App herunterladen
85.71% PERFECT SECRET / Chapter 6: Chapter 6: Kemarahan Anya

Kapitel 6: Chapter 6: Kemarahan Anya

Aku menutup kembali buku pelajaranku setelah sekian lama hanya terdiam melamun. Rasanya sungguh lelah ketika kau dihadapkan pada situasi yang membuatmu merasa enggan dan muak, itulah yang terjadi saat ini di depanku. Lelaki yang duduk di sebelahku ini tengah berdebat dengan temannya sendiri, meski aku tidak tahu apa yang mereka perdebatkan sedari tadi secara jelas, tapi bagiku itu tetap mengganggu.

"Yuuto, ikut aku sekarang!",ucapku dengan nada sedikit membentak karena kesal.

"Eh? Aku ditinggalin gitu aja, nggak diajak lagi"

Sementara itu, aku berhasil membawa Yuuto ke tempat yang lumayan sepi. Tepatnya di atas sekolah.

"Sepertinya katamu sebelumnya. Kau akan selalu siap menamparku jika aku terjerat lagi ke masa lalu",ucap Yuuto berterus terang.

Mendengar itu, aku mulai berpikir jika Yuuto terlalu cepat membuka diri terhadapku, walaupun aku tidak pernah memaksanya.

"Jadi...?",balasku bertanya-tanya sembari menekankan kata-kataku.

"Pacarku. Maksudku calon mantan pacarku menghubungiku lagi. Apa yang sebaiknya kulakukan?",tanya Yuuto terhadapku, membuatku melongo tanpa sadar.

"Kau bodoh ya? Menanyakan hal sepenting itu padaku",komentarku sedikit emosi.

"...",Yuuto terlihat kaget mendengar komentarku yang sepertinya diluar perhitungannya.

"Hahaha, kau menarik ya, Anya. Mengatai seseorang sepintar diriku dengan sebuah kata bodoh dari mulutmu",komentar Yuuto langsung tertawa di depanku.

Aku tak bisa berkata-kata, tapi aku tahu jika buah bibir orang-orang disekitar tentang seberapa tampannya Yuuto ketika tertawa lepas membuatku sedikit jantungan.

'Dia memang tampan, tapi aku tak boleh terpesona melihat tawanya. Bagaimanapun, aku, sosok asliku tanpa wujud penyamaran saat ini lebih tampan',pikirku percaya diri.

"Berhenti tertawa sekarang!",ucapku sedikit membentak tapi Yuuto tak berhenti juga tertawa.

"Hehe, maaf. Entah mengapa, aku merasa sangat nyaman berada di dekatmu. Bagaimana ya? Hm.. kau itu sangat berbeda dari kebanyakan orang yang bisanya berkomentar di belakang. Dan harus kuakui jika kau juga cukup manis jika dilihat dari dekat",puji Yuuto panjang lebar terhadapku.

"Yuuto, aku paling tidak suka dikatai manis. Terutama olehmu!",ucapku tanpa ragu menunjukkan ketidaksukaanku padanya.

"...",Yuuto nampak terdiam sejenak.

"Kalau begitu.. bolehkah, aku menginap di tempatmu lagi?",tanya Yuuto setelahnya tanpa ragu.

"Hei, kau mendengarkanku tidak sih?",ucapku merasa greget.

'Bisa habis aku jika sampai ketahuan sama Adrian',pikirku sejenak.

"Ayolah! Aku tidak ingin bertemu calon mantanku sekarang ini, dia pasti akan menemuiku jika aku pulang ke rumah. Aku tidak akan sampai hati menyusahkanmu lebih dari ini",ucapnya memohon.

Aku terdiam bingung dan menghela nafas secara terpaksa,"baiklah..." ucapku pada akhirnya.

Yuuto langsung tertawa senang, hingga tibalah waktu pulang dan seperti janji di atap sekolah, Yuuto benar-benar mengikutiku sampai Apartemen.

Aku pun mengantar Yuuto sampai lantai atas apartemen kemudian buru-buru mengeluarkan ponsel dan mengetik kata maaf pada Adrian, jika aku mempunyai urusan hari ini dan harus menginap di tempat lain.

Setelah aku masuk untuk menyusul Yuuto yang sudah masuk lebih dulu, aku memandanginya dari belakang.

Malam hari pun tiba, Yuuto tampak masuk ke kamarku tanpa ragu. Aku menebak jika dia tidur berjalan menuju kamarku.

Tak lama kemudian, Yuuto pun mengerang pelan di depanku.

"...",dengan air mata yang tiba-tiba menetes aku menatapnya tanpa ragu.

Aku pun membiarkannya tidur di kamarku dan seranjang denganku.

'Anggap saja sebagai hadiah dan penenang disaat sedih',pikirku.

Tapi baru sebentar aku berpikir untuk mengalah padanya, Yuuto tiba-tiba membuka matanya membuatku kaget.

"Mmngh..",gumamnya tiba-tiba membuat hela nafasnya mengenai wajahku lalu tanpa ragu langsung memeluk dan berbaring di atasku.

"Aku tidak pernah berbuat salah! Namun kau tetap tega mengkhianatiku. Kau kejam! Dulu kau selalu ada untukku, sekarang kau kemana?",gumam Yuuto dengan penuh emosi.

"Itu...",gumamku sedikit takut.

"Kau lihat! Aku sekarang sudah bersama yang lain. Seseorang yang membuatku merasa lebih nyaman.. Mungkin.. mungkin saja aku akan bersamanya. DIA LEBIH BAIK DARIMU!",ucap Yuuto ngelindur dengan kedua mata terbuka dan menatapku dengan tajam.

"Kau salah orang! Mengatakannya langsung didepanku.. dasar aneh!",ucapku ikutan kesal dan membenturkan keningku ke keningnya dengan keras.

Keesokan paginya, tanpa rasa bersalah, aku langsung mengacuhkannya, bahkan tadi malam, aku pun terpaksa pindah kamar karenanya.

"Kau kenapa?",tanya Yuuto heran menatapku di meja makan.

"Aku kesal!",ucapku cepat.

Yuuto pun mengernyit bingung.

"Apa ada yang salah denganku?",tanya Yuuto lagi.

Aku pun langsung mengangguk,"meski kau ngelindur, aku tetap menolak menjadi pelarianmu" ucapku menatapnya tajam.

Dapat kulihat Yuuto tersentak kaget dan aku pun mulai menerka jika dia mengingat dengan jelas apapun yang terjadi kemarin malam tapi mengira jika itu hanya mimpi.

"Maaf...",ucap Yuuto pelan sembari menunduk, nampak merasa bersalah.

"Jangan lakukan itu lagi. Aku tidak suka. Jika ingin menyembuhkan luka, jangan jadikan aku pelarianmu. Hanya karena rasa nyaman yang tiba-tiba menerpa",ucapku mulai menasehati.

"Kali ini pun kau memberiku pelajaran yang berharga. Jadi aku tidak akan ragu lagi menyampaikan segalanya padamu",ucap Yuuto, entah karena angin apa yang tiba-tiba menerpanya.

"Hah?!",komentarku shock.

Aku pun melihatnya memakan sarapannya kembali dalam diam dan dengan lahap.

'Dia. Dia.. Dia benar-benar pria licik!',pikirku malah semakin geram dengan tingkahnya.

"Kau aneh!",ucapku langsung berdiri dan masuk ke kamarku, memilih untuk mandi dan menyegarkan pikiran dan tenaga yang terkuras karena berdebat tanpa henti dengan Yuuto yang keras kepala.

"Aku tidak pernah bertemu seseorang yang semenarik dirinya.. dan pemarah",ucap Yuuto begitu aku meninggalkannya karena berhadapan dengan Yuuto terlalu menguras pikiranku.

Sehabis mandi dengan kondisi yang kembali segar, aku pun keluar dari kamar mandi yang letaknya berada di kamarku.

"Apa yang kau lakukan disana Yuuto?",tanyaku melihatnya lagi-lagi memasuki kamarku tanpa izin.

"Kau benar-benar tidak bosan membuatku emosi ya?",komentarku lagi sembari berjalan mendekat ke arah Yuuto dengan sehelai handuk dan rambut basah.

"..A-aku tidak bermaksud memasuki kamarmu",ucap Yuuto tanpa berbalik ke arahku.

"Lalu?",tanyaku lagi dengan heran.

"...",Yuuto nampak salah tingkah tapi berusaha kembali tenang.

"Kau sudah memakai pakaianmu? Aku tidak bisa berbalik dan mengintipmu",ucap Yuuto akhirnya mengeluarkan suara.

"Haa.. Kau tahu aku sedang mandi dan kau tetap berada di kamarku. Lalu sekarang kau malah salah tingkah terhadapku",ucapku ekstra geram.

Aku pun menyentuh pundaknya dan membalikkan tubuhnya secara paksa, Yuuto pun dengan sigap menutup matanya.

'Pria ini... Jika dia tahu kalau aku sebenarnya pria, dia pasti tidak akan semalu ini',pikirku dengan tetesan air yang mengalir turun dari rambutku yang masih basah.

Hingga dalam hitungan detik, dapat kurasakan bibirku yang dingin menyentuh sesuatu yang lembut dan hangat, dan saat aku tersadar, ternyata aku telah menciumnya.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen