App herunterladen
85% D'RADIZZA / Chapter 17: seventeen√Penjelasan

Kapitel 17: seventeen√Penjelasan

Pagi ini Sean menjadi kepikiran pada Radiz. Ia takut jika Radiz percaya pada gosip tersebut. Sebenarnya gosip tersebut benar. Namun itu hanyalah masa lalu belaka.

Montor sport hitam, melaju membelah kota Jakarta. Motor tersebut melaju dengan kecepatan tinggi,meliak-liuk seolah-olah jalanan sedang sepi. Motor tersebut telah sampai di parkiran belakang sekolah. Laki-laki pengendara motor tersebut berjalan di koridor sekolah. Gosip-gosip sayup-sayup terdengar di telinganya.

"Jangan sok tau kalau nggak tau faktanya." Bisik Sean pada salah satu perempuan yang sedang bergosip tersebut. Dengan mata terbelalak, gadis itu diam tak bergerak. Sungguh suara Sean membuatnya takut.

"I...iy...iya." jawab gadis itu terbata-bata.

Laki-laki itu segera menuju kelas Radiz untuk menjelaskan gosip-gosip yang sedang panas-panasnya.

"Kamu,ngapain disini?" Tanya Radiz kaget.

"Gue mau jelasin soal Zeva, ikut gue sekarang". Jawab Sean dingin.

Sean telah sampai di tempat favorit nya, dimana lagi kalau bukan rooftop lantai atas sekolah tersebut.

"Lo dengerin penjelasan gue. Gue sama zeva nggaka da apa-apa, dan gue sama zeva juga udah punya hidup masing-masing. Jadi Lo nggak usah khawatir soal gue sama zeva". Jelas panjang lebar Sean pada Radiz, ia tak mau jika Radiz salah paham tentang dirinya.

"Iya, aku tau kok, aku percaya sama kamu ". Jawab Radiz bohong. Sebenernya ia sedikit cemburu pada Sean, dan dia sedikit tidak percaya jika atara Sean dan zeva tidak ada hubungan apa-apa.

"Beneran Lo percaya sama gue". Sean memastikan ucapan Radiz.

"Iya". Angguk Radiz dengan senyum dipaksakan.

Pikiran Radiz kembali terbebani saat ini. Masalah kemarin saja belum sempat terpecahkan, ditambah masalah penjelasan Sean tadi.

"Nanti pulang sekolah gue anterin". Nggak ada penolakan.

Sean pergi begitu saja meninggalkan Radiz sendiri di rooftop tersebut.

**********

Bel pulang berbunyi, Radiz segera keluar, ia tak mau membuat cowok itu menunggunya terlalu lama. Kebetulan hari ini ia tidak membawa kendaraan, karena mobilnya sedang di bengkel sekarang.

"Mana sih kok Sean belum keluar juga, padahal udah bwl pulang". Radiz mencari keberadaan Sean yang masih tidak terlihat.

Sean:

Sorry gue nggak bisa nganter Lo pulang, gue masih ada urusan. Lo pulang dulu aja.

Sungguh masih Radiz benar-benar sungguh jelek. Ia tak tau harus pulang naik apa sekarang. Pasalnya bus sudah tidak lewat lagi jam sore. 2 jam sudah ia menunggu di depan halte, namun naas tidak ada kendaraan satupun yang lewat.

Saat sedang menunggu kendaraan di depan halte ia tak sengaja melihat Sean bersama Zeva dibelakangnya.

"Itukan Sean sama zeva, bukannya tadi Sean bilang nggak bisa jemput karena da urusan, tapi sekarang kok pulang bareng". Tanya Radiz pada dirinya.

Hampir 3 jam ia menuggu kendaraan yang lewat namun naas ia tak menemukan kendaraan apapun. Terlintas di pikiran Radiz ketika mamanya meninggalkannya di halte bus ini. Hujan mengguyur jalanan tersebut, namun Radiz belum juga kunjung pulang, ditambah dengan angin yang berhembus kencang.

Sean menghentikan laju montor nya ketika tak sengaja melihat Radiz masih tetap duduk di halte bus. Sean menghampiri Radiz berniat untuk mengantarkan pulang.

"Naik". Suruh Sean pada Radiz.

"Kok kamu disini, bukannya kamu udah pulang sama zeva". Tanya Radiz hati-hati.

Sungguh perkataan Radiz membuat Sean merasa bersalah karena telah meninggalkan Radi sendiri di Sekolah.

"Nih pake, cepetan naik keburu deres nanti hujannya". Sean memberikan jaket hitamnya pada Radiz.

Tanpa ada tolakan Radiz menaiki motor hitam milik Sean, ia tak mau jika harus menunggu lebih lama disini, toh saat ini dia juga sudah sangat kedinginan.

Rumah mewah seluas hampir setengah hektar terpampang di depan Sean. Kini laki-laki itu berhenti di depan rumah itu.

"Makasih ya". Ucap Radiz pada Sean.

"Ya. Gue minta maaf karena udah ninggalin Lo tadi sendiri di sekolah". Sean menyesal, bagaimana bisa dia meninggalkan gadisnya sendiri kedinginan diguyur hujan.

Sungguh saat ini ia sangat merasa tidak enak pada Radiz, padahal ia tadi bilang pada Radiz jika ia ada urusan, namun nyatanya Ia malah mengantarkannya Zeva pulang dibandingkan harus mengantarkan Radiz pulang yang saat ini notabenya adalah pacarnya sendiri.

"Nggak apa-apa, lagian kan tadi kamu ada urusan jadi ya nggak apa-apa". Bohong Radiz.

Batang hidung laki-laki itu sudah tak terlihat lagi, meninggalkan asap knalpot yang masih mengepul.

Radiz memilih tak memikirkan masalah tadi, ia memasuki hunian mewahnya. Saat ini Radiz berada di kamarnya, ia berusaha untuk tidak memikirkan masalah tadi, namun seluruh saja bayangan itu terlintas di benak dan pikiran Radiz, terutama Zeva.

Ia bingung, sebenarnya Zeva itu siapa dan hubungannya dengan Sean itu apa. Ia mondar-mandir sambil memegang handphonenya.

Sean:

Gue tau Lo pasti marah soal masalah tadi, gue minyak maaf, gue nggak bermaksud untuk ninggalin Lo sendiri tadi. Gue tadi memang ada urusan sama guru, setelah itu gue nggak sengaja ngelihat Zeva sendiri nunggu jemputan, terus gue anterin dia pulang karena gue pikir Lo udah pulang.

Nama beserta pesan itu tiba-tiba saja masuk dan terpampang di layar i-phone milik Radiz. Ia Bingung Semarang harus membalas apa. Ia tak mau berlebihan memikirkan masalah tentang sean-zeva.

Balas:

Ya gpp kok, lagian kamu tadi juga udah nganterin aku pulang.

Jawab Radiz bingung.

Sungguh saat ini Radiz di posisi yang sama ketika ia harus memutuskan untuk pulang bersama Mamanya atau pulang bersama ibunya. Namun saat itu ia memilih pulang bersama ibunya, karena kebencian dan kesalahan yang sudah disebabkan oleh mamanya. Ia tak tau harus berbuat apa dulu, bahkan bayang-bayang itu Ki kembali nyata di kehidupan Radizza. Sungguh sangat miris hidup Radiz.

Di sisi lain sean telah membaca balasan singkat dari Radiz, ia tahu sebenarnya jawaban itu tidak murni keluar dari hati Radiz sendiri, melainkan keterpaksaan yang keluar dari diri Radiz.

"Maafin gue ya diz udah sering buat Lo kecewa, dan gue juga minta maaf karena udah ninggalin Lo tadi sendiri di Sekolah.

Sesal Sean pada dirinya sendiri.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C17
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen