App herunterladen
100% IN YOUR MIND / Chapter 5: 4. Fourth mind

Kapitel 5: 4. Fourth mind

"Luka kecil di tangan lo luka besar di punggung lo kan?"

mata Lala membulat "bagaimana dia bisa tau?"

"Lala,nanti gue mau lo pulang sama gue no komen no nego" tegas Lusia tanpa panjang lebar

"Sia,emang kamu mau ngapain sama aku pulang sekolah?" tanya Lala

"nanti lo juga bakal tau,jadi tunggu gue ya"

"kenapa harus nunggu?" tanya Lala

"nanti gue mau urus sesuatu di kantor juga nanti ayah gue kesini"

"ouh.... okok" Lala mengangguk dia tidak mau bertanya lebih jauh

"oh iya kan lo dulu teman sebangku gue tapi karena dulu gue bully lo jadi pindah dan duduk sendiri"

"kan aku udah bilang kamu gak bully aku"

"ya kan tetap aja"

"jadi kamu mau aku duduk di samping kamu lagi dong"

"woiya jelas" sumeringah Lusia tapi sedetik kemudian dia menoleh lagi ke Lala "kok tau?" bingung Lusia

Lala tersenyum "hehehe kan udah ketebak kalau kamu bilang kamu mau bilang itu

"emang kentara banget ya?" tanya Lusia

"kentara banget" sumeringah Lala

"ya udah cepet beresin barang lo terus pindah ke sini" pinta Lusia

"ok" Lala segera membereskan barang nya dan pindah ke samping Lusia

setelah mengemaskan barang dan pindah ke samping Lusia

"Lala lo beneran gak benci sama gue dan gak mau balas gue?" tanya Lusia lagi meyakinkan

"masih ragu rupanya.., buat apa coba bully kamu,kalau aku bully kamu sama aja aku dengan orang yang sudah membully ku selama ini"jelas Lala

"kamu mau urus apa sih nanti pulang sekolah sampai minta aku nunggu kamu?"

Lala masih penasaran sama Lusia yang meminta nya untuk menunggu nya pulang sekolah

"gue mau pindah sekolah,dan gue mau lo ikut pindah ke sekolah yang sama dengan gue,ya tentunya gue harus minya persetujuan lo"

"aku mau pindah sekolah sama kamu"

"lo mau?!,gue kira lo gak mau karena lo sekolah di sini karena bunda lo"

"emang aku sekolah di sini karena bunda ku tapi bunda juga gak maksa kalau aku gak nyaman dan sekarang aku punya alasan untuk pindah"

"gue gak nyangka lo akan mau semudah itu?"

"ya aku amu kok,kamu kan teman aku,sebagai gantinya aku boleh minta tolong ga?"pinta Lala

"ya boleh lah masak gak?"

"kamu bisa gak cariin aku kerja sambilan?"

mendengar itu Lusia tersenyum lebar "gimana kalau lo kerja di caffe gue?"

"Caffe kamu?"

"iya,caffe gue"

"emang sejak kapan kamu punya caffe?"

"baru dua minggu yang lalu"

"ha dua minggu?"

"iya, kebetulan ada ruko dekat rumah gue yang di jual jadi gue beli"

"jadi selama lima bulan kamu gak masuk sekolah itu gara gara itu"

"gak semua nya gara gara buka caffe"

"lah terus kamu ngapain aja?"

"maaf Lala yang itu gue gak bisa cerita" Lusia tersenyum kecut

"gak papa kok lagian tiap orang pasti punya rahasia"

"gue nyangka lo orangnya seterbuka ini,selama ini" senyum Lusia

"aku tau kamu bukan orang jahat,dan kamu juga orang pertama yang bicara sama aku,walau awalnya kamu sama kayak yang lain" jelas Lala

"maaf ya.., gue gak ngajak lo bicara lebih awal"

"gak papa,waktu itu kan lo gak tau situasi nya"

"oh iya,kalau lo mau kerja di tempat gue ada syaratnya"

mendengar perkataan Lusia wajah lala menjadi tegang dan Lusia yang melihat itu tersenyum "tenang aja syarat nya gak macem macem kok"

setelah mendengar perkataan Lusia, Lala bernafas lega "emang syaratnya apa?"

"bawa surat lamaran kerja" jawab Lusia seenak jidat

"ealah kukira syarat apaan,udah deg deg aku tadi"

"hehehe maap,sebenernya bukan itu syaratnya"

"lah terus?"

"gue mau lo ngerahasiain kalau gue punya caffe"

"eh,jadi ayah kamu gak tau kalau kamu punya caffe?"

"iya,ayah gue gak tau dan gue gak mau dia tau"

"kenapa kamu gak mau ayah kamu tau?"

"karena ayah juga punya rahasai sama gue?,lo bisakan jaga rahasia gue?"

"iya, aku bakal jaga rahasia kamu,eh btw kok bel masuk belum bunyi ya?

"lah iya perasaan kita tadi udah ngomong panjang lebar"

tak lama setelah Lala dan Lusia berkata seperti itu bel masuk pun berbunyi dan keduanya pun terpelongo dan tawa keduanya pecah setelahnya

SKIP

"baik anak anak pelajaran nya sampai disini dulu minggu depan kita lanjutkan" guru fisika pun mengakhiri pelajaran terakhir setelah bel pulang berbunyi dan semua murid mulai meninggalkan kelas tak terkecuali Lusia dan Lala yang sedang berjalan di koridor yang menuju ruang guru. Lusia sedang menelpon ayahnya untuk menanyai keberadaan sang ayah setelah mengetahui keberadaan sang ayah Lusia menutup telponnya

"jadi ayah kamu ada di mana sekarang?" tanya Lala

"ayah bilang dia udah di parkiran"

"ouh...ya udah aku mau telpon bunda juga dulu" Lala mengelurakan ponselnya dan menghidupkan nya tapi ponsel nya tidak hidup,Lala mencoba untuk menghidupkan kembali beberapa kali tapi ponselnya tidak kunjung menyala

"kenapa?, gak hidup hp nya?"

"iya, padahal tadi aku udah isi penuh baterainya"

saat Lala sedang berbicara tentang ponselnya tiba tiba Lusia mendengar suara, ya itu adalah suara pikiran, dan suara lagi suara itu milik orang yang sangat di kenalnya, dan itu juga sebab dari matinya ponsel Lala, raut wajah Lusia berubah dingin

"Lala pergi dari sini" Lusia menarik tangan Lala dan segera menuju ruang guru

"eh kenapa?" bingung Lala

"nanti gue jelasin sekarang kita pergi dulu dari sini numpung masih rame" Lusia mempercepat langkahnya dan Lala

setelah sampai di depan ruang guru dan merasa keadaan aman Lusia dan Lala duduk di kursi depan ruang guru

"jadi kenapa kamu tarik aku tadi?" tanya Lala

"tadi Putri sama sarah ngawasin kita" jelas Lusia

"Putri sama sarah ya... pasti mereka mau cari aku"

"gak, kali ini mereka gak cari lo aja mereka juga cari gue"

"mereka pasti cari kamu gara gara aku"

"gak ini bukan salah lo,di sini yang paing banyak salah tu gue bukan lo jadi jangan salahin diri lo, oh iya coba hidupin lagi hp lo"

"kan tadi mati"

"coba aja dulu" suruh Lusia

"oke" Lala kembali menyalakan ponselnya dan benar saja ponsel nya kembali menyala

"kok bisa?" bingung Lala

"gue gak tau gimana mereka bisa dapat barang kayak gitu tapi, tadi mereka bawa perusak sinyal"

"perusak sinyal,kenapa mereka bawa barang kayak gitu ke sekolah?"

"untuk mencegah kita menghubungi bantuan saat mereka menangkap kita"

"bukannya lebih baik mereka mengambil ponsel kita dari pada merusak sinyalnya"

"itu bekerja untuk lo tapi nggak buat gue" jelas Lusia

"maksud kamu?"

"hp gue di pasang alaram yang akan bunyi jika gue dalam keadaan bahaya,ayah gue pasang alaram itu karena waktu kecil gue sering kena culik,dan sarah dan putri tau kalau hp gue di pasang alaram itu jadi mereka lebih baik merusak sinyalnya dari pada ngambil hp gue,karena alaram itu tidak akan bunyi jika hp gue mati atau rusak sinyal" jelas Lusia panjang lebar

"ya walau tindakan mereka itu akan sia sia karena gue msaih punya alaram bahaya lainnya" lanjut Lusia

Lala menatap Lusia dengan tatapan yang tidak dapat di artikan

"Lusia bagaimana kamu bisa tau semua ini?"

"mereka sendiri yang bilang ke gue"

"apa maksud kamu mereka yang bilang?"

mendengar itu Lusia hanya memberikan senyuman khasnya, senyuman yang siapapun tidak tau artinya, senyuman yang selalu digunakannya untuk menutupi 'RAHASIANYA'

Ini chapter 4 IN YOUR MIND maaf ya kalau banyak kesalahan dalam penulisanya.jadi di sini aku bikin penutup karena aku mau menyampaikan tentang susunan prolog dan chapter 1 sampai 3 yang berantakan,mohon maaf sebelumnya jika merasa bingung mau baca dari mana atau kurang nyaman saat melihat susunan chapeter yang berantakan. itu sungguh suatu ketidak sengajaan mohon di maklumi karena ini pertama kali aku nulis di webnovel dan aku gak tau kalau di webnovel itu publish nya bisa di jadwal dan bisa langsung di publish, makanya saat pertama kali aku publish susunan chapternya berantakan,mohon di maklumi karena ini benar benar pengalaman pertama aku di webnovel.

Dan terima kasih kepada para pembaca yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca IN YOUR MIND terus ikuti ceritanya ya. IN YOUR MIND up date setiap sabtu, itu aku usahakan ya soalnya aku masih sekolah hehehehe. sekian terima kasih Salam AW


Load failed, please RETRY

Bald kommt ein neues Kapitel Schreiben Sie eine Rezension

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C5
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen