App herunterladen
10.43% PORTAL: terhubungnya dua dunia yang berbeda / Chapter 19: Chapter 18 - Dia yang datang dari dunia yang berbeda

Kapitel 19: Chapter 18 - Dia yang datang dari dunia yang berbeda

Kedatangan Karina menjadi keraguan untuk Cattalina, mengingat Cattalina menyangka Karina yang menjadi budak dan bermain dengan Teo benar-benar membuatnya ragu dengan perkataanya. Namun, Karina yang sudah menemukan harapannya untuk kembali ke negaranya tidak menyerah begitu saja "Kami berasal dari negeri yang sama! Karena itu aku ingin bertemu dengannya… sudah lama… sudah lama aku menunggu seseorang dari tempat asal ku menyelamatkan ku dan akhirnya ada seseorang… karena itu, aku mohon…" mau tidak mau ia jujur untuk meyakinkan Cattalina. Dengan air mata Karina perlahan keluar dari matanya, Cattalina masih bimbang antara percaya dan tidak percaya hanya terdiam melihat Karina menangis di depannya.

Meski begitu, ia juga tidak menganggapnya berbohong. Karena ia masih sedikit percaya dengan Teo, kalau Teo tidak mungkin membawa seorang budak bersamanya hanya karena di goda, ia sangat merasa yakin dengan itu. Akhirnya, ditengah rasa bimbangnya, ia pun mengizinkan Karina untuk masuk kedalam "Dengan syarat, jika kau berbohong, kau tidak akan pernah bertemu dengannya lagi." ucap Cattalina lalu membuka pintunya.

Ketika melihat Teo sedang berbaring di ranjangnya, Karina berjalan cepat menghampirinya "Sersan… Teo…"

"Kamu… Karina, kan?"

Air matanya keluar semakin deras, ia langsung memegangi tangan Teo dan terus berkata "Syukurlah…"

Teo hanya tersenyum melihatnya, ia juga merasa bersyukur karena menemukan korban pertama dari insiden itu. Celica melihatnya seenaknya seperti itu pun langsung terlihat kesal "Hei! Kau ini siapa!" teriaknya.

"Celica, diam." perintah dari Kakaknya langsung dipatuhinya meskipun ia sedikit terkejut dengan perintahnya "Teo, bisakah kamu katakan siapa dia sebenarnya?"

Mendengar pertanyaanya itu membuat Teo bernafas lega "Syukurlah anda mau mendengarkan saya." Teo terdiam sesaat lalu mengalihkan pandangannya kepada Karina "Saya menemukannya, Nona Cattalina. Gadis ini… Adalah berasal dari dunia ku."

Mendengar ucapannya, tentu itu tidak dapat dipercaya, terutama Celica yang tidak mengetahui apapun tentang itu "Apa kamu yakin? Kenapa kamu bisa yakin, Teo?"

"Tentu Saya yakin, Saya sudah banyak bertanya untuk mencari tahu kebenarannya, sampai menggunakan bahasa tradisional dari negeri saya pun saya gunakan untuk memastikannya. Karena itu Saya tidak ragu, kalau Karina adalah orang yang berasal dari duniaku… Aku… Ini adalah kemajuan untuk ku, masih 49 orang lagi…" di akhir perkataanya, Teo terdengar sedih, meskipun sebenarnya ia merasa lega mengetahui kalau dirinya berhasil menemukan seseorang dari dunianya.

Cattalina menghembuskan nafasnya, melihat Teo sampai seperti itu, ia pun memutuskan untuk mempercayai perkataanya itu "Begitu ya, syukurlah kalau begitu. Maaf ya, aku tidak terlalu mempercayaimu sebelumnya. Aku terpengaruh perkataan Adikku, jadi maafkan aku."

"Loh? Kenapa aku?"

"Yang pertama menuduh Teo seperti itu kan kamu!"

"Aku kan cuma berkata apa yang mungkin terjadi! Salah Kakak sendiri mengikuti apa yang aku katakan!"

Perdebatan kedua saudari itu membuat Teo tertawa kecil, wajahnya terlihat begitu tenang dan merasa lega. Cattalina yang melihatnya dapat mengetahui itu, namun saat melihat Karina, ia seperti diwaspadai olehnya.

Tatapan tajam diarahkan kepadanya, sepertinya Karina masih marah kepada Cattalina karena tidak mempercayainya, namun itu hanya dugaan Cattalina. Karena itu, Cattalina pun meminta maaf utuk kedua kalinya "Tolong maafkan aku. Aku benar-benar tidak tahu kalau kamu berasal dari tempat yang sama dengan Teo!"

Ia langsung memalingkan pandangannya dengan wajah yang masih begitu kesal "Hei! Kau ini tidak sopan!" bentak Celica.

Karina yang masih marah hanya mengabaikannya. Melihatnya seperti itu, Teo meminta bantuan kepada Tiara untuk membuatnya duduk di ranjang "Tiara, tolong bantu aku." ucapnya

Setelah dibantu, Teo bertanya kepadanya, apa yang membuatnya begitu marah kepada Cattalina "Maafkan ya, Nona Cattalina memang mempunyai kebijakan soal budak dan pebudakan, jadi maafkan saja ya." ucap Teo mencoba menenangkannya.

"Bukan… Aku tidak marah karena itu… sudah sewajarnya aku diperlakukan seperti itu, aku sekarang adalah seorang budak." ucapannya itu sedikit membuat Teo merasa sakit, ia menyalahkannya karena membuat warganya dijadikan budak oleh orang lain.

"Begitu, maaf karena Saya terlambat menemukanmu. Tapi, Nona Cattalina tidaklah seperti itu, ia melarangmu karena ia menduga Saya bermain dengan budak, karena itu–."

"Sama saja kan?" ucapannya terdengar berbeda, ia terdengar sedih sekaligus marah ketika berkata seperti itu "Soalnya, dia adalah bangsawan!" mendengar ucapannya yang cukup keras itu membuat Teo sadar kenapa Karina begitu marah kepadanya, begitu mewaspadai dirinya, itu karena Cattalina adalah seorang bangsawan.

"(Begitu ya…)" Teo mengeratkan giginya ketika mengingat kembali Tuan Cruile, ia juga mengingat saat dimana Karina diberikan kepadanya dan karena itu, ia juga menjadi marah kembali kepada Tuan Cruile "Maaf karena aku terlambat…" ucapnya lagi setelah mengetahui kalau Karina memiliki sedikit trauma dengan para bangsawan.

Cattalina dan Celica hanya terdiam mendengar pembicaraan mereka, sampai disaat tidak ada yang berkata apapun lagi, Celica bertanya kepada mereka "Kalian bicara apa? Aku tidak mengerti bahasa kalian!"

Pertanyaan Celica, membuat semuanya menjadi rumit untuk Teo "Apa maksudmu?"

"Hah? Apa kamu tidak mendengar? Kalian ini bicara apa, aku sama sekali tidak mengerti bahasa kalian, lalu apa maksud kalian tentang 'Dunia mu'!? Aku butuh penjelasan!" ketidaktahuan Celica tentang Teo yang berasal dari dunia lain, membuatnya semakin rumit.

Teo dan Cattalina sempat saling menatap, namun mereka tidak berbicara. Teo memejamkan matanya dan mengerutkan keningnya "Ap–. Tunggu sebentar, Aneh! Ini aneh…" saat membuka matanya, seluruh pandangan mereka yang ada disana tertuju kepada Teo "Karina, saat mereka berbicara, seperti apa kedengarannya? Maksudku, apakah mereka berbicara dengan bahasa yang mereka pakai itu berbeda dengan bahasa kita?!"

"Tentu saja berbeda, kan?" jawabannya semakin membuat Teo kebingungan, ia memejamkan matanya lagi dan menenangkan pikirannya.

"Coba kamu ucapkan bahasa mereka, perkenalkan dirimu pakai bahasa mereka." pinta Teo sambil memejamkan matanya.

"Baiklah 'Namaku Karina, umur ku 19 tahun' apa seperti itu sudah cukup?" ucap Karina yang memperkenalkan dirinya dengan memakai bahasa dari dunia lain.

"(Sudah kuduga, tidak ada bedanya…)" ucap Teo dalam hati, ia pun menghela nafasnya seolah ia mengerti apa yang terjadi "(Pendengaran ku, bahasa yang aku ucapkan, terdengar sama saja. Apapun yang aku ucapkan akan di mengerti oleh mereka. Tapi bagaimana bisa?)" ia dapat mengerti dasarnya, namun ia tidak dapat mengerti penyebabnya "Nona Cattalina. Selama ini, apakah Saya selalu berbicara dengan bahasa yang sama dengan Anda?"

"Tentu saja, kalau berbeda tidak mungkin aku bisa mengerti apa yang kamu ucapkan, iya kan?"

Kebingungan yang melanda Teo mulai terlihat jelas, lalu untuk memperjelasnya lagi, Teo berkata kepada Cattalina "Nona Cattalina, 'Good morning'."

Cattalina dan lainnya terdiam kebingungan mendengar ucapan Teo, sementara Karina mengerutkan keningnya dan tatapannya seakan menganggap dirinya aneh "(Jangan menatapku seperti itu!)" ucap Teo dalam hatinya menanggapi tatapan Karina.

"Teo… Kamu merapal sihir?"

"Sihir? … Ah!" Teo baru saja menyadari sesuatu. Ketika mendengar pertanyaan Cattalina, Teo baru sadar kalau sihir-sihir yang mereka ucapkan terdengar seperti bahasa internasional "Maaf… Sekarang aku mengerti, aku sangat mengerti, walaupun aku tidak mengerti apa penyebabnya, tapi aku mengerti." meskipun dia berkata dia mengerti, namun tidak dengan orang-orang disekitarnya "Ah sudahlah, yang ada kepalaku semakin sakit." ucapnya melepas masalahnya begitu saja.

"Tunggu! Sersan, apa Anda bisa mengerti bahasa mereka tanpa tahu bahasa mereka?" tanya Karina.

"Begitulah, aku tidak mengerti apa penyebabnya. Tapi sepertinya memang begitu, tapi ini menguntungkan ku sih, jadi biarkan saja." ucap Teo

"Tunggu, apa maksudmu memang begitu?" tanya Celica, karena pertanyaan yang Karina keluarkan menggunakan bahasa indonesia, Celica menjadi tidak mengerti apa maksudnya, itu juga berlaku dengan yang lain selain Karina.

"Ah… Anda tidak mengerti ya…" akhirnya Teo pun menjelaskan apa yang dialaminya tentang kerumitan dan kebingungan yang menimpanya.

"Ah begitu ya, apa kamu merasakan efek sampingnya?" tanya Cattalina.

"Emm… Selama ini aku tidak merasakan apa-apa sih, selain tubuhku yang terasa seperti di aliri listrik."

"Hey! Apa maksudmu berkata seperti itu!" Celica sadar dengan sindirian Teo itu.

"Sudah sudah. Syukurlah kalau tidak ada efek sampingnya, lalu syukurlah kamu bisa menemukan orang dari duniamu, Teo." ucap Cattalina.

"Tunggu sebentar! Pertanyaanku belum dijawab, apa maksudnya kalau dia berasal dari dunia lain! Itu tidak masuk akal, seperti dongeng saja."

"Bagiku adanya sihir dan yang lainnya saja sudah tidak masuk akal, Nona Celica." setelah itu, Teo terdiam sesaat untuk mencari penjelasan yang mudah untuk Tuannya ini.

Namun karena terlalu lama terdiam, Cattalina pun menjelaskannya kepada Celica "Celica, seperti yang kamu dengar, mereka berdua bukanlah berasal dari dunia yang berbeda dengan kita. Tujuan Teo berada di dunia ini untuk mencari orang-orang dari dunianya yang diculik seseorang ke dunia ini, kurang lebih begitu."

"Tapi bagaimana jika dia berbohong!?" Celica tidak mempercayainya.

"Pada awalnya juga, aku tidak percaya kalau Teo berasal di dunia lain. Tapi, pakaian yang Teo saat pertama kali kita bertemu itu sangat berbeda di kerajaan mana pun."

"Sersan, memangnya apa pakaian yang anda pakai?" tanya Karina dengan bahasa indonesia.

"Kemeja dan jeans." jawab Teo sambil memalingkan wajahnya.

"Lalu kedua, senjata yang dia gunakan juga tidak pernah ada di kerajaan manapun, kamu juga tau tentang itu kan?" ucap Cattalina menguatkan pernyataan.

Celica tidak dapat membantahnya, ia hanya terdiam mendengar bukti-bukti yang Cattalina sebutkan "Lalu yang ketiga…" Cattina terdiam sesaat, ia pun mendekati Karina dan mengulurkan tangannya. Meskipun sesaat Karina menjauh, namun saat ia melihat Teo yang tersenyum, ia pun terdiam dan membiarkan Cattalina mendekatinya.

Perlahan, ia mengulurkan tangannya dan menyentuh dada Karina, ia memejamkan matanya sesaat, lalu membuka matanya kembali "Jiwa mereka berdua, mempunyai 'Asal' yang berbeda dengan kita."

Ucapannya, membuat mereka yang ada di dalam ruangan terkejut mendengarnya "J-Jiw–. Tunggu, Kakak memakai kemampuan Kakak itu di depan mereka?"

"Tidak apa-apa, mereka bisa kupercaya kok." ucap Cattalina lalu mengelus kepala Adiknya yang terlihat begitu khawatir karena dirinya.

"Tunggu, apa maksudmu jiwa kita berbeda?" tanya Teo yang terjebak kembali dengan kebingungannya.

"Yah, itu nanti saja aku menjelaskannya. Lalu, ada satu lagi yang membuatku semakin yakin adalah–."

"Ah baiklah baiklah! Aku akan mencoba untuk percaya." lalu pandangan Celica pun tertuju kepada Teo "Sebaiknya cukup sampai sini duku, walau masih ada yang ingin aku tanyakan, yah mungkin nanti saja. Aku ingin keluar, kebingungan ini membuat kepala ku sedikit sakit." ucapnya lagi lalu berjalan keluar kamar dengan wajah yang masih terlihat bingung.

"Yah nanti aku yang akan menjelaskannya lagi kepada Celica." ucap Cattalina sambil tersenyum. Pandanngannya pun beralih ke arah Karina, ia hanya tersenyum kepada Karina dan Karina terus menatap tajam dan terus waspadainya "Apa kamu masih marah kepadaku?" tanya Cattalina kepadanya.

Karina memalingkan wajahnya dengan raut wajah yang terlihat begitu kesal. Teo yang melihatnya juga hanya terdiam, ia terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan Cattalina.

"Permisi, oh Teo, kau sudah sadar." William tiba-tiba datang memecah keheningan di ruangan, ia langsung mendekati Teo "Bagaimana keadaanmu?"

"Entahlah, aku sanggup berbicara, tapi tidak dengan bergerak." jawab Teo lalu memejamkan matanya.

"Yah sudah pasti sih begitu. Bertarung melawan boneka sihir dengan pedang sihir itu pasti sangat melelahkan, sejujurnya aku juga kerepotan sih melawan yang seperti itu. Terakhir kali aku melawan yang seperti itu, saat ada pemberontakan di dekat hutan elf. Yaaaah, mereka memang merepotkan sih. Bisa selamat dari serangan mereka itu keberuntungan yang sangat luar biasa, kau tau? Hahahaha." William menceritakan sedikit pengalamannya kepada Teo, meskipun Teo sebenarnya tidak terlalu peduli dengan itu.

Teo terus memejamkan matanya dan tidak terlalu mendengarkan ucapan William, sampai William berbicara tentang selamat dari serangan "Oh iya, aku selamat karena cahaya aneh ditubuhku, kemarin aku mendengarkannya dari Nona Cattalina dan Nona Celica, tapi aku terlalu lelah dan tertidur." Teo mengingatnya kembali, ketidaktahuan Teo membuat pandangan William teralih kepada Cattalina yang langsung memalingkan sedikit wajahnya.

"(Dia belum memberitahunya ya…) Ah soal itu, sepertinya ada sihir penyembuh tingkat tinggi pada pedangmu. Kamu tahu? Setiap pedang sihir punya kemampuan sendiri pada pedangnya, yah itu tergantung pembuat pedangnya sih. Jadi, kau beruntung bisa memilikinya, berterima kasihlah kepada Tuanmu nanti." ucap William sambil tersenyum kepadanya, pandangannya pun teralih kepada Karina "Baiklah. Nona Karina, maaf mengganggu pertemuan Anda, tapi Anda harus kembali ke istana untuk pemeriksaan."

"Pemeriksaan… Apa?" tanya Teo.

"Oh, kami hanya memeriksa keseharian mereka saja di keluarga Cruile, seperti perlakuan Tuan Cruile kepada mereka atau yang lainnya, yah kurang lebih begitu. Ah bukan hanya Karina saja, tapi semua orang yang bekerja untuk Tuan Cruile juga akan di periksa. Kalau begitu, ayo Nona Karina." saat ingin dibawa, Karina menatap Teo sesaat.

Tatapannya itu, menunjukan kalau dirinya takut berpisah dengan Teo. Namun Teo tersenyum dan berkata kepadanya "Tenang saja, Karina. Saat Saya sudah bisa berjalan, pasti Saya akan menemuimu dan membawa mu pulang, ya." ucapan yang lembut itu membuat Karina sedikit tenang, ia pun mengangguk pelan lalu bejalan mendahului William keluar dari ruangan itu.

"Kalau begitu, Aku pamit." ucap William.

"Ah kalau begitu aku antar." ucap Cattalina lalu berjalan keluar bersama dengan William.

Semua orang keluar dari ruangan itu kecuali Tiara. Semenjak mendengar Teo berasal dari dunia lain, pandangan Tiara tidak pernah lepas dari Teo. Menyadari itu, Teo sedikit memalingkan wajahnya dan bertanya "Kenapa kamu melihatku seperti itu?"

"Siapapun juga akan terus menatapmu setelah tau kamu bukan berasal dari dunia ini, Teo." ucapannya terdengar lebih tegas.

Karena ucapannya itu, Tatapannya menjadi terasa seperti mewaspadai Teo "Maaf." hanya kata itu yang keluar dari mulut Teo karena merasa tidak enak kepada Tiara.

Di depan rumah "Nona Karina, Anda masuk saja lebih dulu kedalam kereta. Saya masih ada urusan dengan Nona Cattalina." Karina hanya mengangguk pelan lalu berjalan masuk kedalam kereta kuda.

Sementara Karina menatap William aneh dan mengerutkan keningnya "Kenapa?" tanya William.

"Tidak, hanya saja terdengar aneh saat Kakak ku sendiri memanggilku 'Nona'." ucap Cattalina lalu memalingkan sedikit wajahnya.

"Hei, jangan begitu. Aku hanya ingin menghormati Adikku, apa tidak boleh?"

"Baiklah kalau Jenderal ingin seperti itu." ucapan Cattalina membuat William memegangi dadanya seolah ia merasakan sakit yang luar biasa, penyebabnya karena ia merasa seperti tidak di akui sebagai Kakaknya. Cattalina tertawa kecil melihatnya begitu "Bercanda, jadi apa yang ingin Kakak bicarakan dengan ku."

Helaan nafas terdengar dari mulut William "Syukurlah kalau itu hanya candaan. Yah, aku hanya penasaran, kenapa Kamu menutupi rahasia pedang itu?" pertanyaan William membuat wajah Cattalina berubah menjadi gelisah.

Ia terdiam sesaat dan memalingkan wajahnya sebelum ia menjawab pertanyaan Kakaknya itu "Bagaimana bisa aku memberitahunya setelah tahu efek samping dari pedang itu?" jawaban sekaligus pertanyaan Cattalina membuat William terdiam sesaat.

"Ya kamu benar, lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanya William lagi.

"Aku rasa, aku akan mengganti pedangnya saja. Tidak, bukan aku, Celica yang akan menggantinya, mau bagaimana pun juga pedang itu adalah hadiah dari Celica. Sepertinya Celica juga sedikit menyesal memilih pedang itu, mungkin aku akan menyarankannya untuk menggantinya saja."

Jawabannya membuat William tersenyum licik "Kalau begitu, bagaimana–."

"Kami tidak akan menjualnya kepada kerajaan." seolah jalan pikirannya terbaca, Cattalina memilih untuk menyinpan pedang itu.

"E-Eh? Tapi kamu bisa menda–."

"Sekali tidak, ya tidak! Pedang itu akan menjadi harta keluarga Blouse, meskipun Ratu memintanya, kami akan menolaknya!"

Cattalina tetap dengan keputusannya. Melihat Adiknya yang keras kepala itu, William menghela nafas dan mengalah, ia berkata "Baiklah, kalau kamu seperti itu, Kakak tidak akan memintanya lagi, Aku akan memberitahu Ratu kalau Adikku keras kepala tidak mau memberikannya kepada kerajaan, sampai jumpa."

Sesaat sebelum melangkahkan kakinya, kerah baju William pun dipegang dengan begitu erat "Siapa yang kamu bilang keras kepala?" ia perlahan menoleh kebelakang, tubuhnya merinding disaat melihat Cattalina tersenyum kepadanya.

"Ca-Cattalina! Aku hanya bercanda, aku minta maaf!" disaat yang sama, William merasakan rumput liar yang ada di kakinya mulai mengikatnya, saat menoleh kebelakang, Cattalina dengan senyumannya perlahan mendekatinya "A-Ampuni aku! Aku hanya bercanda! Aku mohon! He-Hey! Kamu menarik perhatian orang laib, lihat! Aku mohon hentikan!"

Cattalina yang sudah berada dekat dengan punggungnya pun berbisik "Sekali lagi berbicara tanpa memikirkan perasaan, kamu akan menyesak, Jenderal."

"Hiii! Aku minta maaf!" William langsung dilepaskan, ia pun langsung merapihkan kerahnya "Kamu kelewatan, Cattalina. Kalau begitu aku kembali, sampai jumpa." ucapnya lalu berjalan menuju kerta kuda.

Kereta kuda itupun pergi, namun tidak dengan kerumunan penduduk yang sebelumnya melihat ia dan William berkelahi kecil "Apa yang kalian lihat?" pertanyaan disertai senyumannya membuat penduduk langsung kembali ke aktifitasnya masing-masing.

Cattalina pun berjalan masuk kedalam rumah lalu kembali ke ruangan Teo, saat sampai disana, Teo sedang duduk dan berbicara dengan Tiara. Teo menyadari kedatangannya "Oh Nona Cattalina, Anda sudah kembali, apakah mereka sudah pergi?" tanya Teo.

"Ya, mereka sudah kembali ke istana. Oh, Tiara, tolong siapkan makan malam hari ini, ya."

"Baiklah, Nona Cattalina." ucap Tiara lalu keluar dari ruangan itu.

Pintu pun tertutup kembali, Cattalina duduk disamping Teo "Akhirnya kamu bisa menemukan orang dari dunia mu ya." ucap Cattalina membahas kembali kemajuan dari tujuan Teo.

"Ya, Saya tidak menyangka akan secepat ini bertemu dengan salah satu dari mereka. Tapi… Ada yang aneh." ucap Teo sambil mengerutkan keningnya.

"Ada apa?"

Teo langsung menggelengkan kepalanya "Tidak, lebih baik nanti saja, Aku akan berbicara dengan Karina tentang ini." Mendengar itu, Cattalina tidak berkara apa-apa, ia hanya menatap Teo "Ada apa?"

Cattalina menggelengkan kepalanya sambil tersenyum "Tidak, hanya saja… Gaya bicaramu berubah-ubah, apa kamu baik-baik saja?"

"Ah…" Teo langsung memijat kepalanya pelan dan terdiam sesaat "Apa memang begitu?"

Cattalina tertawa pelan mendengarnya bertanya seperti itu "Iya. Yah tenaga kamu masih belum pulih sih, jadi jangan dipikirkan." Cattalina tiba-tiba terdiam, ia mengingat pandangan Karina yang di arahkan kepadanya "Teo, apa menurutmu Karina itu… Membenciku?"

Teo tidak langsung menjawab pertanyaanya itu, ia sedikit memalingkan wajahnya seperti tidak ingin membahasnya. Tetapi, disaat yang sama Teo juga merasa harus memberitahu Cattalina agar Tuannya itu tidak salah paham "Cattalina, kamu tahu kan, 50 penduduk negeriku hilang secara bersamaan. Mereka diculik seseorang dan dibawa masuk kedalam portal sihir. Tentu saja, di dunia kami, itu adalah kejadian yang tidak masuk akal. Meski begitu kami terus mencarinya, sampai seminggu kemudian, atasan ku meminta untuk ikut mencarinya, lalu aku juga ikut terjebak di dalam dunia ini. Saat aku bangun, aku merasa tertidur cukup lama, entah sudah berapa hari. Tapi yang pasti, mereka yang menghilang sudah lebih dulu di dalam dunia ini dan aku tidak tahu apa yang mereka jalani. Saat tahu penduduku dijadikan budak, rasanya aku sangat kesal dan juga menyesal, kenapa aku tidak bisa lebih cepat menemukan mereka? Penyesalan itu benar-benar menyakitkan, Cattalina–. Ah, maaf aku jadi bercerita tentang diriku." menyadari itu, Teo terdiam sesaat meskipun Cattalina meminta untuk terus melanjutkan ceritanya.

"Tidak apa-apa, lanjutkan saja. Mungkin kamu bisa merasa sedikit lebih baik kalau kamu mengeluarkan semua apa yang ingin kamu katakan." ucapnya dengan senyuman yang terlukis di wajahnya.

"Terima kasih, Cattalina. Penduduk ku dijadikan budak, entah sudah berapa lama dia menjadi seorang budak. Meskipun hanya sebentar, pasti dia tersiksa harus menjalani kehidupannya yang seperti itu, ditambah, saat… Tuan Cruile menyentuhnya… Tidak bisa dimaafkan…" Raut wajah kesal Teo mulai terlihat, dimatanya juga ia seakan ingin menangis ketika bercerita "Menurutmu, bagaimana Tuan Cruile memakai budaknya? Itu bukan hal yang baik kan? Bahkan kamu saja menolak perbudakan itu. Karena itu, aku rasa Karina bukan marah kepadamu, Nona Cattalina, tapi dia membenci gelarmu."

To be continue


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C19
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen