"Kenapa dulu tertarik ambil kebidanan?" Justina kini duduk di ruang tengah, bersama Septi mengobrolkan banyak hal, sedangkan Bara lebih memilih mencuci mobil sport mahalnya yang sudah cukup lama tidak ia sentuh, daripada diabaikan oleh dua orang wanita itu, lebih baik ia mencari kesibukan lain bukan?
"Dari kecil lihat kakak belajar kedokteran, Ma. Jadi minatnya pun sama, dulu rencana mau kedokteran juga, cuma dipikir-pikir kok berat prosesnya, jadi pilih kebidanan aja. Nggak terlalu lama dan ribet kayak ambil kedokteran."
Justina mengangguk tanda mengerti, dia juga tahu kok kalau kakak dari calon menantunya ini seorang dokter. Sungguh bibit yang bagus bukan?
"Nanti menikah masih mau praktek?"
"Kata Mas Bara sih suruh berhenti, minta suruh bantu ngurus bisnis dia, Ma."
"Urus butik mama aja gimana, Sep? Mau kan? Daripada kamu disuruh bikin kopi sama goreng ayam tepung, enak ngurus butik mama, tempatnya bersih, nyaman, penampilan pun oke," promosi Justina sambil menggebu-gebu.