App herunterladen
8.57% Love in the Room / Chapter 36: Postingan

Kapitel 36: Postingan

Ethan terbangun dan mendapati Luna sedang mengeringkan rambutnya dengan hair drayer di depan meja rias, lalu melihat arlojinya yang menunjukkan waktu pukul 17:00 WIB. Dia segera beranjak dari ranjang lalu memakai celananya kembali dan menghampiri istrinya itu.

"Harum." Ethan memeluk Luna dari belakang, mencium harumnya rambut yang baru saja dikeramasi itu.

"Mandilah, nanti kak Shandra akan ke sini." Luna berbalik menatap suaminya yang masih tampak kusut itu.

"Dingin. Males mandi." Ethan kembali rebahan di ranjang.

"Ethan, jangan jorok." Luna melirik Ethan yang malah kembali rebahan.

"Dingin."

"Ck ... Aku akan siapkan air hangat." Luna berdecak kesal, tetapi daripada suaminya tidak mandi, dia mengalah dan menyiapkan air hangat.

Sembari menunggu Luna menyiapkan air hangat, Ethan segera melepas celananya dan ganti memakai handuk sebatas pinggang. Dia duduk di tepi ranjang memainkan ponselnya, ada pesan masuk dari Edward.

'Besok aku ke London bersama Viona. Apa kamu dan Luna tertarik untuk ikut?'

Ethan mengerutkan keningnya dan berpikir, "Sebenarnya aku juga ingin ke sana mengajak Luna. Tapi perutnya sudah besar, pasti hanya akan membuatnya lelah."

"Ethan, sudah siap airnya." Luna datang menghampiri Ethan, lalu membereskan ranjang yang berantakan akibat ulahnya bersama suaminya itu.

"Eh. Iya." Ethan terkejut, karena sejak tadi dia melamun memikirkan tawaran Edward.

"Kenapa?" tanya Luna penasaran.

"Edward mengajak kita ke London bersama besok," jawab Ethan sembari meletakkan ponselnya ke meja.

Luna mendengus kesal lalu kembali melanjutkan membereskan ranjang. "Tidak perlu ikut mereka. Biarkan mereka bersenang-senang. Aku juga tidak bisa berpergian jauh lagi."

"Yasudah kalau begitu, aku mau mandi dulu." Ethan segera berjalan menuju kamar mandi.

Luna bersandar di tumpukan bantal sembari memainkan ponselnya. Dia Melihat postingan-postingan Edward di instagram. Di akun Edward, samasekali tidak ada foto Viona, bahkan malah ada postingan tangan saling menggenggam. Luna menyadari itu foto sekitar sembilan bulan yang lalu. Sudah pasti itu bukan foto tangan Viona, melainkan tangannya.

"Kenapa dia memposting foto ini lagi? Ini hanyalah sampah dan akan menimbulkan masalah jika Ethan tau. Apalagi dia mention nama ku!" Luna berdecak kesal lalu menghubungi Edward, mumpung Ethan belum selesai mandi.

Luna tampak gusar karena Edward tak kunjung menerima panggilannya.

"Telpon siapa?" tanya Ethan yang baru keluar dari kamar mandi.

"Ha ..." Luna sedikit terkejut. "Aku menelpon kak Shandra karena penasaran karena dia belum juga datang."

"Oh."

Ethan segera mengambil pakaiannya di lemari. Dia memakai celana jeans berwarna abu-abu dan t-shirt berwarna putih, lalu menyugar rambutnya yang masih agak basah di depan kaca. Menyisirnya serapi mungkin dengan style pompade.

Dari kaca Ethan melihat Luna duduk di tepi ranjang sambil fokus menatap ponselnya. Ethan segera menghampiri Luna yang tampak gusar.

"Kenapa?"

"Em ... aku hanya bosan di rumah," jawab Luna bohong. Padahal dia resah karena Edward kembali memposting foto lama dan menyebut namanya. 'Dia benar-benar nekat,' batinnya.

"Kalau begitu, kita jalan-jalan saja. Mumpung masih sore." Ethan merangkul Luna dari samping.

"Tapi nanti kak Shandra akan kesini." Luna melirik wajah suaminya yang berjarak tak jauh dari wajahnya.

"Nanti kita ajak ketemu di sana saja," ucap Ethan.

"Memangnya kita mau ke mana?" tanya Luna.

"Ke alun-alun kota. Katanya malam ini di sana ada konser," jawab Ethan.

Luna mengernyitkan dahinya dan bertanya,

"konser siapa?"

"Aku tidak tahu. Tadi aku tidak sengaja mendengar karyawan di kantor sedang membicarakan konser di alun-alun kota," jawab Ethan.

Luna menghela napas, melirik suaminya yang ajak-ajak tetapi tidak jelas. "Kita ke taman terdekat saja," ajaknya.

"Yaudah ayok."

"Kamu tunggu di luar, aku mau ke kamar mandi dulu," seru Luna.

"Oke." Ethan beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kamar. Sedangkan Luna segera ke kamar mandi.

Di kamar mandi, Luna segera menelpon Edward. Hingga berkali-kali, baru tersambung.

"Hallo, Edward!"

"Akhirnya kamu menelponku juga, Luna," ucap Edward dari telpon.

"Hapus postingan itu!" seru Luna to the point.

"Haha ... kenapa memangnya? bukankah foto itu adalah foto favoritmu?"

"Edward, tolong jangan cari masalah. Di antara kita sudah selesai. Aku mencintai Ethan, dan kamu harus mencintai Viona!"

"Itu tidak mungkin karena aku hanya ingin kamu!"

"Jangan berhalu, aku bahkan muak melihat wajahmu. Jika kamu tetap menyimpan postingan itu, lihat saja akibatnya!" Luna mengancam lalu memutuskan sambungan telpon.

"Aku harus minta tolong kak Shandra mengenai masalah Edward yang semakin nekat," gumam Luna, dia segera keluar dari kamar mandi karena Ethan sudah menunggunya terlalu lama.

^^^

Di kamar, Viona sedang memasukkan beberapa pakaiannya dan pakaian Edward ke dalam koper. Dia tengah bersiap-siap karena besok pagi akan berangkat menuju London.

Ceklek...

Edward baru memasuki kamar. Dia baru saja pulang dari kantor.

"Tidak lembur?" Viona menghampiri Edward yang sekarang duduk di tepi ranjang.

"Tidak, aku ingin segera pulang." Edward melirik Viona yang tampak semakin cantik. Ah, apa dia baru menyadari bahwa istrinya cantik?

"Kenapa?" tanya Viona.

"Em ... ingin pulang saja, istirahat ... karena besok kita akan melakukan pejalanan jauh." Edward menjawab sembari melepas tuxedo nya.

"Aku kira cepat pulang karena merindukanku." Viona menunjukkan ekspresi memelas. Tampaknya sandiwara dimulai, atau memang dia ingin diperhatikan?

Edward menatap iba Viona, lalu meraba pipinya dengan jemarinya yang kokoh.

"Aku juga pulang karena itu."

"Benarkah?"

Edward mengangguk. 'Hanya rindu sebagai selingan hati,' batinnya.

Viona merona karena merasa dicintai dan rayuan dengan memelas berhasil membuat suaminya iba dan perlahan menaruh perhatian padanya.

'ini adalah kemajuan, aku akan membuatmu tidak betah jauh dariku,' batinnya.

"Siapkan air hangat, aku ingin mandi sekarang," seru Edward.

"Oke," sahut Viona segera ke kamar mandi menyiapkan air hangat, sedangkan Edward masih duduk di tepi ranjang memainkan ponselnya.

Dia melihat postingan yang sudah membuat Luna marah, lalu menghapusnya. 'Aku hanya memancingmu. Ternyata kamu takut jika Ethan mengetahui masalalu kita, ini akan menjadi umpan untuk membuatmu kembali padaku. Teruslah tutupi semua itu, hingga suamimu akan marah besar ketika aku membongkar fakta itu. Aku akan menghancurkan rumah tangga kalian,' batin Edward dengan seringai jahatnya.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C36
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen