App herunterladen
3.5% kesalahan atau anugerah / Chapter 14: Chapter 14 Jatuh Cinta

Kapitel 14: Chapter 14 Jatuh Cinta

Likha tersenyum-senyum sendiri mengingat kata-kata Azzam tadi.

"Mas Azzam menyukai penampilanku?" Likha bergumam sendiri, saking asyiknya melamun, Likha tidak menyadari kalau iren dan Dina menghampirinya.

"Likha, kamu kenapa tersenyum-senyum sendiri. Mana duduk dibawah pohon lagi, kamu nggak kesambet kan Likha?" tanya iren dengan wajah cemas. Sementara Dina mencoba memeriksa kening Likha, tetapi semua baik-baik saja. Likha juga tidak demam.

"Iren, Dina, apakah kalian pernah merasakan hati kalian tenang dan merasa nyaman saat berdekatan dengan seseorang. Pernahkah kalian sangat ingin melihat seseorang dan ingin selalu bersamanya? pernahkah kalian merasakan bahagia saat ada orang yang memuji kalian?" Likha terus bicara tanpa melihat raut wajah kedua temannya yang sedang bingung.

"Likha, apakah kamu sedang jatuh cinta?" tanya Dina spontan. Sementara iren menganggukkan kepalanya menyetujui apa yang dipikirkan Dina.

"Apakah seperti itu rasanya orang yang sedang jatuh cinta?" Likha masih saja terus bertanya tetapi matanya menerawang membayangkan wajah Azzam yang sangat tampan. Ya, Likha baru menyadari kalau Azzam ternyata sangat tampan. Tubuhnya yang tinggi, rambut hitamnya yang tebal dan lurus. Badannya yang proporsional, juga perhatian dan aroma tubuhnya. Membuat Likha ingin selalu melihatnya dan ingin selalu bersamanya.

"Likha, kamu jatuh cinta dengan siapa? apa Keenand? atau kak Ba'ih?" Iren dan Dina sungguh penasaran.

"Aku sendiri belum yakin gaes, tunggu setelah liburan ya! akan aku ceritakan kepada kalian kalau aku sudah benar-benar yakin." Likha kemudian beranjak dari duduknya. Kemudian disusul oleh Iren dan Dina yang juga segera berdiri. Mereka mendengar nama Azzam disebut. Seketika mereka bertiga sangat bersemangat. Ketiganya sangat mengidolakan Azzam. Tidak terkecuali Likha, mereka segera menuju lapangan dimana panggung berada.

Kini saatnya Azzam menyampaikan motivasi untuk juniornya yang masih di bangku sekolah menengah atas. Mereka bertiga kemudian sampai didepan panggung. Likha melihat Azzam memandangnya sekilas, hatinya tiba-tiba berdebar. Dia menjadi salah tingkah sendiri sehingga wajahnya memerah. Azzam meski berada diatas panggung bisa merasakan kalau Likha sedang salah tingkah dan malu.

Azzam bisa melihat gelagatnya yang tidak seperti biasanya, Likha juga merasakan tatapan Azzam. Dia kemudian pamit pada Iren dan Dina untuk mencari keenand. Melihat Likha pergi karena salah tingkah. Azzam menyunggingkan senyum tipis, meski begitu,Azzam tetap bisa menyampaikan kata-kata motivasi untuk adik-adiknya di sekolah ini. Acara pun selesai, hingga Azzam pergi dia tidak melihat Likha kembali.

"Keenand, acara kan sudah selesai. Aku pulang duluan ya! aku harus berkemas untuk pulang ke kampungku sore ini." Likha memutuskan akan pulang sore ini. Tidak jadi besok, untuk itu Likha minta ijin pada Keenand agar menyampaikannya pada kak ba'ih karena likha harus segera menemui Azzam. Kalau dia tidak jadi pulang besok tetapi sore ini.

"baiklah Likha, kamu pulanglah. Hati-hati ya, sampai ketemu minggu depan." Keenand melambaikan tangan pada Likha yang langsung berlari ingin menyusul Azzam yang sudah hampir sampai parkiran motor. Likha terus berlari hingga akhirnya dia bisa menemui Azzam.

"Mas Azzam tunggu, hah..hah.." Likha sampai ngos-ngosan. Azzam juga sangat heran dengan kedatangan Likha yang tiba-tiba.

"Ada apa likha, kenapa napasmu seperti itu?" Azzam bertanya kepada Likha kenapa dia berlari.

"Aku mengejarmu mas, aku mau bilang kalau aku nggak jadi pulang besok mas tetapi sore ini. Jadi maaf, kita belum bisa berbicara saat ini dan kita akan berbicara satu minggu lagi." Likha sudah bisa mengatur nafasnya.

"Kalau begitu, nanti tunggu aku jam empat ya. Akan kujemput didepan gerbang asrama mu. Aku akan mengantarmu pulang nanti." Azzam tidak mau menunggu sampai minggu depan, itu terlalu lama. Kalau Likha mau pulang sekarang, dia juga akan menggunakan kesempatan ini untuk berbicara pada Likha. Azzam tidak ingin menundanya lagi.

"Ya sudah mas, aku harus kembali ke asrama untuk berkemas. Sampai ketemu lagi nanti sore ya." Likha langsung meninggalkan Azzam yang juga langsung melajukan motornya kembali ke messnya untuk berkemas juga. Sesampainya di asrama, likha mencuci seragamnya dan menggantungnya didalam kamar mandi. Dia kemudian juga mandi setelah mencuci, kemudian Likha segera berganti baju dan keluar dari kamarnya. Likha bertemu dengan Alicia yang baru kembali.

"Lho Likha, kamu kok sudah rapi, mau kemana?" tanya Alicia yang melihat Likha keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah rapi, tidak seperti biasanya.

"Oh, kebetulan sekali Alicia. Aku mau pulang sekarang, tolong pamitkan aku dengan teman-teman ya. Aku duluan, sampai jumpa minggu depan ya. Jangan lupa sampaikan salamku untuk Iren, Niken dan Dina, Alicia langsung mengangguk dan memeluk Likha dengan erat. Kemudian keduanya berpisah, Likha melihat jam dinding yang berada dalam asrama itu sudah menunjukkan pukul empat kurang lima menit.

Likha kemudian berlari dan segera keluar dari pintu gerbang asrama, Likha melihat Azzam sudah disana dengan ransel yang berada didadanya. Azzam kemudian menarik tangan Likha dan memintanya segera naik keatas motornya sebelum ada orang yang melihat mereka. Azzam memberikan helm dan Likha segera memakainya. Dalam sekejap mata, kedua remaja itu segera menghilang dari tempat itu tanpa diketahui siapapun.

Azzam melajukan motornya kearah taman yang berada ditengah kota ini. Setengah jam kemudian mereka telah sampai. Azzam memarkirkan motornya didekat mereka duduk, karena menjelang malam taman ini sudah agak sepi.

"Mas Azzam, apa yang mau kamu sampaikan kepadaku? ini sudah sore dan hampir malam. Bus terahkir yang menuju ke desaku berangkat jam enam, aku sudah harus sampai diterminal sebelum pukul enam. Kalau ada yang mau kamu bicarakan, lakukan sekarang." Likha berhenti bicara karena Azzam tiba-tiba meraih tengkuk Likha dan kemudian mencium bibir Likha. Keduanya berciuman cukup lama, karena ini pertama kalinya Likha dicium seseorang. Dia hanya diam saja, Azzam yang seperti orang kerasukan.

Dengan sangat rakus dia melumat bibir Likha hingga berdarah, Azzam mencium Likha dengan perasaan yang dia sendiri tidak tahu dengan apa yang saat ini dia rasakan. Azzam kemudian melepaskan ciumannya dan membersihkan bibir Likha. Ada air mata yang menggenang dipelupuk mata Likha. Dia sangat takut dengan apa yang dilakukan Azzam, Likha juga merasakan perih dibibirnya.

Dia kemudian tertunduk, Azzam mengangkat wajah Likha dengan kedua tangannya, dia kembali mencium bibir Likha dengan lembut sekarang dan perlahan likha mulai membalas ciuman Azzam. Keduanya terlena dengan ciuman mereka. Setelah mereka kehabisan pasokan oksigen, mereka berdua melepaskan ciumannya. Azzam menatap Likha dengan seulas senyum yang membuatnya menjadi lebih tampan.

"Likha, aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi kekasihku? aku menciummu untuk membuktikan perasaanku padamu dan ternyata aku memang mencintaimu. Apakah kau juga merasakannya?" Tanya Azzam pada Likha yang tertunduk kemudian menggeleng

"Aku tidak tahu mas, karena aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya." Likha berkata jujur dan Azzam tersenyum puas pada Likha. Kemudian Azzam mencium kembali bibir Likha, keduanya kemudian saling berpelukan. Azzam membelai punggung Likha dan dia kembali bertanya.

"Likha, aku mencintaimu sayang. Apakah kamu mau membalas perasaanku?" Tanya Azzam pada gadis kecil didepannya. Likha tampak berpikir kemudian mengangguk.

"Iya mas Azzam, aku sepertinya jugas udah jatuh cinta kepadamu," Azzam kembali memeluk Likha.

"Mulai sekarang, kamu adalah kekasihku." keduanya kemudian meninggalkan taman itu. Azzam dan Likha berboncengan meninggalkan tempat mereka menyatakan perasaan cinta mereka.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen