App herunterladen
95% D'RADIZZA / Chapter 19: nineteen√Ingkar Janji

Kapitel 19: nineteen√Ingkar Janji

Malam ini Sean berencana pergi bersama Radiz ke suatu taman, ia ingin mengajak gadis itu bersamanya untuk pertama kali.

Saat ini Sean telah siap dengan kostum bertema black colour. Atasan t-shirts hitam dipadukan dengan jaket hitam, jeans hitam dengan lutut terbuka, dan sepatu Converse hitam dipadukan putih dilengkapi dengan jam tangan hitam yang sudah melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sungguh kostum yang cukup simpel tapi jika sudah di gunakan oleh sean, apapaun itu bisa jadi istimewa.

Sean dengan cepat mengendarai motor sport nya menuju rumah Radiz, ia tak mau membuat gadis itu menunggunya terlalu lama. Terpampang bangunan mewah dengan arsitektur klasik dipadukan dengan modern.

Sean:

Gue udah di bawah, Lo cepat siap-siap gue tunggu disini 5 menit.

Terlihat pesan masuk di hp i-phone berwarna rose pink milik Radiz. Ia segera membuka dan membaca pesan itu. Ia sangat terkejut karena pesan itu dari Sean dan menyuruhnya untuk bersiap. Dengan cepat Radiz bersiap, ia menuju lemari miliknya untuk mencari baju yang cocok untuknya.

Setelah 5 menit berlalu, ia sudah siap dengan bajujunya saat ini. Atasan t-shirts putih dipadukan dengan gardigan hitam dan celana jeans hitam dilengkapi dengan sepatu sneakers putih dan tas Selempang.

Radiz membuka pintu dengan cepat menampilkan sosok laki-laki dengan kostum simple dan harum parfum yang Radiz kenal dan suka dari laki-laki itu.

"Maaf nunggu lama". Radiz berkata.

"Hmm, nggak apa-apa. Yaudah cepat pakai helmnya". Sean menyodorkan helm pink yang dibelinya untuk Radiz.

"Makasih". Dengan cepat Radiz mengambil helm tersebut dan memakainya.

"Mau kemana malem-malem gini?" Tanya Radiz membuka obrolan.

"Lihat aja nanti". Sean menjawab singkat.

15 sudah, di depan Sean dan Radiz telah ada lahan besar dengan lampu dan tempat duduk yang didominasi dengan warna putih. Radiz sangat senang dengan tempat ini, baginya tempat ini adalah hidupnya, dimana ia banyak menghabiskan waktunya bersama ibunya.

"Ayo duduk". Ajak Sean menarik tangan Radiz.

"Tunggu sini jangan kemana-mana". Perintah Sean

Sean pergi membeli 2 es krim  cone dengan rasa coklat dan vanila. Rasa coklat untuknya dan vanilla untuk Radiz.

"Nih, buat kamu rasa vanilla". Sean memberikan es krim yang telah ia beri pada Radiz.

"Makasih". Radi menerima es itu dengan senyum ramah.

"Ngomong-ngomong, kamu ngajak aku kesini mau ngapain?" Tanya Radiz kepo

"Mau ngomong sesuatu". Jawab Sean singkat.

"Ngomong apa?" Radiz bertanya kembali.

Sean menaruh es krim nya di kursi, ia menarik bahu Radiz sehingga Radiz berputar 90° dan dengan posisi berhadapan dengannya

"Gue cuma mau ngomong kalau, gue cinta sama Lo, gue sayang sama Lo, dan gue nggak mau kehilangan Lo, dan gue janji nggak akan pernah ninggalin Lo sendiri lagi". Nada bicara Sean sangat lemah lembut kali ini, entah apa yang membuatnya seperti ini.

Kenapa Lo selalu aja janji terus sama gue. Setiap Lo janji setelah itu Lo ngelakuin hal yang lo udah janji sama gue. Radiz berbicara pada dirinya sendiri.

"Iya aku selalu percaya kalau kamu sayang dan cinta sama aku. " Tapi untuk percaya kalau kamu nggak akan ninggalin aku, aku belum bisa.  Tambahnya dalam hati.

