App herunterladen
6.04% PORTAL: terhubungnya dua dunia yang berbeda / Chapter 11: Chapter 10 - Jiwa yang gelap

Kapitel 11: Chapter 10 - Jiwa yang gelap

Kejadian kemarin membuat banyak bangsawan khawatir dengan keselamatan anaknya, banyak yang mengajukan protes tentang itu, terutama keluarga bangsawan Blouse ketika tahu putri tertua mereka menjadi target dari organisasi gelap.

"Bagaimana bisa kalian membahayakan putri ku!?" bentak nyonya Stella sambil menggebrak-gebrak meja kepala sekolah.

"Maafkan kami, Nyonya Stella. Kejadian kemarin sungguh diluar dugaan kami, seseorang sudah merusak pelindung sihir kami, karena itu–."

"Karena itu aku tidak peduli apa yang terjadi pada sekolah ini!" bentak Nyonya Stella yang memotong ucapan pak Lutin selaku kepala sekolah sihir Ibukota "Aku hanya ingin sekolah menjamin keselamatan putriku, jika tidak, dengan terpaksa aku menarik putriku dan mengirimnya ke benua utama!" ucapnya dengan tegas. Ucapan yang Nyonya Stella lontarkan kepada pak Lutin berhasil membuat pak Lutin memohon kepadanya.

"T-Tolong jangan lakukan itu, putri anda adalah kebanggan kami, kami tidak ingin melepaskannya. Kami mohon, jangan lakukan itu." ucap Pak Lutin sambil menundukan kepalanya.

Nyonya Stella tersenyum puas melihat pak Lutin menunduk dihadapannya "Kalau begitu aku memberimu satu kesempatan untuk melindungi putriku. Kalau gagal, maka apa yang aku katakan akan terjadi." setelah mengatakan itu Nyonya Stella keluar dari ruangan kepala dengan wajah sombongnya. Pak Lutin hanya menatap jengkel kepadanya dari belakang

"Wanita itu menjengkelkan, bukan?" ucap Theresa yang tiba-tiba datang masuk kedalam ruangan.

"Begitulah, aku sangat bersyukur putrinya tidak seperti itu."

"Bukankah Cellica mirip dengan ibunya?"

"Tenang saja, aku sudah berdoa kepada dewa agar tidak sama seperti ibunya."

"Hahahaha. Kalau Nyonya Stella tahu pasti kau akan habis dihajarnya."

"Begitulah."

"Kalau begitu akan kuberitahu itu kepada Nyonya Stella."

"Kumohon jangan, aku masih ingin melihat gadis muda di umurku sekarang."

"Kau ini benar-benar mesum ya." Theresa mendekatinya, lalu ia mengambil secarik kertas yang ada di mejanya "Lalu, apa ada petunjuk siapa yang merusak pelindung itu?"

Pak Luntin menggeleng lalu menghela nafasnya "Sama sekali tidak meninggalkan petunjuk, aku rasa mereka hanya ingin membuat ketakutan saja. Kau tau, semacam teror, kalau mereka benar-benar mengancam kerajaan." Pak Lutin menyandarkan tubuhnya, dan menyulut cerutunya "Benar-benar merepotkan ya." ucapnya lalu menghisap cerutunya itu.

"Apa benar-benar begitu?"

Pak lutin memutar kursinya dan melihat keluar sambil menikmati cerutunya itu "Membunuh murid terbaik di sekolah ini tentu menunjukan kalau mereka benar-benar serius ingin menunjukan kalau mereka mempunyai kekuatan untuk itu." ucapnya, lalu ia berdiri dan mendekati jendela. Ia pun menghisap cerutunya lagi dan memghembuskan asapnya "Tapi, aku rasa mereka akan semakin waspada setelah rencananya digagalkan."

Therese mendekatinya, ia ikut melihat keluar jendela "Ah begitu." Theresa dan pak Lutin melihat Teo yang sedang berlatih dengan Zack. Saat melihatnya, ia tertawa, lalu ia kembali berkata "dia memang orang yang menarik. Sebagai pengawal baru keluarga mereka, tindakannya sangat luar biasa, kan?"

"Begitulah, kita saja tidak sempat mengeluarkan sihir untuk melindungi gadis itu."

"Apakah anda tau, Cattalina sudah diselamatkan dua kali oleh Teo."

"Maksudmu?" Cattalina menjauh dari jendela, ia kembali mengambil kertas yang sebelumnya ia pegang di meja kepala sekolah.

"Anda tahu kan? Kalau pengawal keluarga Blouse sebelumnya tewas karena bandit dan juga Zack hampir tewas. Namun mereka berhasil di selamatkan olehnya."

"S-Sungguh!?" Pak Lutin sedikit tidak percaya, ia pun duduk kembali di kursinya dan menaruh cerutunya di atas asbak "Kalau begitu, keluarga Blouse benar-benar beruntung mendapat pengawal seperti dia… emm… Siapa namanya?"

"Teo."

"Ya, Teo. Sejujurnya aku lebih tertarik dengan benda yang ia gunakan itu. Aku belum pernah melihat senjata itu, apa kau pernah?" Theresa hanya mengangkat pundaknya sambil menggelengkan kepalanya. Pak Lutin menghisap cerutunya lagi, lalu ia duduk di kursinya "Ahhh… Ingin aku berbicara dengannya, tapi organisasi sialan ini benar-benar membuatku pusing. Apa perintahku sudah di lakukan?"

"Ya, penjaga dan para guru sudah memperbaiki pelindung sihir dan membuatnya lagi agar lebih aman. Para penjaga juga sudah di beritahu untuk memperketat penjagaan sekolah ini saat malam hari, semuanya sudah beres."

"Bagus kalau begitu, sekarang tinggal–."

Mereka mendengar suara langkah kaki yang terburu-buru mendekat ke ruangan mereka "Gawat! Gawat! Pak Lutin." teriak seorang penjaga dengan nafas terengah-engah Ia berlari mendekati Pak Lutin lalu berlutut di depannya, ia terlihat begitu panik saat berbicara dengan mereka

"Tenanglah dulu, ada apa?" tanya Theresa

Penjaga itu mengatur nafasnya dan mulai berbicara, ia memberitahukan kepada mereka tentang keadaan orang dari organisasi yang di tahan, wajah mereka berdua terkejut luar biasa saat mendengar berita yang ia bawakan "A-Apa kau yakin? Siapa yang membunuhnya?" tanya Pak Lutin

"Ka-Kami tidak tahu, saat kami memberikan makanan kepadanya, ia sudah tidak bernyawa! Tidak ada luka sama sekali di tubuhnya kecuali luka yang di buat pengawal keluarga Blouse kemarin." ucap penjaga itu berterus terang perihal keadaan orang dari organisasi gelap.

"Aaaaaah, bagaimana ini bisa terjadi, kepalaku semakin pusing saja." keluh Pak Lutin, sambil memegangi kepalanya. Ia berdiri dan berjalan mendekatinya "Jangan biarkan satu orang pun berpindah dari penjara bawah tanah, cepat beritahu yang lain!"

"Baik!" penjaga itu langsung berlari keluar dan pergi dari hadapan mereka. Pak Lutin pun kembali ke tempat duduknya, lalu ia berkata kepada Theresa "Theresa, apa luka yang di buat Teo bisa membuatnya terbunuh?"

"Tidak, itu mustahil." Theresa menyanggah peryatanyaan dari Pak Lutin, ia pun mengambil beberapa dokumen yang ada di meja Pak Lutin dan berkata "Kami sudah menyembuhkan orang itu, jadi tidak mungkin dia tidak selamat."

Mereka berdua terdiam di ruangan itu dan memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, Pak Lutin pun meminta Theresa untuk memeriksa kondisi di penjara bawah tanah dan juga memberitahukan para guru untuk melarang seluruh murid keluar dari gedung sekolah. Mengerti apa yang Pak Lutin katakan, Theresa bergegas pergi dari ruangan itu.

Kondisi sekolah semakin kacau, Pak Lutin menghisap cerutunya lagi dan membereskan dokumennya "Tch… benar-benar merepotkan." ucapnya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ia menaruh cerutunya itu lagi "Mau bagaimana pun… Ini tidak bisa dibiarkan." ucapnya sambil melihat kertas yang sebelumnya Theresa lihat "Organisasi kegelapan, Dark Sychte… mereka benar-benar serius, ya."

Di belakang sekolah, Zack dan Teo telah selesai berlatih, mereka pun kembali ke penginapan dan meminta minuman pada pelayan disana "Haaah, kau benar-benar seorang prajurit ya. Gerakanmu cepat, pedang ku hampir tidak bisa menangkis semua seranganmu, aku jadi merasa malu menjadi kesatria." keluh Zack yang kalah dalam latihan bertarung melawan Teo.

"Jangan berkata seperti itu, ayunan pedangmu juga sangat kuat, seandainya aku terlalu lama beradu pedang denganmu, mungkin pergelangan tanganku sudah bergeser." ucap Teo sambil memegangi pergelangan tangannya. Ia mengambil gelas yang sebelumnya di pesan oleh Zack, mencium baunya membuat Teo mengerutkan keningnya "Alkohol?"

"Apa kau tidak suka?"

"Bukan begitu sih, aku sudah memutuskan untuk berhenti minum alkohol, jadi-."

"Oh begitu, sayang sekali ya. Dari banyak minuman alkohol yang ada di Lumenia, ini lah yang paling enak, cobalah. Kau berasal dari kerajaan lain kan? Kau wajib mencoba ini." ucap Zack yang sedikit memaksa Teo untuk meminum alkohol. Meski begitu, Teo tetap menolak permintaan, ia tetap berkata kalau ia sudah tidak ingin minum alkohol lagi, saat Zack menanyakan alasannya, Teo hanya menggelengkan kepalanya.

"Begitu." Zack mengerti maksud Teo, ia berhenti memaksa Teo lalu mengambil gelas milik Teo dan meminumnya sampai habis "Hei, jangan terlalu banyak minum, ini masih siang."

"Tenang saja, aku akan baik-baik saja. Jangan khawatir seperti itu." ucapnya, walau ia berkata seperti itu, tapi kondisinya tidak seperti itu, Zack terlihat sedikit mabuk karena meminum dua gelas minuman beralkohol. Ia terus memegangi kepalanya karena merasa pusing "Kembalilah ke kamar, beristirahat, kau terlihat kacau."

"Ah? Aku baik-baik saja, jangan khawatir."

"Sudahlah sana, aku yang akan menjaga Tuan kita."

"Uh, kau yakin?"

Teo mengangguk pelan lalu menyuruh Zack untuk cepat kembali ke kamarnya. Ia berjalan sempoyongan karena mabuk sampai ia menabrak tembok saat ingin menaiki tangga "Aku harap dia bisa sampai ke kamarnya." ucap Teo lalu menghela nafasnya.

Teo mendengar banyak suara langkah kaki dari luar, beberapa pengawal dari bangsawan lain berdatangan kedalam penginapan. Teo merasakan hawa yang kurang menyenangkan saat mereka berdatangan, Teo terus menundukan kepalanya di saat mereka melirik Teo dengan pandangan yang hina. Teo mengabaikan pandangan mereka itu, ia hanya terus menunduk, ia pun berdiri lalu berjalan keluar dari penginapan. Para pengawal itu saling berbisik sambil menatap Teo "Lihat, baru menyelamatkan Tuannya saja sudah terlihat sombong begitu."

"Ya, itu pasti hanya kebetulan dia bisa menyelamatkan Tuannya."

"Benar, identitasnya saja tidak jelas. Tuan ku bilang kalau dia diambil dari kalangan bawah, bukan kesatria sama sekali."

"Eh benarkah? Padahal seperti itu tapi wajahnya sombong sekali ya."

Sepanjang jalan ia berjalan keluar dari penginapan itu, Teo mendengar semua bisikan mereka. Ia hanya terus terdiam sampai saat ia keluar dari penginapan itu, ia menghela nafas berat "(Apa-apaan mereka itu? Wajah ku memang seperti ini, ah sungguh mereka menyebalkan.)" ucapnya dalam hati.

"Sepertinya kau sedang dalam kesulitan, Teo." ucap Theresa, ia berjalan mendekati Teo sambil tersenyum ke arahnya. Tubuh Teo langsung merinding melihat senyumnya itu, "Mau apa kau?" tanya Teo sambil memalingkan wajahnya.

"Ayolah, jangan takut begitu, aku tidak akan melakukan apa-apa." Theresa memegang pundaknya, Teo semakin memalingkan wajahnya dan menjauhkan wajahnya dari Theresa "Sepertinya kau benar-benar takut dengan ku ya? Yah sudahlah, itu nanti saja. Sekarang, apa kau punya waktu senggang?" tanya Theresa lalu melepaskan pegangannya itu.

"Ada perlu apa?"

Theresa meminta Teo untuk mengikutinya ke suatu tempat, Teo tidak di perbolehlan bertanya kemana ia dibawa, tapi Theresa berkata kalau ada hal penting yang ingin ditanyakan kepadanya. Teo hanya bisa menurut perkataan Theresa, karena ia melihat wajah Theresa yang sangat serius ketika melarangnya bertanya. Ia di bawa ke gudang sekolah, Teo langsung terpaku dan menatap kedalam gudang itu "Kau mau apa? Katakan!"

"Aku bilang tenang saja, aku tidak akan membawamu ke tempat yg aneh." Theresa berjalan menjauh masuk kedalam gudang itu, di ujung gudang itu ada sebuah tuas pada tembok gudang. Theresa menarik tuas itu, tembok di dekat pintu itu pun bergeser dan membuka sebuah jalan rahasia "Kita akan pergi ke penjara bawah tanah, Cepatlah."

Perasaan yang kurang mengenakan pun dirasakan Teo saat melihat jalan rahasia itu, ia pun menarik nafasnya, lalu melepaskannya. Ia berjalan masuk kedalam gudang itu, lalu mengikuti Theresa kedalam jalan rahasia itu. Seperti yabg dikatakan Theresa, jalan itu menuju penjara bawa tanah "Apa ini ada hubungannya dengan orang yang aku tembak?"

Theres terdiam saat mendengar pertanyaan itu, lalu ia menjawab pertanyaanya itu "Ya begitulah. Sesuatu terjadi, jadi kami ingin menanyakan sesuatu kepada–."

"Orang itu tewas kan?" tanya Teo tiba-tiba. Langkah mereka terhenti, Theresa menoleh sedikit ke arah Teo sambil mengerutkan keningnya.

"Bagaimana…"

"Sejak awal bau tubuh orang itu sangat tidak enak. Mungkin dia sudah mati sejak 3 atau 4 hari yang lalu." ucapnya lalu ia berjalan mendahului Theresa. Theresa tidak percaya apa yang Teo katakan, ia bertanya "Kenapa kau tidak memberitahu kami?"

"Kenapa? Karena itu bukan urusan ku kan? Tugasku hanyalah melindungi Tuan ku. Aku tidak ingin terlibat dengan masalah sekolah ini, apalagi itu tidak menguntungkan ku."

"Tapi jika kau memberitahu kami, mungkin pelaku sebenarnya bisa di temu–."

"Seandainya bisa di temukan, aku juga tidak akan di beritahu kan? Mungkin kalian akan berkata seperti yang aku katakan sebelumnya 'Ini masalah sekolah, kami tidak bisa memberitahunya ke orang luar.' kan?" Teo menoleh kebelakang dengan tatapannya yang dingin. Theresa hanya mengerutkan keningnya dan terdiam mendengar itu, Teo kembali berjalan sambil berkata "Apa kita tidak jadi pergi?" tanya Teo.

"Ah…" Theresa kembali berjalan mengikuti Teo. Setelah mendengar perkataanya itu, Theresa terus terdiam dan menatap Teo dari belakang dengan penuh rasa curiga. Akhirnya, mereka pun sampai di sel tahanan yang dimana orang dari organisasi kegelapan itu ditahan, beberapa penjaga juga sudah ada disana dan menjaga tempat itu, saat Teo ingin masuk kedalam, ia ditahan dan dilarang untuk mendekati mayat orang itu "Maaf, anda tidak boleh masuk kedalam."

"Tolong biarkan orang itu masuk." ucap Theresa dari belakang Teo. Penjaga itu mengikuti perkataan Theresa dan membiarkan Teo masuk kedalam. Di dalam, mayat orang yang Teo tembak sudah di tutupi dengan kain "Boleh aku buka?" tanya Teo sambil memegangi kain itu.

"Y-Ya, kenapa?"

"Aku hanya penasaran dengan sesuatu, mungkin… Ah…"

"Ada apa!?" Melihat Teo berhenti melihat mayat itu membuatnya penasaran apa yang sebenarnya Teo cari dari mayat itu. Teo memegangi kepala mayat itu lalu menunjukan sesuatu kepada Theresa "I-Itu..."

"Kepalanya berlubang, apa sebelumnya kalian tidak memeriksa mayat ini?" tanya Teo kepada para penjaga di luar. Mereka berkata kalau mereka tidak memiliki hak untuk memeriksa saat menahan orang itu, saat sudah Tewas juga mereka hanya di minta untuk mengurus mayatnya untuk di periksa oleh guru Lutin dan juga Theresa.

Teo menutup kembali kepala itu mayat itu dengan kain "Teo, apakah kau sudah tau kalau ada luka di kepala orang itu?"

"Hmm? Tidak juga, aku tidak tahu ada lubang di kepalanya, tapi aku hanya mengira kalau ada luka di kepalanya itu." penjelasan Teo tidak terlalu di mengerti oleh Theresa, ia kembali bertanya "Kalau begitu perkiraanmu benar, kan? Kalau begitu kau sudah tau siapa orang ini?"

Teo mengangguk pelan "Orang ini adalah… orang yang aku bunuh saat menyelamatkan Zack dan kedua putri Blouse."

Perkataan Teo tentu membuat Theresa terkejut luarbiasa, ia juga tidak percaya apa yang Teo katakan sebelumnya, karena apa yang Teo katakan itu mustahil untuk terjadi "I-Itu tidak mungkin! Kalau dia sudaj mati, bagaimana dia bisa melakukan itu!?"

Teo mengangkat kedua pundaknya, lalu keluar dari ruangan itu dan berjalan menaiki tangga untuk keluar dari tempat itu. Namun, Theresa menahannya karena penjelasan Teo yang masih tidak jelas untuknya "Tunggu! Teo tunggu! Aku belum selesai." ia menahan tangan Teo agar ia berhenti, dengan kasar Teo langsung menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Theresa "Jangan menarik tangan ku."

"M-Maaf, tapi tunggu! Aku masih belum mengerti, kalau kau bilang orang itu sudah tewas dari awal, bagaimana dia bisa bergerak!?"

Teo membuang nafas berat setelah mendengar Theresa bertanya itu lagi, ia membalikan tubuhnya dan menyentil dahi Theresa seperti anak kecil. Wajah Theresa seketika memerah karena di perlakukan seperti itu "H-Hey, apa yang–."

"Aku bilang aku tidak tahu. Tapi aku rasa, aku tahu siapa yang tahu soal ini. Mau ikut menemuinya?"

Ia memalingkan wajahnya sambil terus memegangi dahinya "Baiklah, aku ikut. Jangan perlakukan aku seperti itu, bodoh."

Teo hanya tersenyum tipis lalu mereka pun pergi keluar. sekarang kondisi pun terbalik, pertanyaan Theresa yang di lontarkan sejak mereka keluar dari tempat itu tidak di jawab sama sekali oleh Teo, sampai akhirnya mereka berada di depan gedung sekolah "Apakah dia pengajar?" tanya Theresa.

Teo hanya menggelengkan kepalanya, lalu mereka pun berjalan masuk kedalam sekolah itu. Di dalam, Teo sempat di hadang oleh penjaga sekolah karena seorang pengawal dilarang masuk sembarang kedalam gedung sekolah. Teo berkata "Aku sudah mendapat izin dari tuanku dan aku ingin menyampaikan sesuatu kepadanya, tolong izinkan aku bertemu dengan Tuan ku."

"Maaf, siapa nama Tuan mu?"

"Cattalina de blouse."

Kedua penjaga itu saling menatap satu sama salain dan salah satu dari mereka menggekeng kan kepalanya. Teo tetap dilarang untuk bertemu dengan Cattalina karena saat ini penyihir tingkat 3 sedang belajar di kelasnya. Di saat itu, Theresa memerintahkan mereka untuk membiarkan dia bertemu dengan Cattalina.

"Tapi-."

"Tidak apa-apa, dia akan bersama ku."

Kedua penjaga itu saling menatap lagi, lalu mereka membiarkan Teo lewat dengan syarat dilarang berisik selama melewati lorong kelas "Jadi Cattalina yang ingin kita temui?"

"Begitulah, jangan bertanya lagi, selanjutnya Cattalina yang akan menjawabnya." ucap Teo, lalu ia mempercepat langkahnya dan mencari kelas Cattalina di lantai 3 sekolah itu.

