App herunterladen
12.81% MARRY AN IMAGINARY HUSBAND / Chapter 36: TIDAK PERNAH MENINGGALKANNYA

Kapitel 36: TIDAK PERNAH MENINGGALKANNYA

"LEPASKAN DIA!"

Suara teriakan yang membuat kedua orang tersebut menoleh ke arah dimana sumber itu berasal. Tepat di depan sana ada seorang Daniel yang baru saja menuruni mobil dengan tatapan yang sulit diartikan membuat Jason yang mengetahui hal itu langsung melepaskan Ametsa.

"Ametsa," panggil Jason dengan sendu. "Aku benar-benar tulus kepadamu, tolong, percayalah kepadaku."

"Jason, aku perintahkan kau untuk berhenti sekarang juga!"

Daniel berjalan mendekati keduanya hingga kini laki-laki itu pun sudah berada di depan sahabatnya untuk menutupi Ametsa yang saat ini sedang ketakutan karena sosok pria ytang berada di hadapannya.

"Pria macam apa yang sudah berani membuat sahabatku menangis, huh?!"

"Aku tidak berniat untuk membuatnya menangis, Daniel. Lagi pula, kau itu kan hanya sahabatnya, lebih baik jangan terlalu ikut campur dengan urusan Ametsa dan aku."

Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya membuat kedua tangan Daniel tanpa sadar langsung terkepal kuat membuat Ametsa merasa takut dan segera menghalangi sahabatnya itu untuk memukul Jason.

Tangan yang hendak melayang ke arah Jason, kini mengambang di udara karena Daniel yang melihat gadis itu yang menghalanginya.

"Ametsa, menyingkirlah, aku harus memberikannya sebuah pelajaran. Pria seperti dia tidak pantas mendapatkan perempuan seperti dirimu!"

"Lalu siapa yang pantas untuknya, huh?" Jason tersenyum smirk. "Oh, apa jangan-jangan, maksudmu adalah dirimu sendiri, benarkan?"

"Daniel, jangan terpancing emosi hanya dengan perkataannya saja. Lihatlah aku, kumohon jangan dengarkan dia."

Saat ini emosi Daniel sudah sangat tinggi, jika dibiarkan begitu, maka mungkin bisa saja laki-laki itu akan memukulnya sampai benar-benar mati.

Bahkan dikejauhan sana, Jilly pun sudah sangat khawatir karena takut terjadi sesuatu kepada saudaranya sendiri. Ia sangat mengenal bagaimana seorang Daniel, maka dari itu dirinya masih belum beranjak pergi dari tempatnya, hanya demi untuk menjaga apa yang mungkin saja bisa terjadi nanti.

"Daniel, kumohon," ujar Ametsa dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca. "Aku berjanji tidak akan lagi terjadi hal seperti ini."

Melihat betapa Ametsa yang begitu memohon kepadanya membuat laki-laki itu langsung menghela nafas sebelum akhirnya Daniel pun mengalah, kemudian menarik salah satu pergelagan tangan sahabatnya tersebut.

"Jason, kali ini kau benar-benar selamat, jika sampai aku melihatmu lagi di depan Cafe atau mencoba mendekati Ametsa, tidak akan kubiarkan kau melakukannya!"

Setelah mengatakan hal itu, Daniel langsung membawa Ametsa masuk ke dalam mobil dengan raut wajah yang benar-benar menyeramkan. Bahkan gadis itu sendiri sedikit terkejut dengan perubahan sahabatnya yang menjadi sedikit berbeda dari biasanya.

"Daniel," panggil Ametsa ditengah keheningan. "Apa kau masih kesal padaku?"

Kini kedua orang tersebut sedang dalam perjalanan menuju pulang, akan tetapi sudah selama ini tidak ada percakapan di antara mereka berdua yang membuat Ametsa sedikit canggung dan bosan.

"Jika kau diam saja, aku anggap itu adalah benar."

Daniel menghela nafas sebelum akhirnya laki-laki itu pun menoleh ke arah samping dimana gadis itu berada.

"Kau benar-benar membuatku khawatir, Ametsa. Padahal sudah kukatakan untuk jangan terlalu percaya dengan perkataan seorang pria, karena mereka bisa saja hanya ingin menjebakmu agar masuk ke dalam perangkap yang dibuatnya sendiri."

"Aku akui jika ini memanglah salah, tetapi aku benar-benar kesepian, Daniel. Aku tidak ingin terus menyusahkan dirimu, kau sudah terlalu banyak membantuku."

"Ametsa, sudah kukatakan berulang kali jika aku tidak merasa sama sekali pernah terbebani oleh dirimu. Kau itu adalah sosok yang harus aku prioritaskan, kau tahu itu."

Mendengar perkataan Daniel sungguh membuat Ametsa terharu dan kagum dengan apa yang baru saja diucapkan olehnya sehingga kini gadis tersebut sedang tersenyum dalam diamnya.

"Biar kutebak, pasti saat ini kau sedang tersenyum, kan, Ametsa?"

Gadis di sampingnya yang mengetahui hal itu langsung terdiam mematung ditempatnya sebelum akhirnya ia menoleh ke arah samping dimana sahabatnya tersebut berada sebelum akhirnya dirinya berbicara.

"Kau benar-benar menyebalkan, Daniel. Tetapi meskipun begitu, aku tetap tidak ingin kehilangan seorang sahabat seperti dirimu, tidak akan pernah aku biarkan kehilanganmu."

"Oh, ya?" sahut Daniel dengan senyuman manisnya itu. "Aku benar-benar sangat tersanjung jika memang benar seperti itu."

Sudah berjam-jam lamanya, tetapi Ametsa baru saja menyadari bahwa saat ini mereka bukan sedang menuju jalan pulang ke rumahnya membuat gadis itu langsung menatap penuh selidik ke arah Daniel yang saat ini sedang santai mengemudi.

"Ada apa?" tanyanya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Kau mau membawaku ke mana, Daniel?!"

"Pulang, kan?"

"Ya, tapi ini bukanlah jalan yang biasa kita lewati untuk pulang ke rumahku!"

Satu alis Daniel langsung terangkat setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di sampingnya saat ini.

"Memangnya siapa yang mengatakan kalau aku akan membawamu pulang ke rumahmu?"

Kedua mata Ametsa langsung membelalak, lalu menoleh ke arah jalanan yang berada di hadapannya saat ini sebelum akhirnya kembali memandang sesosok laki-laki yang berada di sampingnya saat ini.

"Jadi kau akan membawaku pulang bersamamu, huh?!" ujar gadis itu dengan kesal. "Jawab aku, Daniel!"

"Ya, aku akan membawamu ke rumahku, itu lebih baik daripada kau terus saja menangis sepanjang malam."

Mendengarnya membuat Ametsa langsung memalingkan wajahnya ke arah lain dengan kedua tangan yang melipat di dada serta wajah yang ditekuk.

"Kau menyebalkan, Daniel."

"Aku akui itu, lalu kenapa?"

"Kau benar-benar menyebalkan, aku sangat membencimu!"

Daniel langsung menghela nafas, lalu kembali menatap jalan dengan serius. "Apa kau pikir aku akan peduli dengan perkataanmu?"

Tidak butuh waktu lama akhirnya mereka berdua pun sampai di sebuah rumah besar dengan pekarangan yang cukup luas. Laki-laki itu menyembunyikan klakson mobil sebelum akhirnya sebuah pintu gerbang pun terbuka dan mempersilakannya untuk masuk ke dalam sana.

"Ayo turun," ajak Daniel setelah sampai. "Aku tidak akan berkata apapun kepada mereka, tenanglah."

"Kau pasti berbohong," ujar Ametsa dengan kedua mata yang memincing. "Lihat saja, apa aku sedang membodohimu?"

Dilihatnya saat ini Ametsa yang sedang memerhatikannya membuat Daniel yang mengetahui hal tersebut langsung menaikan kedua alisnya.

"Bagaimana, masih belum mempercayaiku?" tanya laki-laki itu. "Ya sudah, terserah kau saja, aku akan masuk ke dalam rumah dan tidur."

Ternyata benar saja, Daniel bersungguh-sungguh meninggalkannya hanya di dalam mobil seorang diri membuat Ametsa yang saat ini hanya sendiri pun bersedih.

"Apa kau tidak tahu jika aku sangat menyayangimu?" gumam Daniel dengan kedua tangan yang mengepal. "Jika aku terlihat meninggalkanmu, maka yang harus kau ketahui adalah, bahwa aku tidak pernah benar-benar meninggalkanmu."

Saat ini Daniel sedang berada di balik pintu utama rumahnya saja, laki-laki itu sedikit mengintip dari balik jendela untuk memastikan Ametsa yang memang akan terus saja hanya berdiam di dalam mobil atau masuk ke dalam rumah.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C36
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen