Kapitel 195: Adik Kak Geo

"Rea?"

Aku memutar kepala dan mendapati Kak Geo dengan jas putihnya di sini.

"Kamu kok di sini lagi? Apa ada keluhan lagi?" tanya Kak Geo mendekat.

"Enggak, Kak. Tadi supirku nabrak orang. Jadi, aku bawa ke sini."

Kak Geo tampak terkejut. "Beneran? Kamu ada yang luka nggak?"

"Nggak ada, Kak. Cuma korban aja yang luka."

"Serius?"

Aku mengangguk serius. "Ini aku mau lihat pasiennya."

"Ya sudah, aku temani."

Kami langsung memasuki ruang tindakan. Aku tadi sempat lihat di kaca saat dokter menangani korban. Jadi, aku langsung tahu posisinya.

Aku mendekat dan berdiri di sisi ranjangnya. Menatap wajah yang sepertinya terlelap. Dia tidur atau pingsan? Bukannya tadi dokter bilang dia sempat muntah?

Usianya bisa aku taksir sekitar dua puluh limaan. Bentuk wajahnya oval dengan dagu meruncing. Di dahi dan pelipisnya sudah terpasang perban. Hidungnya biasa saja dan dia memiliki bibir yang tipis. Manis sih. Astaga. Kenapa aku menilai wajahnya?