"Kamu mau gak jadi istriku?" tanya Aldi yang tiba-tiba seperti orang gila, berlutut ditengah lapangan dengan membawa satu kotak coklat dan satu buket bunga. Semua orang melihatnya penuh cinta, mereka tidak tahu jika sebenarnya otak gesrek Aldi jauh dibawah rata-rata. Pacaran baru 4 bulan, dan mengajaknya menikah.
Salsha melirik arloji ditangan kirinya. "Sekarang bukan bulan April. Jadi enggak perlu April mop. Gak lucu," Salsha meninggalkan Aldi yang sedikit pun tidak merubah tubuhnya.
Guru BK sudah melihat dari tadi dengan mata yang sudah akan keluar, antara terbawa perasaan, iri dan ingin diseperti itukan. Salsha juga tidak tahu.
"KAENAN, IKUT SAYA KE RUANG BK!" teriak Guru BK tadi dengan sangat kencang, bukannya menuruti. Aldi memilih diam dan menggandeng tangan Salsha menuju kantin.
"KAENAN," Namun teriakan itu sama sekali tidak Aldi kiraukan. Dirinya kembali mengajak bicara Salsha dengan pembicaraan yang lebih seru. "Beb, kalo misal gue nyuapin lo di kantin lo mau?"
"Asal gak lo nyuapin sama sekop, gue mau-mau aja si," jawab Salsha ringan, lagi-lagi Salsha Aldi tarik dikasus permasalahan ketertiba, lagi.
"KENAN KEMBALI KE TEMPAT," Bukannya menyahut, Aldi yang sering dipanggil dengan Kaenan berjalan mendekat pada guru BK Super Toa.
"Jangat teriak bu, ibu gak kuat. Biar Kenan aja," Setelahnya Aldj berlari dengan menggandeng tangan Salsha menuju kantin. "Murid sialan," umpat guru itu pergi ke ruangannya untuk menulis point pelanggaran murid yang bernama Kaenan dan jangan lupakan Salsha.
Siswi itu juga ikut andil dalam membuat guru BK ikut naik darah. Padahal Salsha tidak ikut campur untuk masalah ini, sebenarnya.
•••
"Bibir lo bagus,"
"Hm,"
"Cium boleh kali ya,"
"Gak,"
"Lo tahu engak persamaan lo sama bulan?" tanya Aldi berusaha mencari pembicaraan yang lebih penting dari makan di kantin.
"Paling juga, karna dia bergelombang," jawab Salsha santai, Salsha sudah malas mengikuti alur pembicaraan Ald sebenarnya.
Salsha merasa kesal karna kejadian tadi, dirinya dipanggil dan diberi point tambahan. Pacar mana yang menjerumuskan pacarnya untuj nambahin point? itu Aldi!
Pacar mana yang ngajak pacarnya bolos, makan dikantin sebelum jam istrirahat? Ya Aldi!
Salsha juga heran. Kenapa dirinya bisa berhubungan lama dengan mahluk sepertinya. Untung saja, Mama tidak tahu.
"Salah," Aldi kembali meminum es teh manis sebagai acara penutup makan siangnya. "Terus?" Tanya Salsha yang sama sekali tidak tertarik.
"Sama-sama menyinari hari-hari gue. Sekalipun lo cerewet dan terlalu sabar, satu hal yang harus lo inget,"
"Cuma lo yang bisa buat gue cinta mati sampe enggak bisa berpaling dari lo," Dengan bodohnya Salsha merasakan kedua pipinya terbakar karena disanjung.Untuk yang kedua kalinya Aldi bisa membuat Salsha merasa paling beruntung memiliki kekasih sepertinya.
"Boleh jujur? Lo adalah matahari gue, bulan belum ada apa-apanya. Jadi anggap hari ini sebagai permintaan kalau gue beneran serius sama lo. Gue beneran cinta sama lo, semoga lo bisa ngertiin gue ya, ada saatnya lo tahu kalo gue emang beneran serius,"
'Ini anak kenapa si? ngomong aneh teeasa besok mau mati aja,' Begitu batin Salsha bingung.
"Lo gak apa-apa kan? enggak nabrak tembok, kk tumben,"
"Gue enggak tahu aja kalau gue berhasil dapetin hati lo. Padahal banyak manusia yang lebih cantik dari elo. Eh ternyata cinta gue nyangkutnya ke lo," ucapan Aldi seperti sedikit ejekan namun masih ada kata romantisnya, Salsha masih memakluminya.
"Gue beruntung bisa dapeti lo. Karena mungkin, dari sekian banyak cowok. Emang cuma gue yang paling pantes pacaran sama lo Sal, kapan-kapan mau kan ajak Mochi ke salon," Mata Salsha melotot tidak percaya. Ini romantis atau perampokkan duit?
"Lo nyuruh gue ngurus kucing lo itu? gak!. Mending gue tidur, awas ah. Punya pacar gini banget, harusnya emang sabar. Gue kira gue mau romantis, ternyata sama aja. Jatuh juga," ucap Salsha kesal dirinya meminum habus Es Teh nya.
"Gue serius Sal, bisa aja besok lo mati. Ya gue romantis sekarang," Hewan yang tidak peenah salah tapi sering disalahkan detik itu juga keluar dikepalanya.
"Ketemu lagi kita bro. Cowok sok keren, baru dapet satu bogeman langsung KO," Seseorang menghancurkan pembicaraan Salsha dan Aldi. Dia Argo, dengan dua siswa-siswi dibelakangnya.
Aldi akan menghindarinya, dirinya tidak ingin memeras bakso yang sudah masuk yang sedang cacingnya makan dengan sangat cepat. Aldi butuh waktu.
Ketiga manusia baru akan duduk didekat Salsha dan pura-pura akrab. Salsha hanya menaikan bahunya acuh. Dirinya tidak ingin membuat seseorang curiga dengan tatapan laki-laki yang berdiri didekat Argo tadi.
"Gue masih enggak bisa nerima kalau lo pacaran sama cowok kaya dia, bukan tipw lo banget kan?"
Jleb
Perkataan itu seakan-akan menghunusnya, bukan Salsha, namun Aldi. Kenapa harus Aldi?
Sebab, Salsha sama sekali acuh. Nita memang seperti ini, tapi jangan berfikir jika dia seburuk itu. Sikapnya yang cuek membuat Nita selalu terus terang dengan ucapannya sendiri.
"Nit, diem. Jangan ikut campur," Suara tegas itu lagi, Salsha mendengar suara itu seakan Salsha memang merindukan orang yang sama.
Nita memang sangat penurut, terlebih dengan sepupu dinginnya ini. Mereka bertiga hampir sepupuan semua. Dan ternyata kenyataannya memang seperti itu. Sepupu sangajt jauh, okey? Aldi menarik tangan Salsha untuk pergi, dirinya tidak nyaman dengan keberadaannya sendiri.
"Lepasin dia, enggak harus lo paksa kalau emang dia enggak mau," Aldi mendengus sebal, Aldi perlu pelampiasan sekarang. Aldu menatap tajam pada cowok tadi dan mengeraskan rahangnya.
Dia berkata melalui tatapannya jika 'lo-bangat-sialan!" Cowok yang ditatap hanya diam, dirinya masih tidak perduli dengan Aldi.
"Sudah lupain dulu pacar aneh lo itu Sal, gak kangen gitu sama kita. Udah lama loh perasaan kita enggak ketemu," Salsha menoleh dan berjalan kembali dengan tersenyum. Semanis mungkin. memeluk Nita dengan lembut. Salsha merindukan kehangatan ini, lagi dan lagi.
"Gak tahu kenapa gue marasa kalau lo, memang jauhin kita semenjak kejadian lo pindah sekolah,"
"Gue enggak jauhin kalian, gue lakuin ini emang buat antisipasi aja. Biar kalian semua aman, dengan enggaj adanya gue disamping kalian," Suasana menjadi hening sekarang.
"Masalah ini enggak perlu kalian bahas lagi!" Sadewaberlalu pergi meninggalkan mereka bertiga. Mata Salsha masih melihat padanya dengan serius.
"Dia berubah Sal, gue harap lo enggak berusaha ngancurin hatinya juga. Dia sepupu jauh gue, sekali lo nyakitin dia. Maka gue juga akan turun tangan soal itu,"
"Gue masih bingung Nit, gue cuma malapetaka bagi kalian. Gue enggak mau buat kalian terbebani dengan adanya gue, maaf kalo pilihan gue salah," Salsha kembali menghela nafas pelan. Sejujurnya, Salsha juga lelah berpura pura.
"Gue selalu dukung lo Sal, tapi ada saatnya Sadewa ingin kembali pada kebahagiaannya juga. Gue cowok, gue tahu perasaan dia. Gak seharusnya lo bohongin dia. Lo bisa ceritain yang sebenarnya kalo lo mau, semua itu hak lo. Gue sama Nita masih tutup mulut sampai sekarang," ucap Argo kembali memberi nasehat, walaupun sia-sia.
"Makasih atas semuanya. Gue titip Dewa sama kalian dulu, ada saatnya gue akan terbuka lagi sama dia. Dan biarin duluwaktu yang jawab, kalo gue enggak berusaha nyakitin dia," Setelah mengucapkan itu. Salsha berlalu pergi menuju kelasnya. Salsha masih melihat punggung Dewa. Sadewa Regata. Mantan pacarnyanya.
'Gue harap lo gak kecewa saat gue tutup kebenaran ini sendirian Wa, biarin lo benci sama gue untuk saat ini. Mungkin itu lebih baik.'
•••
"Gue cemburu," ucap Aldi dengan wajah yang sangat cemberut, bibirnya mengerucut.
".."
"Gue cemburu Salsha!" Aldi kembali mengulangi perkataannya.
"Terus gue harus apa?" tanya Salsha lagi, sekarang dirinya sedang duduk dan membaca Novel dirumahnya.
Dan tiba-tiba Aldi masuk dan mengatakannya cemburu what the h--
"Harusnya lo bujuk gue biar enggak cemburu. Kenapa lo diem aja?" tanya Aldi gemas, dirinya merampas Novel yang sedang Salsha pegang dengan kasar.
"Gue enggak ngapa-ngapain. Kenapa lo bisa cemburu Kaenan Aldian," ucap Salsha berusaha melembut, dia akan menganggap jika Aldi jodohnya. Untuk sementara waktu.
"Lo cuma punya gue, dan selamanya akan jadi milik gue," ucap Aldi tegas, Salsha hanya menanggapinya dengan mengangguk santai.
"Lo juga calon bunda dari anak-gnak gue, makanya mata lo enggak gue bolehin seenaknya lihat cowok lain,"
Loh.
Kok.
Aldi.
Bisa romantis?
Kakak tahu enggak? Anehnya setiap ada yang bahagia, kabar buruk juga menyusul.