Farah meradang mendengar perkataan Adit barusan. Ia seolah kembali terlempar ke masa tiga puluh tahun lalu, di mana kala itu, ia pernah merasa berada di titik terbawah hidupnya, saat tahu, Adit lebih memilih mencintai Maya dari pada dia.
Hal serupa seolah kembali terjadi lagi. Adit, memojokkan dirinya, dan dengan sangat terang-terangan membela keluarganya.
"Loe kejam banget sih, Dit jadi cowok. Dari dulu gue mendam rasa sama loe. Tapi, nggak loe gubris sedikit pun. Apa kurangnya gue di mata loe? Apa?"
Farah mulai histeris. Ia seperti sudah tidak lagi waras. Adit sampai berdiri dari duduknya. Mengerikan sekali kalau terus bicara dengannya.
"Yah, sebaiknya kita balik aja."
Haz juga berinisiatif hendak membawa Ayahnya keluar dari ruangan itu.
"Adit, beri gue sedikit tempat di hati loe. Gue mau, walau cuma loe jadikan yang ke dua. Gue udah gedein anak loe. Mana terima kasih loe ke gue! Hah!"
Farah mulai bicara melantur. Benar-benar aneh dia.