Malam pun tiba dengan Ametsa yang saat ini sedang membereskan barang-barang terlebih dahulu, berbeda dengan Daniel yang lebih banyak diam dengan kedua matanya yang mengawasi gadis itu dengan wajah yang begitu serius.
Sementara Jilly yang baru saja keluar dari dalam ruangan pribadinya pun langsung menggelengkan kepala sebelum akhirnya berjalan mendekati saudaranya itu lalu menepuk pundaknya yang membuat Daniel sempat terkejut.
"Jilly?!" ujar Daniel dengan kesal. "Kau mengejutkanku saja, huh!"
"Maaf, lagi pula kenapa kau terus memerhatikannya?" tanya Jilly dengan satu alis yang terangkat. "Apa karena pria yang menemuinya tadi pagi?"
Kekesalan Daniel menjadi semakin bertambah setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh saudara sepupunya tersebut sehingga kini laki-laki itu menghela nafas seketika.
"Huh, tolonglah Jilly, kau membuatku kembali teringat dengan pria jelek itu."
"Wow," ujar Jilly dengan raut wajahnya yang menunjukkan keterkejutannya itu. "Kau benar-benar luar biasa, Daniel."
"Diam, lah, aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun saat ini."
Jilly yang mendengarnya pun langsung berdecih sebelum akhirnya kedua matanya memandang sekitaran Cafe yang ternyata sudah selesai dibersihkan dan dibereskan oleh Ametsa. Lalu, tidak sengaja pandangannya mengarah kepada seseorang yang sedang berdiri di luar membuat laki-laki itu membelalak.
"Niel," panggilnya dengan satu tangan yang saat ini menepuk pundak saudaranya itu. "Lihatlah!"
"Jill, kau menyebalkan sekali, sudah kubilang jangan ganggu aku, aku sedang bekerja, mengerti?!"
"Daniel, coba kau lihatlah ke sana, kau pasti akan terkejut!" ujar Jilly dengan heboh kali ini. "Dia benar-benar datang!"
Karena sudah terlanjur kesal sekaligus penasaran dengan apa yang baru saja dikatakan oleh saudaranya itu, akhirnya Daniel pun mengalihkan perhatiannya sejenak mengikuti arah telunjuk Jilly yang saat ini sedang menunjuk seseorang.
Hingga di mana kedua mata Daniel pun terbelalak melihat seorang pria yang sudah tidak asing baginya lagi itu kini sudah berada di depan sana sedang menunggu Ametsa selesai bekerja.
"Jason?!" gumam Daniel dengan kedua tangan yang mengepal serta mata yang sinis memandang seseorang yang berdiri di luar Cafe. "Dia benar-benar tidak mendengarku, huh!"
"Apa kau bilang?" tanya Jilly dengan kening yang berkerut. Kemudian pandangannya beralih ke arah pria di luar Cafe sebelum akhirnya kembali memandang saudaranya tersebut, lalu berkata, "Apa kau sudah mengancamnya?! Ya Tuhan, Daniel, mengapa kau menyeramkan sekali?!"
Plak!
Suara tamparan pada mulut Jilly yang tidak terlalu keras itu pun Daniel layangkan, kini laki-laki itu menghela nafas sebelum akhirnya kembali berkata, "Apa kau bisa diam? Aku sedang kesal, tetapi kau malah membuat moodku menjadi semakin bertambah buruk saja!"
"Maafkan aku, aku hanya ..." Pada akhirnya Jilly tidak melanjutkan perkataannya itu karena seseorang yang berada disampingnya saat ini memandangnya begitu tajam. "Baiklah, baiklah, aku pergi."
"Baguslah, memang sudah waktunya untuk kau pulang dan tidur dengan nyenyak."
Jilly yang mendengarnya pun langsung menghela nafas sebelum akhirnya laki-laki itu memutar kedua bola matanya dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Daniel yang saat ini sedang memandang seorang pria di luar sana.
"Ametsa," panggil Daniel ketika gadis itu sudah kembali ke dapur. "Kau sudah selesai?"
"Ya, aku rasa begitu," jawab Ametsa dengan senyum manisnya itu. "Kau sendiri, bagaimana?"
"Aku sudah selesai, dan sekarang aku menunggumu," ujar Daniel memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini. "Ayo, kita pulang sekarang."
Kening Ametsa langsung berkerut mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini. "Daniel, aku ..."
"Kenapa?" tanya laki-laki itu. "Apa kau tidak ingin pulang?"
Saat ini laki-laki itu benar-benar sangat khawatir bahwa Ametsa akan mengiyakan ajakan dari Jason yang merupakan seseorang baru dikenalinya tersebut.
"Aku harus pergi, kita pulang bersama lain waktu saja, oke?" ujar gadis itu kepada Daniel sebelum akhirnya mengambil tas ranselnya terlebih dahulu lalu keluar dari Cafe begitu saja untuk menemui seorang pria yang sedari tadi sudah menunggunya di depan.
Sementara itu Jason yang sedari tadi sudah menunggunya pun langsung menoleh lalu tersenyum begitu manis ketika melihat seorang gadis cantik yang baru saja selesai bekerja itu datang menghampirinya.
"Hai, kau sudah selesai?" tanyanya.
"Hai Jason, sepertinya begitu," jawab Ametsa yang saat ini sedikit salah tingkah. "Hm, maafkan aku, pasti kau sudah menunggu terlalu lama, kan?"
Jason yang mendengarnya pun langsung mengangkat kedua alisnya lalu terkekeh. "Ah, tidak apa-apa, aku akan menunggu meskipun harus sampai besok pagi."
Ucapan yang baru saja dilontarkan oleh pria itu membuat jantung Ametsa berdetak lebih cepat dari biasanya, dan kini gadis itu benar-benar sangat sulit untuk mengontrol kegugupannya di hadapan Jason.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jason dengan satu tangannya yang saat ini menyentuh pipi gadis itu yang sangat memerah. "Maafkan aku."
"A-ah, tidak, tidak, aku baik-baik saja, hanya saja aku sedikit merasa panas di sini," ujar Ametsa dengan kedua tangannya yang mengipasi pipinya. "Apa cuaca saat ini sangat buruk? Kenapa panas sekali?"
Tanpa disadari bahwa Jason yang melihatnya saat ini hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala. Ametsa benar-benar sangat lucu di matanya. Sejak awal bertemu, ia sudah berniat ingin menemui gadis itu lagi dan akan mengajaknya berkencan jika seandainya dirinya diberikan lagi kesempatan untuk datang ke Cafe ini dan bertemu dengannya lagi.
Dan ternyata benar, Tuhan memberikannya kesempatan sekali lagi untuk dirinya bisa bertemu dengan gadis cantik yang satu ini dan ia sekarang akan memanfaatkan waktu yang dimilikinya.
"Ayo kita pergi sekarang," ajak Jason kepada Ametsa. "Akan aku pastikan kalau kau tidak akan kepanasan kali ini."
Ametsa yang mendengarnya pun menjadi sedikit salah tingkah, gadis itu tersenyum canggung dengan kedua pipinya yang masih memerah.
"O-oh, terima kasih banyak Jason," ujarnya.
Setelah itu pria tersebut langsung berjalan mendekati sebuah mobil hitam mewah yang terparkir tepat di seberang sana dengan diikuti oleh Ametsa yang berjalan di belakangnya, hingga akhirnya Jason pun membukakan pintu dan mempersilakan gadis itu untuk masuk dan duduk di dalam sana dengan nyaman.
Dirasa sudah aman, Jason pun langsung menutup pintunya kembali dan mengitari mobil dengan perasaan senang. Pria itu akan berkencan malam ini, tetapi sebelum itu ada yang harus dilakukannya terlebih dahulu agar kencan mereka berdua menjadi lebih romantis.
Di sisi lain ada seseorang yang sedang berdiri mematung di dalam Cafe memandang dua orang yang berlawanan jenis itu dengan wajah datarnya. Kedua tangannya terkepal kuat serta rahang yang mengeras menatap kepergian Ametsa dengan seorang pria yang baru saja dikenalnya itu.
"Kenapa kau mau pergi begitu saja dengan orang yang bahkan baru dikenal, Ametsa?" ujar Daniel dengan kedua mata yang memerah. "KENAPA?! AARRRGHHH!!!"
Tidak lama kemudian ponselnya menyala membat Daniel yang sedang merasakan kekecewaan yang begitu dalam pun langsung mengalihkan perhatiannya.
"Sayang, kau di mana?" tanya seorang wanita di seberang sana. "Ini sudah hampir tengah malam, sebaiknya kau cepat pulang, ya, Daniel."
Mendengar suara Meyra membuat laki-laki itu menghela nafas sebelum akhirnya mengangguk dan berkata, "Ya, baiklah, aku akan segera pulang sekarang."
Setelah itu panggilan pun dimatikan dengan Daniel yang langsung membanting ponselnya dengan cukup keras sehingga menimbulkan kerusakan padan benda tersebut. Ia tidak peduli dan dirinya langsung memungutinya kembali lalu membuangnya ke tempat sampah sebelum akhirnya benar-benar berlalu pergi dari Cafe.
Jangan lupa tombol support nya untuk Daniel ya hehe