Aisyah mengangkat telepon dari Putra, sambil berdiri di sisi Kinan.
"Hallo, Tra. Iya, gue lagi di tempat Ibu Murni, sama Kinan."
Aisyah lalu melirik Kinan. Dan dari speaker itu, masih bisa terdengar, bahwa Putra sedang menceritakan sesuatu hal yang telah mengusik perasaannya tadi.
Aisyah pun memilih keluar.
Murni kemudian mendekati Kinan. Kepala gadis itu diusapnya lembut, lalu di sandarkan di dalam dekapan.
Kinan tak bisa menolak, ia lalu membenamkan kepalanya di sana, dan mulai menepis amarah yang ada. Kemarahan kian memudar berganti tangis yang membuat dadanya sesak jika terus ditahan.
"Apa yang saya takutkan kejadian, Bu. Putra nggak bisa nerima saya sebagai kakaknya."
Kinan berujar, sambil menghapus air matanya.
"Mungkin Putra punya alasan tersendiri."
"Karena masa lalu saya, apalagi, Bu."
Murni menghela nafas, "Nanti Ibu akan tanyakan pada Putra. Apa kamu mau?"
Kinan menggeleng, "Nggak usah aja, Bu. Dia nggak akan mau denger."