App herunterladen
4.85% IRONA / Chapter 15: Bucin

Kapitel 15: Bucin

Tepat pada jam 12.15 hujan deras mengguyur Kota Bandung, membuat udara menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Suasana SMA Altamevia sedang ramai karena sudah jam istirahat, Irona dan Arin tidak makan di kantin hari ini. Mereka memilih untuk membeli cemilan dan minuman agar dapat memakannya di kelas.

"Rin, lo udah sejauh mana sama Daffa?" Irona memulai percakapan yang cukup berat kali ini, dengan chiki yang ia pegang ditangan kiri dan sekotak susu stroberi yang sudah tertancap sedotan diatas meja.

Arin hanya mengangkat bahu, "Gue ngga tahu. Kalau Daffa sendiri sih gencer banget ngedeketin gue, dia itu luarnya aja kayak yang kalem tapi dia laki banget tau" kepalanya menoleh kearah Irona yang sedang mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti.

"Kalau lo sendiri gimana sama Aksa?" tanya Arin berbalik

Irona menghembuskan nafas ringan, "Gue sih udah sayang banget sama dia. Tapi ada makhluk yang harus gue singkirin dan gue basmi"

"Niken?" tembak Arin

"Yap. Cewek kayak dia udah keterlaluan banget" Irona meminum habis susu kotaknya, pandangannya lurus, namun sedang tidak memikirkan sesuatu.

Pintu kelas terbuka, menampilkan sosok pria bertubuh tinggi dan tampan. Dengan earphone yang selalu terpasang dikedua telinganya.

"Aku cariin kamu di kantin" Aksa berjalan menghampiri kekasihnya, ia melepas earphone yang sejak tadi ia kenakan.

"Kenapa?" tanya Irona

"Kenapa?" alih-alih menjawab justru Aksa mengulang pertanyaan yang Irona lontarkan.

"Ck" Irona berdecak, "Itu earphone nya kenapa dilepas?" ia menunjuk ke arah earphone yang kini sudah berpindah tempat pada tangan kanannya.

"Ya kali ngobrol sama pacar telinga di tutupin" jawab Aksa dengan masuk akal, diiringi mengacak-acak rambut Irona.

"Plis deh, kalo mau uwu-uwuan jangan disini. Hargai yang jomblo" Arin terlihat kesal, namun kentara sekali ia berkata seperti itu dengan maksud tertentu, jelas saja ia berharap Daffa mengerti.

"Ehem" Irona menjeda sebentar, "Tuh, Daf. Mau kapan lo nembak si Arin?" Irona melirik ke arah Daffa yang sedang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, wajahnya terlihat gugup dan bingung.

***

Menjadi kekasih dari seorang Zio Aksadana membuat Irona selalu menjadi pusat perhatian. Bak model yang berjalan diatas cat walk, sedari tadi seluruh mata memperhatikannya. Irona memperhatikan penampilannya barangkali ada yang salah, atau tali sepatunya lepas, tapi tidak. Ia mendongak, namun tetap saja sama.

"Lo semua kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" ia menatap satu persatu manusia-manusia yang berada di koridor.

"Lo cantik!" suara berat dari arah belakang membuat Irona berbalik.

"Aksa" Irona bergumam dengan suara yang sangat pelan.

Aksa berjalan sangat pelan, seingat Irona tadi lelaki itu berada di kelas. Namun sekarang justru ada dibelakangnya.

"Aku takut kamu diapa-apain sama Niken" setibanya dihadapan Irona, Aksa langsung mendekat dan membisikan kata-kata manis yang langsung disambut dengan semburat merah merona dikedua pipi Irona. Begitupun dengan siswa yang menyaksikan mereka berdua, jeritan serta pekikan tertahan sedikit memekakan kedua daun telinga Irona.

Irona yang diperlakukan seperti itu hanya diam, tubuhnya membeku dan bibirnya terkunci. Ia tidak dapat berkata apapun, hanya reaksi yang ditunjukan oleh wajahnya yang cantik itu cukup mewakili perasaannya saat ini.

***

"Aksa bego ih" Irona memukuli tubuh lelaki jangkung itu dengan tasnya, ia kesal karena sedari tadi Aksa berhasil membuat jantungnya naik turun.

"Kamu mah.. dikasih sikap manis malah marah-marah, aneh da" Aksa sedikit memberenggut, padahal ia ingin sekali menjadi sosok pria yang diimpi-impikan semua wanita bak oppa-oppa Korea.

"Ya ngga gitu juga kali, aku kan malu" Irona berhenti dari langkahnya. Mereka memang berada dijalan pulang, lebih tepatnya ditrotoar. Karena dengan tiba-tiba motor Aksa mengalami kendala sehingga dengan terpaksa mereka harus mendorongnya, oh tidak, hanya Aksa yang mendorong motornya seorang diri. Irona? ia sedari tadi hanya memukuli kekasihnya itu. Cewek emang gitu ya.

"Gapapa malu, kamu tetep cantik kok" Aksa memasang muka so imut disertai dengan puppy eyes nya, yang membuat semua wanita merasa gemas dan ingin mencubit kedua pipinya. Namun bagi Irona itu adalah ekspresi yang paling ia benci, karena mirip dengan manusia setengah dewa yang suka mencari pelanggan dipinggir jalan.

"Geleuh ih eta muka" (1)

"Hahahaa" Aksa terbahak ditempatnya, bersama Irona mengajarkan kesabaran serta kekuatan. Tidak jarang ia harus mendapatkan pukulan dan cubitan dari kekasihnya. Tubuh Irona terbilang mungil, namun kekuatannya tidak bisa dielakan lagi. Berkali-kali Aksa mengaduh kesakitan bahkan tidak jarang memar kemerahan membekas dilengannya akibat cubitan seorang Irona.

Kadang Aksa berpikir, apa benar gadis yang menyandang sebagai kekasihnya ini adalah wanita? atau laki-laki yang menyamar menjadi wanita?

"Sa, lo pernah ngg.... "

"Awsh, kok dicubit sih" belum selesai Irona berbicara, lengannya dicubit oleh Aksa.

"Elo elo, kamu dong. Kan kita udah pacaran" Aksa menghembuskan nafas kesal. Irona hanya terkikik melihat kelakuan Aksa, memang semenjak status mereka berubah Aksa selalu memanggil Irona dengan sebutan kamu.

"Iya-iya, kamu" Irona bergidik ngeri, merasa geli dengan ucapannya sendiri. Mungkin karena memang belum terbiasa. Sedangkan Aksa yang melihat reaksi kekasihnya hanya tersenyum puas dan bangga, entah mengapa ia sangat mencintai wanitanya itu.

"Na, kalau aku selingkuh gimana?"

Irona seketika menoleh, tatapannya tajam bagaikan pisau yang sudah diasah dan siap untuk memotong-motong daging.

"Berasa cakep banget lo, hah?" baru saja tadi ia bersikap lembut bahkan belum sampai lima menit.

"Ishhh.. kan aku tanya bebiiiii" wajah Aksa tidak ada rasa takut sama sekali, justru ia berbicara sangat tenang. Apa ia lupa kalau Irona memiliki jurus singa mengamuk?

"Becanda lo ngga lucu, sumpah." Irona menjeda ucapannya, nafasnya naik turun dengan raut wajah yang tidak bersahabat, "Selingkuh itu cuman buat orang-orang yang punya muka cakep. Lah elo, cakep juga kagak so soan mau selingkuh" lanjutnya sarkasme. Irona memang memiliki mulut yang pedas ketika dikuasai emosi, ia tidak segan-segan mengatai lawan bicaranya. Tidak peduli lawannya lebih tua ataupun muda.

"Lah, aku kan emang cakep. Kalau aku ngga cakep mah, kamu juga ngga akan mau sama aku" balas Aksa dengan bangganya, ia tidak menoleh sama sekali pada Irona karena sudah pasti bisa dibayangkan Irona akan menampilkan ekspresi menjijikan.

"Sa, kamu punya nomor Niken?" Irona memutar tubuhnya menghadap Aksa, wajahnya memasang ekspresi serius, tidak ada nada bercanda sedikitpun dari ucapannya.

Aksa menaikan sebelah alis, "buat apa?"

"Ck, ya aku tanya. Punya apa ngga?" Irona berdecak kesal, ia tidak suka bertele-tele

"Hmmmmm" Aksa terlihat berpikir dengan menengadahkan kepalanya menatap langit berwarna biru dan sinar matahari yang mulai muncul setelah hujan reda.

"Jawab dong!" bentak Irona dengan menghentakan sebelah kakinya

Aksa terperanjat dan hampir saja motor yang ia dorong sendirian sejak tadi oleng dan jatuh ke samping kanan.

"Kayaknya sih engga" jawabnya pelan

"Kok kayaknya sih?" Irona mulai kesal, raut wajahnya memerah dan kalau mata kalian suci akan melihat tanduk merah yang berdiri tegak diatas kepala Irona

"Engga ada, sayang" jawab Aksa dengan lembut, selembut pantat bayi.

Irona mendengus pelan, ia terlihat sudah lega dengan jawaban Aksa.

"Gue baru tahu kalau Irona seposesif ini" batin Aksa diiringi dengan senyuman yang samar, bahkan hampir tidak terlihat.

***

(1) Geleuh=Jijik


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C15
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen