Maya mengajak Kinan untuk berbicara. Entah bagaimana Bunda Putra itu akan memulai bernegosiasi. Ia sangat tidak menyukai Kinan ada di samping anaknya, mengusik hidup putra sulungnya itu. Sebagai akibat dari ketidak relaannya adalah kecelakaan yang sudah membuat Putra masih terbaring tak berdaya di atas tempat tidur.
"Kamu puas?"
Nada suara sinis serta tatapan tajam, menghujam jantung Kinan. Ini bukan bentuk balas dendam atas perlakuan tak mengenakkan dari Kinan di awal mereka berjumpa dulu.
Kinan tak berani menatap lama pada Maya.
"Berhenti mendekati anak saya mulai sekarang!" ucap Maya lagi. Ia menyandarkan tubuh pada sandaran kursi yang ada di depan kamar VIP itu.
"Sa- saya minta maaf, Bu."
Kepala Kinan menunduk kian dalam. Bagaimana ia akan melakukan permintaan seperti itu? Ia takkan bisa. Hanya Putra satu-satunya orang yang memiliki cinta tulus untuk dirinya.
"Apa kamu dengar apa yang saya katakan tadi?"