"Di sewa berapa per malem sama Afka?"sindir seorang laki-laki.
Setelah kepergian Siska,Tzuwi juga menyusul karena dipanggil Fran untuk mempersiapkan acara besok pagi. Sekarang Ghirel sendirian. Dia berjalan sambil menunduk tanpa berani memperhatikan sekitar. Label pelacur seakan sudah tertempel di jidatnya.
Seorang laki-laki menghampiri Ghirel. Sepertinya dia sedikit mabuk. Gerald namanya,dia laki-laki nakal yang suka mempermainkan wanita. Mempermainkan dalam artian membawa gadis-gadis ke ranjang dan mencampakkannya begitu saja. Memang jika dilihat Gerald cukup tampan dan menawan. Tetapi attitude nya benar-benar tak masuk akal.
Ghirel berjalan dengan cepat menghindari Gerald dan yang lainnya. Dia mencari tempat sepi untuk menangis sendirian. Gadis itu melangkah tanpa tujuan hingga tak terasa langkah kakinya membawa Ghirel ke sebuah pondok bambu di dekat kebun strawberry. Dia duduk di sana,lalu menghela nafasnya kasar karena penat seharian.
Air mata yang menggenang mulai tak tertahan,gadis itu menangis dalam diam. Dia menangis tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Hanya air mata yang dapat mewakilinya.
"Oh,mau maunnya di pondokan nih?"goda seseorang membuat Ghirel tersentak. Dia tak menyadari ada Gerald di sampingnya.
Jarak antara Ghirel dengan laki-laki itu tidak lebih dari satu meter. Hal ini membuat Ghirel waspada setengah mati. Dia takut.
***
Matanya tajam seperti elang,tubuhnya kekar berotot dengan urat-urat tangan yang terlihat jelas. Wajahnya selalu tenang tak terusik. Meskipun rahangnya tergaris sempurna,namun pipinya chubby menggembung lucu.
Laki-laki itu memarkirkan mobilnya dengan satu tangan di parkir area hotel. Dia membuka sabuk pengamannya lalu turun dari mobil dengan lengan kemeja yang tergulung setengah. Tadi sore ia tiba-tiba dihubungi oleh salah satu orang kepercayaan ayahnya. Katanya ada sedikit masalah di restoran mereka. Mau tidak mau Afka langsung pergi mengingat ayahnya sedang diluar kota mengurus cabang yang lain.
Dia bahkan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai pengurus makan malam. Ponselnya tertinggal di kamar,ia hanya sempat memberi pesan kepada Grell bahwa dirinya ada urusan mendadak sebelum akhirnya pergi begitu saja setelah mengganti kaosnya dengan kemeja hitam.
"Woy Af! Lo ngapain masih di sini?"teriak seseorang membuat Afka menoleh cepat.
"Ada apa Fran?"tanya Afka.
"Lo gak buka hp?"
Afka menggeleng cepat. "Hp gue ketinggalan di kamar."
"Lo harus liat ini!"Fran menunjukkan layar hpnya dengan foto yang sedang diperbincangkan semua orang. Rahang laki-laki itu langsung mengeras,tangannya mengepal hingga otot-ototnya terbentuk sempurna. Afka sangat marah hingga bisa membunuh siapapun tanpa pikir.
Dia baru saja hendak mencari Kristal yang sudah pasti biang kerok dari tersebarnya foto ini. Tidak ada tersangka lain selain gadis itu karena hanya Kristal,Fran,Grell,dan Siska yang mengetahui alamat apartemennya.
Seseorang datang sambil berteriak dengan histeris. Dia menopang tangannya pada pundak Afka dengan nafas ngos-ngosan. "Gerald hilang akal! Dia kobam dan sekarang lagi cari Ghirel buat balas dendam."
***
Ghirel beringsut mundur. Dia menelan ludahnya susah payah berusaha menghindari dari Gerald. Entah apa yang di pikiran laki-laki mabuk itu sampai berani mendekatinya seperti ini.
"Lo mau ngapain?"tanya Ghirel sambil tergagap. Dia tak bisa bicara lancar saat menyadari bahwa ia benar-benar dalam bahaya.
Gerald meracau,dia maju dengan cepat dan mencekram rahang Ghirel hingga membuat gadis itu memekik kesakitan.
"Gue kepo gimana reaksi Afka saat liat pacar berharganya gue sentuh kayak gini."Gerald membelai lembut wajah Ghirel. Gadis itu mencoba mendorong Gerald dengan segala upayanya. Tetapi tetap saja sia-sia karena Gerald memiliki tubuh dan tenaga yang besar.
Mata Ghirel sudah berair menahan air matanya yang terbendung. Dia ingin berteriak dengan kencang jika saja rahangnya tidak dalam genggaman laki-laki itu.
"Lo nangis? Aduh mending air mata lo di simpan aja deh buat nangisin Afka habis ini,"bisik Gerald.
Ghirel memukuli dada Gerald dengan sisa tenaganya. Hal itu membuat Gerald merasa terusik. Tangan satunya Gerald gunakan untuk menggapai pinggang Ghirel dan menekan gadis itu agar semakin dekat dengannya.
"Lo harusnya pukulin Afka,bukannya gue. Karena asal lo tau,semua yang terjadi sama lo itu salah dia bukan salah gue."Gerald berbisik di telinga Ghirel. Gadis itu seperti hampir kehilangan jiwanya. Dia sangat takut hingga merasa kalut.
"Lo pasti belum tau ya kalau Afka pernah hampir perkosa cewek gue?"lanjut Gerald. Kali ini dia tidak berbisik. Dia mengatakannya sambil melihat raut kecewa milik Ghirel. Ini yang ia sukai,dia bisa melihat gadis kesayangan Afka menangis dan memohon ampun padanya. Dia juga berhasil membuat Ghirel membenci Afka. Selama ini Gerald belum memiliki kesempatan untuk balas dendam mengingat Afka yang memiliki banyak pasangan untuk mengecohnya.
"Setelah puas bikin lo benci sama Afka,saatnya gue bikin lo benci sama diri lo sendiri."Gerald mendekatkan bibirnya pada bibir Ghirel yang terus menerus berusaha menolak dengan menggerakkan kepalanya kesana-kemari.
Gerald merasa terganggu dengan hal tersebut. Dia geram dan membantig Ghirel ke pondokan di sebelahnya. "Lo gak usah sok suci gitu kalau nyatanya lo itu sebagai pelacur kecilnya Afka!"
"Gue bukan pelacur brengsek!"teriak Ghirel di sela tangisannya.
Gerald tertawa sarkas,"lo jadi pacar yang paling di sayang Afka karena apa lagi kalau bukan karena tubuh lo itu?!"
Ghirel menggeram marah,persetan dengan apapun dia tidak terima di cap sebagai pelacur hingga laki-laki itu bisa menidurinya seenak jidat.
"Gak semua orang kayak lo yang seenaknya main tubuh cewek!"sinis Ghirel.
Tawa Gerald semakin keras,"iya gak semua orang. Tapi Afka salah satu dari golongan orang kayak gue."
Ghirel menatap Gerald nanar,"lo yakin Afka perkosa cewek lu bukan cewek lu yang minta di perkosa Afka? Secara auranya dia terlalu sayang buat di sia-siakan."
Gerald merasa geram mendengarnya. Dia menampar pipi Ghirel hingga sudut bibirnya berdarah. Ghirel merasa sangat panas di bagian tanparan tersebut. Se kelam apa masa lalu Afka sampai dia harus menjadi korbannya? Apa dia akan mati di tangan laki-laki di depannya itu?
Saat Gerald hendak menamparnya lagi,dia terhuyung ke belakang. Ternyata seseorang menariknya dan memukulinya tanpa ampun secara tiba-tiba.
"Afka?"lirih Ghirel. Gadis itu memperbaiki pakaiannya dan duduk menyaksikan perkelahian tersebut.
"Lo berani-beraninya nyentuh milik gue b*jingan!"geram Afka sambil terus memukuli Gerald.
Sejenak Ghirel merasa blank. Dia merasa tubuhnya bergetar semua,rasa takut,malu dan benci bercampur menjadi satu. Tetapi,setelah melihat Gerald yang hanya terlukai lemas di tanah membuat Ghirel sadar bahwa Afka hampir membunuhnya. Ghirel bangkit dan mencoba menghentikan Afka di susul Fran dan teman Gerald tadi untuk memisahkan keduanya.
"Afka cukup, please...."lirih Ghirel sambil menangis.
Namun Afka tak mendengarkannya. Fran yang mencoba melerai bahkan kena tinju oleh Afka hingga terjatuh di tanah.
"Aku gak mau kamu jadi pembunuh..."lirih Ghirel lagi di sisa tenaganya. Dia mencoba memeluk Afka dari belakang.
Afka terdiam,dia membeku hanya dengan satu kata,'pembunuh'
Dilihatnya Ghirel yang sudah kacau dengan air mata yang mengalir deras. Dia merasa sangat gagal menjadi laki-laki setelah melihat gadisnya. Afka membawa Ghirel ke dalam dekapannya. Dia mengusap lembut surai hitam milik Ghirel.
"Maafin aku please..."Afka meminta maaf.
Enaknya aku update tiap jam berapa nih?