Jelita mengucek matanya saat mendengar bunyi suara adzan dari handphonenya, tetapi tiba-tiba dia heran, kenapa punggungnya terasa hangat, dia menoleh ke belakang.
" Danil?" Jelita mencoba mengingat kejadian semalam, dan dia tersenyum.
"Jangan banyak bergerak, kalau tak ingin sesuatu terbangun." Kata Danil sambil memejamkan mata, dan tangannya masih setia memeluk Jelita dari belakang.
"Apa yang terbangun? bukannya kamu memang sudah bangun?" Tanya Jelita dengan polosnya, malah dengan sengaja dia berbalik menghadap Danil.
"Aku sudah bilang, jangan bergerak atau akan ada yang bangun, atau aku akan khilaf?"
"Ya, apa yang bangun?" Mendengar kata polos yang keluar dari bibir manis istrinya, Danil kemudian menarik tangan Jelita dan diletakkan diatas batang pusakanya yang sudah mengeras. Seketika wajah Jelita berubah jadi merah, Jelita menarik tangannya dan segera bangkit dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. Sungguh dia sangat malu, padahal dia pernah melihatnya walau hanya sekilas. Danil ikut bangkit dari ranjang, sebenarnya dia ingin langsung pergi dari kamar Jelita, tapi apa salahnya jika dia menggoda istrinya sedikit lagi.
"Jelita, apa kau tak ingin aku menemanimu mandi? sungguh aku dengan senang hati melakukannya."
"Tidak."
"Kau yakin tidak ingin melihat apa yang baru saja kau pegang?" Danil Menahan ketawanya.
"Tidak!!"
"Seriously?"
"Danillllll!!!!!" Danil tertawa terpingkal-pingkal sampai sudut matanya mengeluarkan air mata, karena mendengar triakan Jelita dari dalam kamar mandi. Danil kemudian melengang pergi dari kamar Jelita, menuju ke kamarnya sendiri untuk segera mandi. Mungkinkah menggoda istrinya akan menjadi hobi Danil yang baru? Kita lihat saja nanti ya pemirsa..
----------
"Hari ini kau ada acara kemana?" Tanya Danil pada Jelita saat mereka sedang menikmati sarapan pagi.
"Ehm.. Kayaknya ga kemana-mana deh, kenapa memang?"
"Gimana kalau kamu ikut ke kantorku saja?"
Jelita berpikir sejenak, dan...
"Oke, kalau tidak menganggu Mas Danil."
"Tidak akan, aku justru senang kalau kamu ikut."
"Beneran?"
Danil mengangguk mantap.
Danil berjalan beriringan dengan Jelita, Jari jemari mereka saling bertautan, Saling melempar senyum satu dengan yang lain, sesekali mereka mengangguk dan tersenyum pada karyawan yang menyapa mereka. Banyak diantara karyawan mengagumi mereka berdua semenjak konferensi pers tempo hari, mereka tak menyangka bahwa bos mereka yang selalu dingin ternyata mempunyai kisah seromantis itu, jelas mereka berpikir demikian karena mereka tidak mengetahui kisah cinta bos mereka sebenarnya.
Danil dan Jelita memasuki lift khusus karyawan, dan tak berapa lama mereka sampai di lantai dimana terdapat ruangan Danil disana. Beberapa sekertaris Danil menyapa mereka ketika Danil sampai di depan pintu ruang kerjanya.
"Wah, ruang kerja kamu bagus juga." Kata Jelita ketika mereka berada di dalam ruangan Danil, Jelita berkeliling ruangan melihat setiap detail isi ruang kerja suaminya. Sedangkan Danil melepas Jas nya dan di gantungkan pada kursi kebesaraannya. Kemudian melangkah mendekati Jelita dan memeluknya dari belakang.
"Kamu bisa istirahat di kamar itu kalau lelah menungguku bekerja." Kata Danil sambil menunjuk salah satu pintu yang tak jauh dari posisi mereka berdiri. Tak berapa lama asisten Danil yang bernama yogi masuk ke ruangan Danil setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk oleh Danil.
"Ada berita apa hari ini?"
"Pak Richard mengajak anda makan malam, apakah anda menyetujuinya, Tuan?"
"Aku tidak bisa, nanti malam aku ada janji dengan istriku, lusa saja."
"Baik, Tuan."
"Ada lagi?"
"Jam 10 nanti anda ada miting dengan perusahaan milik tuan Ronald."
"Apa Ronald sudah kembali dari luar kota?"
"Sepertinya sudah, Tuan. Tapi ayah tuan Ronald saya dengar sedang sakit, Tuan."
"Apa?? Sakit?" Tiba-tiba Jelita menyela pembicaraan Danild dan Yogi.
"Selamat pagi nyonya, maaf saya tidak tahu kalau ada nyonya disini, maafkan saya atas kelancangan saya tidak menyapa anda."
"Tidak apa-apa pak, saya tadi dari ruang istirahat Danil, pantas saja kalau pak Yogi tak tahu kalau aku ada disini."
"Jelita, apa kau mengenal ayah Ronald? Kenapa kau begitu terkejut mendengar beliau sakit.?"
"Tidak. itu karena Ronald kan sahabat kamu, Maksut ku apa tidak seharusnya kita menjenguk?"
"Tentu."
"Tolong beri tahu aku kalau Ronald sudah sampai, kau antar langsung dia keruang miting."
"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu." Kata Yogi.
"Jelita, kemungkinan Ronald nanti akan datang, apa kau tidak apa-apa?
"Tak apa, atau kau merasa terganggu karena ada aku disini?" Medengar kata-kata Jelita yang seolah menyindirnya, Danil kemudian beranjak dari tempat duduk dan menarik Jelita untuk dia dekap.
"Apa kau sedang menyindirku, hm?"
"Apa kau merasa tersindir tuan Danil?"
"Saya rasa tidak nyonya Danil Mahendra." Kata Danil sambil mendekatkan bibirnya ke arah Jelita. dan lagi bibir mereka saling bertaut, dan tak lama Jelita melepaskan bibirnya dari kungkungan bibir sexy milik Danil.
"Kenapa sekarang Mas Danil jadi mesum sih, dikit-dikit cium."
"Karena Kau istriku dan aku menginginkannya." Jawab Danil.
"Kau tak tahu betapa bahagiannya aku, bahwa kau adalah Aya, Ayaku, gadis yang aku cintai dari dulu hingga sekarang, bahkan Ronald pun tidak pernah menggeser posisimu dihatiku, tapi aku akui Ronald pernah menempati sisi hatiku yang lain, Tapi aku heran sejak aku tahu siapa dirimu, dengan begitu mudahnya aku menghilangkan sosok Ronald yang dulu sangat melekat di hatiku."
"Benarkah?"
"Apa kau tak percaya?"
"Bukan begitu, justru aku sangat senang mendengarnya." Kemudian Jelita memeluk Danil erat, Danil membalas pelukan tak kalah eratnya. Namun tiba-tiba pintu ruangan terbuka, dan mengagetkan mereka berdua. Seorang laki-laki tampan, berkulit putih dan menggunakan pakaian kantor yang rapi. Jelita tau siapa itu...
"Ronald?!" Kata Danil kaget. Sedangkan orang yang di sapa menatapnya tajam, tak ada senyum sedikitpun dibibirnya.
"Hai, Mas Ronald apa kabar?" Kata Jelita berusaha sesantai mungkin.
"Duduklah, bukannya mitingnya masih jam 10?" Tanya Danil
"Kenapa? Apa kau merasa terganggu?" Jawab Ronald dengan nada dinginnya.
"Tentu saja tidak." Jawab Danil. Jelita merasa kurang nyaman berada disituasi tersebut memutuskan untuk keluar ruangan.
"Maaf saya keluar dulu sebentar."
"Kamu mau kemana Jelita?"
"Sebaiknya aku menunggu kamu di Rooftop saja, aku dengar disana ada tamannya, sekalian aku mau menghubungi Rey."
"Kenapa tidak disini saja, masuklah ke kamar, kau bisa santai di sana." Kata Danil.
"Tidak usah , lagi pula aku ingin merasakan udara segar diluar."
"Ya sudah kalau kau tidak mau, nanti aku akan menyusulmu." Kata Danil, Jelita hanya mengangguk sambil tersenyum. Dan berjalan menuju pintu setelah mengucapkan salam pada kedua pria tampan itu.
Setelah Jelita keluar dari ruangan, Ronald mendekati Danil dan memeluknya erat, namun ketika Ronald hendak menciumnya, Danil menghindar. Ronald kecewa, dia lepaskan Danil dari pelukannya, dan pergi begitu saja dari ruangan Danil. Tertegun sejenak atas kelakuan Ronald, namun kemudian Danil kembali duduk diatas kursi kebesarannya, tanpa menyadari bahaya sedang mengancam Jelita.
Jelita berjalan perlahan menaiki anak tangga yang akan membawanya menuju rooftop, dia sengaja tidak menggunakan lift karena ingin menenangkan pikirannya dengan cara berjalan kaki. Pikiran Jelita tertuju pada dua sosok laki-laki yang satu adalah suaminya dan yang satu adalah rivalnya.
Jelita sampai di rooftop disana terdapat tempat duduk dan tanaman dalam pot-pot besar, dan satu landasan hellypad. Jelita berdiri ditepi pembatas Rooftop, melihat gedung-gedung pencakar langit di hadapannya, melihat lalu lalang kendaraan di bawah yang terlihat seperti semut yang berjajar rapi. Jelita menghirup nafas dalam. Ketika sedang asyik menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi, Jelita dikagetkan dengan kedatangan Ronald yang langsung menarik tangan Jelita dengan kasar.
"Jangan pernah mengambil Danil dariku." Kata Ronald dengan tatapan mengancam, tapi Jelita tak gentar sedikitpun.
"Aku tidak pernah mengambil Danil darimu, tapi memang dia yang ingin kembali padaku."
"Kembali padamu? memangnya kau siapa? cinta pertamanya? Bulsyit!! Danil menikahi mu hanya untuk menutupi bahwa sebenarnya dia adalah seorang gay."
"Mungkin pada awalnya iya, tapi tidak untuk saat ini, aku yakin mas Danil sudah berubah."
"Percaya diri sekali kau, Nona."
"Aku percaya pada suamiku."
"Apa kau tahu apa saja yang kami berdua lakukan ketika bersama? kami saling memuaskan, aku yakin bahwa kau belum pernah bersentuhan dengan Danil, Kau hanya akan mendapat bekas dari ku."
"Aku yang memiliki Danil lebih dulu, sebelum kau, Aku yang tidur dengan Danil lebih dulu sebelum kau." Ronald naik pitam, Ronald mencekik leher Jelita, reflek Jelita mundur ke belakang dan punggungnya membentur dinding pembatas Rooftop. Dengan tenaga yang tersisa Jelita menendang selangka Ronald, hal itu membuat cekikan pada leher Jelita terlepas. segera Jelita berlari ke arah tangga karena tidak mau berurusan lebih lanjut dengan Ronald. namun baru saja kakinya menginjak satu anak tangga Ronald menyerang dengan menendang tubuh Jelita, untung saja Jelita sempat menghindar kesmping, Akhirnya tubuh Ronald lah yang terguling kebawah terbentur anak tangga, Jelita berlari ke arah Ronal yang sudah tergelatak penuh luka tanpa daya.
"Ronald...Ronald...Bertahanlah, kau akan baik-baik saja, kau tidak boleh mati sebelum bertemu dengan adikmu." Ronald masih sempat mendengar apa yang Jelita katakan, sebelum akhirnya dia tidak sadarkan diri.
Dengan panik Jelita mengambil ponselnya menghubungi Danil. Sontak saja Danil terkejut dengan apa yang di sampaikan oleh Jelita. Danil langsung berlari menuju tangga tempat dimana Ronald dan Jelita berada.
Daniln dan Jelita membawa Ronald ke rumah sakit dengan menggunakan helly kopter, sehingga mereka dengan cepat telah sampai di rumah sakit.
"Dokter, tolong selamatkan dia." Kata Jelita panik.