mengkhawatirkanmu, jadi kamu harus kembali " jelas mommy dengan penuh perhatian.

" Tapi.. "

" Daddy hanya minta satu hal, jadilah kuat, nak maka kamu dapat kembali bersama mereka "

Selesai daddy berpesan, aku melihat semuanya samar - samar menghilang.

Aku sangat takut dan histeris,

" Mommy! Daddy! Please bawa aku bersama kalian " teriakku saat melihat mereka semakin menghilang dari pandanganku,lalu...

***

Denenchofu Jepang....

" Janggggaaannnn perggggiiiiiiii! " teriakku sambil terengah - engah.

Kulihat sekelilingku, aku berada disebuah kamar mewah. Aku memijit pelipisku yang berdenyut dengan tanganku, saat itu aku sadar bahwa salah satu tanganku diperban. Dan aku mulai ingat apa yang sedang terjadi.

Suara pintu kamar dibuka dari arah luar.

" Nona! " panggil seorang pelayan wanita yang tempo hari menemuiku. Aku hanya diam tertunduk, dan masih memijit pelipisku. Air mataku menetes tanpa aku sadari.

" Nona! Apa ada yang nona butuhkan? " tanya pelayan itu khawatir.

" Dimana ini? " tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya.

" Maaf nona, saya.. "

" Pergilah! " seruku memotong omongannya, aku muak mendapatkan jawaban yang tidak pasti.

" Baik nona " jawab pelayan itu sopan.

" Tunggu! "

" Apa yang anda butuhkan, nona? " tanya pelayan itu sambil menundukkan kepalanya ramah.

" Dimana pria itu? " tanyaku

" Maksud anda dokter Kenta? Atau tuan besar Ritz? " tanya pelayan itu bingung.

" Ritz! " jawabku dengan cepat.

" Tuan Ritz sedang keluar dan akan kembali nanti malam " jelas pelayan itu.

Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, dan mengusir pelayan ini pergi. Beberapa menit kemudian tiga orang pelayan masuk, salah satunya membawa baki makanan.

Dua orang lagi membantuku membersihkan diri, betapa lemahnya diriku saat ini ketika aku harus dibantu untuk membersihkan diri dan mengganti pakaianku, Itu cukup melelahkan.

Saat mereka masuk aku sudah menghapus air mataku, ada perasaan tidak nyaman dalam hatiku. Setelah bertemu daddy dan mommy di dalam mimpi. Kini aku tahu bahwa daddy sudah berkumpul dengan mommy lagi.

" Aku harus menjadi lebih kuat! " gumamku pelan.

Louise pov end.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C19
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen