"Sial," umpat Wiga baru saja lupa pada barang yang tertinggal di toilet toko tadi. "Ada apa?" tanya Sadewa melihat adiknya berhenti berjalan.
"Ada barang yang ketinggalan lo duluan aja," Sadewa terkekeh. "Enggak, lo mau balik lagi ke toko tadi kan? Gue akan ikut," ucap Sadewa masih tegas dengan ucapannya.
"Terserah," balas Wiga berjalan kembali menuju tempat yang sama. Dikejauhan dia melihat Argo sedang berbicara dengan seseorang. Matanya menyipit menyelidiki, mungkin perasaannya saja yang berpikir jika itu harus dipeemrmasalahkan.
Namun nyatanya, kakinya lebih tertarik dengan ponselnya yang tertinggal di toilet tadi daripada mengurusi urusan orang lain. Syukurlah jika Argo sudah mempunyai pacar. Setidaknya dia tidak akan mengacaukan Wiga dengan Nita lagi.
"Lo apa-apaan si," kesal Wiga saat Sadewa beejalan disampingnya untuk menutupi aksesnya melihat Argo tadi. "Kenapa? Gue cuma mau menghalau lo emosi kalau lihat Argo," jawab Sadewa ringan. Wiga menatapnya remeh.
Satu mengusir dengan cukup halus namun kasar, sedangkan yang satu menutup rapat mulutnya dan berperilaku seakan-akan tidak melakukan apapun. Ini tentang, bagaimana cara kita mengungkapkannya.