Di dalam lift Qia menggerutu kesal dengan kakinya yang menendang-nendang asal ke udara. "Dasar kebon rumput! Mentang-mentang punya jabatan tapi enggak punya akhlak. Untuk apa muka cantik jabatan bagus kalau jadi orang ngeselin begitu. Ini kenapa sih, sedari awal mukanya dia pengen banget di cakar. Memangnya gua itu ada salah apa sama dia?" tanya Qia kesal masih menendang-nendang udara.
Ia benar-benar kesal karena perkara urusan minum saja sampai sekarang belum selesai juga. Keluar dari lift ia pun segera melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pantry. "Loh, itu minuman kenapa di bawa Qi?" tanya Bu Ari heran.
"Bu Flora minta teh hangat bu."
"Loh, bukannya tadi udah di buatin tapi, malah minta es kopi, ya?" tanya Sisilia mengernyitkan dahinya bingung. Karena seingatnya tadi Qia sudah membuatkan teh tetapi ia kembali lagi dengan nampan yang di atasnya terdapat teh hangat karena Flora ingin minum es kopi.
"Enggak tahu, dek. Mbak cuma mengikuti apa yang bu Flora minta," jawab Qia.