"Makasih karena lo udah mau percaya sama gue". Sean sangat senang karena Radiz bisa percaya kembali padanya.

Tiba tiba saja dari sisi lain Zeva telah datang ke taman yang Sama sendiri.

"Sean.... Kok Lo disini juga, wah kita samaan lagi bajunya.  jangan-jangan kita jodoh lagi". Zeva tiba-tiba saja menghapiri merek berdua. "Oiya bukannya kamu Radiz ya, kamu temannya Sean?" Tanya Zeva lagi.

"Oh..iya aku tema-,". Belum sempat meyelesaikan perkataannya,sean sudah memotongnya.

"Bukan, dia pacar gue". Sanggah Sean tiba-tiba.

"Lo bohong kan se, dulu lo bilang kalau Lo cuma cinta sama gue, dan nggak ada yang pernah ganti gue di hati lo. Tapi buktinya ap sekarang". Zeva tiba-tiba saja menangis histeris setelah mendengar perkataan Sean.

"Itu dulu, sekarang beda. Gue cuma cinta sama dia". Jawab Sean biasa.

Zeva tiba-tiba saja pergi meninggalkan mereka berdua. Pergi menyisakan buliran air mata. Radiz sangat terkejut Dengan Zeva.

Tak ada percakapan setelah hak itu terjadi. Hanya ada keheningan bercampur dengan hembusan angin yang sangat dingin.

"Maaf karena gue udah ngecewain lo". Nada sesal Sean

"Nggak apa-apa, itu ujian namanya". Jawab Radiz enteng. Sebenarnya iya sudah     benar-benar sakit hati dengan sean, namun bagaimanapun Zeva adalah perempuan dan Radiz juga perempuan. Radiz bisa merasakan bagaimana terpuruknya dan sakitnya Zeva saat ini.

Radiz memilih memejamkan matanya sejenak, ia ingin menghilangkan rasa sakitnya pada Sean. Ia tak ingin hanya dengan masalah kecil hubungan antara dia dan Sean hancur.

Sean pergi untuk ke Toilet, namun sudah 1 jam menunggu , Radiz tak kunjung juga melihat kedatangan Sean. Ia memutuskan untuk pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ia melihat Sean tengah membonceng Zeva dibelakangnya dan zeva tengah memeluk badan laki-laki itu. Sungguh sakit, baru saja ia berjanji tafi tidak akan meninggalkan Radiz sendiri, tapi setelah itu ia malah mengingkari janji itu.

Apa susahnya untuk bilang padanya jika ia akan mengantarkan Zeva pulang, toh Radiz jug tidak akan melarang hal itu. Ia sudah biasanya ditinggal tanpa kepastian. Lagian memang cowok itu lebih memilih Zeva daripada dirinya. Nasib yang benar benar sangat buruk bagi Radiz. Mengapa bangsa sekali orang yang membuatnya sakit sakit dan benci. Dulu mamanya, lalu teman-temanya dan sekarang Sean. Siapa lagi setelah ini yang akan mengantri untuk menyakiti nya.

Ia berjalan sendiri di tengah jalan. Tak terasa air matanya jatuh di kedua pipinya, kradayang ia rasakan kembali setelah sekian tahun. Ia meratapi nasib sendiri bersama dengan dinginnya hembusan angin. Tak terasa 30 menit sudah ia berjalan sendiri tanpa siapapun. Ia telah sampai di hunian mewahnya, ia segera masuk dan memutuskan untuk mengurung diri di dalam kamarnya.

Kenapa harus orang yang aku sayangi yang menyakitiku, dan mengapa harus orang yang aku cintai yang meninggalkan aku sendirian disini. Radiz menangis sembari mengatakan hal tersebut di dalam hatinya.

Lagi lagi hatinya dibuat rapuh oleh orang yang Radiz sayang. Dan lagi-lagi hatinya dibuat sakit dan luka oleh orang yang ia sayangi, hal ini yang membuat Radiz terkadang membenci keadaannya sendiri. Ia tak tau siapa yang salah dalam hal ini, dia Tuhan atau orang lain.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C19
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen