App herunterladen
1.73% MENEMUKAN CINTA YANG SEBENARNYA / Chapter 4: Menjijikan

Kapitel 4: Menjijikan

Sekarang Maya sedang duduk termenung di taman, ia mengingat kembali kejadian saat Kinar melemparkan fotonya di depan banyak orang, apa lagi sampai Alendra sendiri yang melihat foto itu. Ia sangat bingung bagaimana ia harus menjelaskannya kepada Alendra temannya nanti, padahal selama ini Alendra mengangap dirinya seorang wanita yang baik-baik, tapi hari ini sepertinya Alendra kecewa besar terhadap dirinya, bahkan Alendra sampai membentak Maya di depan banyak orang.

Selama ini Alendra tidak pernah marah sama sekali pun dengan Maya, apapun kesalahan yang Maya lakukan terhadap Alendra, Alendra tetap tersenyum saja dan memaafkan Maya dengan tulus, tapi sepertinya kali ini kesalahan Maya membuat Alendra berpikir ke dua kalinya untuk memaafkan Maya.

"Apa yang harus aku lakukan? Kenyataan di dalam foto itu adalah benar itu diriku," gumam Maya, lalu ia menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu ia menatap langit-langit yang terlihat sangat mendung dan sepertinya sebentar lagi akan hujan membasahi bumi.

"Bahkan langit pun marah denganku, bahkan ia sampai hati menurunkan hujan di saat hatiku sakit seperti ini," gumam Maya.

"Maya!" panggil Alendra tiba-tiba dari belakang dengan suara dinginnya.

"Alen..." lirih Maya sambil menunduk kebawah, karena ia tidak berani menatap mata Alendra saat ini.

"Aku kecewa pada mu! Apa kamu semurah itu, sampai pergi kesana? Hah?" tanya Alendra dengan emosi.

"Maafkan aku..." ucap Maya menunduk malu, matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis, namun ia tahan sekuat mungkin, karena Alendra tidak menyukai dirinya yang cengeng.

"Maya, kamu itu anak orang kaya raya. Punya segalanya, apa harta orang tua mu belum cukup untuk menghidupi mu? Atau kamu ke kekurangan uang? Hah!" bentak Alendra dan tampaknya Maya langsung terkejut mendengar bentakan Alendra barusan, tapi kepalanya masih menunduk kebawah, baru kali ini Alendra marah besar dengannya.

"Asal kamu tau, aku sangat membenci diri mu yang seperti ini, mana Maya yang aku kenal selama ini? Maya yang seorang gadis yang sopan, baik hati dan gadis yang baik-baik, sekarang dimana dirimu yang dulu Maya? Tapi kenapa sekarang ada Maya yang sangat menjijikan!" bentak Alendra frustasi.

"Alendra..." lirih Maya, lalu ia langsung memegang tangan Alendra dan seketika tangan Maya langsung di tepiskan dengan kasar.

"Aku tidak sudi bersentuhan dengan wanita menjijikan seperti kamu!" ucap Alendra dengan dingin.

"Alendra, aku mohon jangan marah seperti ini denganku. Maafkan aku Alendra," ucap Maya memohon. Hatinya sekarang sudah benar-benar sangat hancur, Alendra yang selalu baik dengannya, sekarang sudah tidak lagi seperti dulu, justru Alendra sudah berkata kasar dengannya.

"Sudahlah, lupakan saja. Jangan berani-beraninya kamu muncul di hadapanku sekarang, oh iya. Sepertinya disini sudah tidak pantas untuk mu, kamu tidak lihat mereka terus mencemooh kamu, sekarang foto menjijikan itu sudah tersebar di mana-mana, bahkan sampai ke tangan dosen sekarang dan sepertinya sebentar lagi kamu akan di keluarkan dari kampus ini dan jangan harap aku bisa membantu, karena aku tidak sudi menolong wanita murahan!" ucap Alendra dengan panjangan lebar, lalu Alendra pun langsung pergi dengan hatinya yang sangat marah besar.

Maya mendengar ucapan Alendra membuatnya sangat sakit hati, setiap kata-kata yang Alendra ucap menusuk hatinya dengan sangat dalam, ia melihat kepergian Alendra dan Maya pun langsung menjatuhkan dirinya di rerumputan hijau yang berada di taman itu.

Hujan pun langsung turun dengan sangat deras, Maya yang merasakan hujan membasahi tubuhnya langsung menangis tersedu-sedu, apa yang harus ia lakukan sekarang. Semua orang telah memandang dirinya wanita muraha, apa kah iya harus bertahan, tapi mana mungkin. Dirinya pasti akan di keluarkan dari kampus itu setelah ini, akhirnya Maya bangkit berdiri, dengan sempoyongan.

Tubuhnya terasa sangat lemah sekarang, ia berjalan dengan pelan-pelan sambil mengosok siku tangannya karena merasa sangat dingin, sesekali Maya mengusap wajahnya, karena air hujan itu. Ketika berada di pintu gerbang, Maya langsung berbalik menatap kampusnya itu, hatinya semakin hancur ketika akan keluarkan dari kampus yang di impikan selama ini. Belum lagi Alendra sudah membencinya sekarang. Ingin rasanya ia berteriak sekencang mungkin untuk melepaskan rasa sakit di hatinya, namun terlalu banyak orang menatap dirinya. Maya pun langsung menunduk malu, betapa memalukan dirinya yang seperti gelandangan itu.

Di lain sisi, hati Alendra benar-benar terasa sakit. Ia sudah terlanjur berkata kasar kepada Maya, namun kekecewaan di hatinya yang sangat dalam membuat Alendra tidak peduli lagi dengan gadis itu.

"Kamu kenapa?" tanya Erlin menghampiri Alendra yang sedang duduk melamun.

"Ka...kamu," ucap Alendra yang tiba-tiba terkejut melihat Erlin terlalu dekat dengan wajahnya, ia menatap wajah Erlin yang sangat cantik dan mempesona itu.

"Oh iya, kita belum berkenalan ya. Namaku Erlin, kalau kamu?" tanya Erlin mengulurkan tangannya.

"Oh, aku Alendra. Nama yang cantik ya," ucap Alendra dan Erlin pun langsung tersenyum manis, sehingga hati Alendra tiba-tiba bergetar hebat.

"Terima kasih," ucap Erlin.

"Apa aku boleh duduk disini?" tanya Erlin lagi.

"Bo...boleh," ucap Alendra terbata-bata.

"Ngomong-ngomong, gadis yang tadi siapa kamu?" tanya Erlin yang penasaran.

"Dia teman baik ku, tapi ternyata kelakuannya seperti itu," ucap Alendra.

"Oh, apa foto itu benar-benar dirinya?" tanya Erlin.

"Hm, itu memang dirinya dengan sangat jelas ia berada di pangkuan seorang laki-laki dan memakai pakain yang sangat minim seperti itu," jelas Alendra. Erlin pun langsung menopang dagungnya dengan kedua tangannya, Alendra pun semakin tergoda dengan kecantikan yang Erlin miliki. Tiba-tiba saja pikiran dan hatinyaingin mengejar Erlin supaya Erlin menjadi miliknya.

"Erlin!" panggil Kinar dan seketika Alendra tersadar dari lamunannya, lalu ia menatap Kinar dan membuatnya merasa sangat benci juga terhadap Kinar setelah kejadian tadi.

"Ada apa?" tanya Erlin.

"Ayo makan, yuk," ajak Kinar, Erlin langsung menatap ke arah Alendra sebentar.

"Tidak, kamu saja," tolak Erlin dan seketika wajah Kinar langsung cemberut.

"Kenapa?" tanya Kinar penasaran.

"Aku masih kenyang," ucap Erlin berbohong.

"Oh, ya sudah. Aku makan sendiri saja kalau begitu, lain kali kita makan bareng ya," ucap Kinar berusaha tersenyum, padahal ia berharap Erlin menemani dirinya makan kali ini.

"Iya, Maaf yah." Erlin sebenarnya juga ingin makan bersama Kinar, tapi ia tidak enak hati meninggalkan Alendra yang sedang memiliki masalah, ia hanya ingin menghibur Alendra supaya Alendra tidak bersedih lagi.

"Kamu kenapa tidak ikut makan bersamanya?" tanya Alendra.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin menemani kamu duduk disini saja," ucap Erlin tersenyum dan seketika hati Alendra mengebu-gebu bahagia, mendengar ucapan Erlin barusan. Alendra tidak menyangka dengan dirinya yang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama, kepada Erlin dengan secepat itu.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C4
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen