App herunterladen
57.89% UNWANTED MARRIAGE / Chapter 22: 21. Histeris!

Kapitel 22: 21. Histeris!

Suara tangisan tidak akan mampu buat Anita tenang. Ia mencoba untuk tenang agar semua masalah padanya hilang. Tetapi, apa yang ia dapat? Baru beberapa jam setelah hubungan menjijikan itu, banyak kiriman pesan tidak dikenal mencaci maki, dan mengajak untuk seks online.

Ada yang coba telepon dengan cara video call. Anita tidak mengangkat, ia mencoba tidak peduli pada pesan-pesan itu. Kali ini ponselnya semakin berisik, hingga ia matikan suara. Memilih untuk tidur, ia sangat lelah. Bahkan bagian bawah miliknya masih terasa sangat perih akan gesekan dari dua laki-laki tadi.

Kali ini Anita tidak akan mematikan lampu kamarnya lagi, ia akan beri penerangan. Hingga lama kelamaan ia pun memejamkan kedua mata yang telah berat itu.

Dua jam telah berlalu, hening tidak ada suara apa pun di sana. Tenang, dan hanya ada suara angin dari rumah pendingin itu. Kemudian, Anita berbalik badannya mencari posisi yang nyaman. Lalu tanpa sengaja ia merasakan seseorang mendekatinya. Dengan berani ia pun buka dua matanya, dan.....

Orang itu menutup matanya, hingga dirinya terbangun begitu histeris. Membuat dua orang ada di luar kamar pun masuk akan suaranya.

"TIDAAAK?!!!"

Andre dan Antoni masuk bersamaan karena panik. Ya, mereka berdua sudah kembali dalam keadaan babak belur atas pukulan tersebut.

"Hei! Ada apa?" Andre menghampiri Anita dalam keadaan semakin buruk saja.

Sedangkan Antoni mengambil minuman untuk Anita. Anita menepis tangan Andre dari wajahnya. Ia tidak ingin disentuh, ia tidak bisa bayangkan wajah dalam mimpi itu. Andre malah bingung sama wanitanya.

Tetapi, Andre mengernyit menemukan wajah biru di beberapa sisi. Kapan itu terjadi, padahal dia tidak melukai Anita saat berhubungan lima jam yang lalu. Tidak mungkin Anita mempunyai kelainan jiwa, kan? Menyakiti diri sendiri.

"Kenapa wajahmu? Siapa yang lakukan ini? Jangan bilang kau menyakiti dirimu sendiri?" Andre bertanya secara tubi-tubi. Anita tidak menjawab, ia sangat takut. Dipikirannya hanya ingin pulang, pulang, dan pulang.

Lalu ponsel miliknya berkedip-kedip, Andre meraih ponsel di samping Anita. Tetapi, Anita langsung merebut dan melempar ponsel itu sangat kuat. pecah menjadi dua bagian.

"Aku mohon, aku ingin pulang?! Mereka, mereka akan kembali?! Aku mohon Ndre! Bebaskan aku?! Aku bukan pelacur?! Aku mohon?! Pleeaassee!!!" Anita bergumam tidak jelas, membuat Andre semakin bingung.

Ada apa sebenarnya, pikir Andre.

Antoni mengambil ponsel yang rusak sangat parah. Antoni tidak tahu ada apa yang terjadi saat Andre tidak di apartemen. Pasti ada seseorang menyakitinya, atau mengancam Anita.

"Kau tidak akan pulang! Kau tetap di sini?! Ada apa? Mereka? Siapa mereka? Kau bukan pelacur, kau istriku. Ya, tidak ada yang boleh sebut kau pelacur!" tekankan lagi pada Anita.

Anita berhenti menangis, kemudian menatap lekat-lekat mata Andre. Andre juga menatapnya, dia semakin heran dengan sikap Akhir-akhir ini.

"Apa kau mencintaiku?" Anita bertanya pada Andre.

"Apa kau suka dengan tubuhku?"

"Apa kau akan menerimaku apa adanya, setelah kau tau aku bukan wanita tidak suci lagi?"

"Apa kau akan tetap melindungiku apabila terjadi sesuatu padaku?"

"Apa kau akan membuangku, setelah tubuh telah disentuh banyak laki-laki?"

Andre dan Antoni bungkam mendengar pengakuan Anita barusan.

"Aku pelacur, bitch, Jalang, pemuas nafsu hasrat para lelaki. Apa ini karmaku? Tubuhku sudah banyak yang menodai ku? Apa kau akan tetap bermain denganku? Aku akan minum pil anti kehamilan, atau makan buah nenas sebanyaknya. Ya, biar kau dan kau bisa main denganku. Ayo! Kita main lagi, main kuda-kudaan?! Bukankah kau suka? Aku ini menarik bukan?"

Anita mulai buka bajunya, tanpa bra atau pun celana dalam. Andre langsung memakaikan kembali untuk menutupi tubuh Anita. Anita semakin gila ia mencoba menjilat leher Andre, mencium berulang kali. Tetapi saat ini Andre tidak ingin melakukannya. Antoni mengeluarkan sesuatu dari kotak itu. Entah sejak kapan ada suntik penenang, ya mungkin sebelum kembali ke apartemen. Andre dan Antoni mampir salah satu apotek.

Anita semakin histeris, meronta-ronta, menendang, memukul Andre. Andre menahan tangannya. Meskipun bagian tubuhnya terlihat sangat menggiurkan namun siapa yang peduli akan keadaan yang cengkeram ini.

"Lepas! Brengsek! Bajingan! Aku benci ... jangan siksa aku lagi?! Aku tidak sanggup! Hiks! Aku mohon, jangan ...." Setelah aman terkendali, Antoni sudah menyuntik Anita untuk obat tidur. Andre pun mengancing bajunya, dan di sana Andre mendapatkan beberapa luka memar di tubuhnya dan juga kaki.

Antoni juga, melihatnya. Hanya satu-satunya untuk mengetahui kasus mengenai Anita. CCTV apartemen, ya, hanya itu yang bisa dilakukannya. Antoni pun meminta security apartemen memutarkan durasi waktu sebelumnya. Mereka takut sebelum tiba mereka, Anita sudah diperlakukan oleh orang lain.

Sementara Andre menemani Anita di sana yang terbaring lemah. Melihat wajah sedikit pucat karena kebanyakan mengeluarkan air mata. Suara dengkuran napasnya masih tidak berubah. mengusap-usap wajahnya, menyingkirkan rambut dari matanya.

"Kenapa kau jadi begini? Ada apa yang terjadi padamu? Siapa yang tega lakukan ini?" cerca Andre bertanda tanya.

Tidak berapa lama kemudian, getaran ponsel Andre berbunyi. Dengan cepat dia angkat, panggilan itu dari Antoni. Andre meninggalkan kamar, dan memilih untuk mendengar hasil kamera CCTV itu.

"Bagaimana? Sudah kau periksa?" tanya Andre,

["Sudah, Bos!"] jawab Antoni.

"Lalu?"

["Ternyata istri Bos ada di sini,"]

"Apa?"

["Iya, Bos! Mbak Stella ada di sini, dia datang seorang diri, kemudian beberapa menit datang dua orang laki-laki masuk ke apartemen, tidak berselang lama kedua laki-laki itu keluar, dan mbak Stella memberikan sesuatu kepada dua laki-laki itu,"] terang Antoni menjelaskan padanya.

Andre mengusap wajahnya karena frustrasi, dengan langkah cepat dia pun segera menghubungi istrinya. Entah maksud wanita itu datang ke sini. Lalu? Putrinya?

Salah satu perhotelan berbintang lima, Stella baru saja selesai mandi habis jalan-jalan tadi. Ketika ponselnya berdering, dengan cepat dia pun mengangkat dengan sambutan ramah dan rindu.

"Halo, sayang! Ada apa? Kau rindu padaku? Bagaimana kabar pekerjaan mu di sana?"

["Sejak kapan kau tiba di sini?! Apa maksud kau datang ke apartemen tanpa beritahu padaku?"] terdengar suara marah dari seberang

"Loh? Kok marah? Kau tidak suka aku datang memberi kejutan buat mu, eh ternyata saat aku masuk ada seorang wanita manis keluar dari kamar menggunakan baju kemeja longgar itu melekat di tubuhnya yang mungil, sudah berapa permainan kau dengannya?"

["Kau benar-benar gila?! Lalu Angela kau titipkan ke Ibu?"]

"Kenapa? Kau tidak suka? Angela aku titip ke mama. Aku ke sini jumpa ingin pastikan apakah kau memang tidak ada hubungan apa pun dengan wanita itu?!"

["Sudah aku katakan, dia hanya berlibur, apa kau tidak mengerti?!"]

Percakapan ditelepon semakin ricuh. Andre telah kehabisan akal untuk meyakinkan kepada Stella tidak bertindak hal yang keji seperti itu. Siapa yang peduli jika seorang wanita telah dikhianati oleh suami dengan mudah selingkuh tanpa sepengetahuan darinya.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C22
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen