=Ami POV=
Langkahku sudah tidak kuat lagi. Namun aku senang karena aku sudah mulai memasuki daerah perkebunan di TImur.
Tengah malam yang seharusnya sepi namun masih saja aku dapat mendengar deru mobil jib yang berkeliling. Ah aku heran dengan mereka. Hanya tidak ingin menyerahkan darah maka disebut sebagai pemberontak.
Apakah tidak seharusnya merekalah yang mengubah proses pemerintahan agar semua warga merasa aman? Lalu jika mereka sama sekali tidak memenuhi kebaikan, kurasa merekala si pemberontak yang sesungguhnya.
Kulewati titian di perkebunan yang tidak serapi di distrikku. Kini aku tahu kenapa perkebunan di distrik 25 mendapatkan sebutan perkebunan terbaik, karena memang selain warganya yang sangat menurut dengan para pasukan hijau, disana juga warganya sangat prduktif dengan menanami berbagai sayuran juga merawatnya dengan sangat baik hingga membuat perkebunan menjadi istimewa.