Tatapan murid sekolah tertuju kepada Teo saat mereka sedang berjalan di lorong kelas. Ada beberapa dari mereka yang kagum dengan Teo karena tindakan yang Teo lakukan sebelumnya dan juga wajah Teo yang cukup tampan menurut para gadis di sekolab itu, kebanyakan yang kagum dengannya adalah murid berseragam putih, sedang kan beberapa para bangsawan hanya menatap iri dan jijik melihat Teo, mereka beranggapan sama seperti para pengawal sebelumnya.

"Sepertinya kau cukup populer, ya."

"Aku tidak tahu harus merespon bagaimana. Tapi, terima kasih."

Theresa tertawa pelan melihat Teo yang terlihat sedikit malu setelah mendengar pujian dari beberapa murid yang ia lewati. Mereka akhirnya sampai di depan kelas Cattalina, terdengar ada pengajar di dalam kelas itu yang sudah selesai mengajar. Pintu tebuka, seorang wanita dengan rambut yang diikat dan menggunakan kacamata itu terkejut melihat Theresa dan juga pria di sampingnya "Ah! Nona Theresa, anda membuat saya terkejut." pandangannya beralih kepada Teo, ia tiba-tiba merasa sesuatu telah membuatnya terhentak saat melihat wajahnya. Ia memegangi dadanya sesaat lalu bertanya kepadanya "M-Maaf, anda siapa?" tanya wanita itu malu-malu.

"Ah, saya Teo, pengawal dari keluarga Blouse." ucap Teo sambil menaruh tangan kanannya di dada sebagai tanda hormat.

"Pengawal keluarga Blouse? Ah, anda yang menyelamatkan Nona Cattalina ya?" Teo hanya mengangguk pelan sebagai responnya "Terima kasih karena sudah menyelamatkan Nona Cattalina, seandainya tidak ada Anda disana, mungkin Nona Cattalina sudah terluka."

Teo menggelengkan kepalanya lalu berkata kepadanya "Tidak perlu berterima kasih, sudah tugas saya untuk melindunginya, kan?" Teo tersenyum lembut ke Wanita itu. Wanita itu merasakan hentakan lagi pada dadanya dan raut wajahnya terlihat luluh dengan senyumannya, ia terpana melihat senyuman Teo "(Ah tampannya.)" guru itu mencoba menyentuh wajah Teo dengan tangannya, semakin dekat, sedikit lagi ia bisa menyentuh bibir Teo.

*Brrrrrzzzzzt!*

"Gyaaaaaaaaaah!"

Tubuh Teo tersengat listrik yang cukup kuat sampai membuatnya terkapar di lantai. Wanita itu langsung panik melihat Teo yang tiba-tiba tersambar listrik, rupanya di belakang wanita itu, Celica sedang mengarahkan tongkat sihirnya sambil menatap Teo dengan begitu jijik "Kau, beraninya ya menggoda guru disini. Apa kau tidak punya malu!?"

"M-Ma… Maakfh."

"Katakan dengan jelas!" bentak Celica laly menginjak-injak kepala Teo.

"Nona Celica, menggunakan sihir di dalam sekolah itu dilarang." ucap guru yang sebelumnya tergoda oleh Teo.

"Bu guru Maria, bermesraan di sekolah ini juga dilarang!" sebuah serangan balik itu membuat gurunya terdiam. Karena keadaan sudah mulai ramai, murid dari kelas lain yang penasaran dengan keributan yang di buat Celica mulai keluar dari kelasnya, Theresa pun menengahi guru Maria dan juga Celica dan mengingatkan guru Maria kalau ia masih ada jam mengajar di kelas lain "Kalian semua juga, ini masih jam belajar. Masuk kedalam kelas." teriak Theresa kepada para murid kelas lain.

Lalu Theresa memanggil Cattalina yang masih tertawa pelan melihat semua itu "Kenapa kakak ketawa!?" tanya Celica dengan kesal.

"Tidak ada apa-apa kok." ucap Cattalina sambil tersenyum, ia menoleh ke arah Theresa lalu bertanya kepadanya "Ada apa, guru?"

"Ikutlah aku sebentar dan juga… Nona Celica, bisa lepaskan pengawalmu? Aku juga membutuhkannya." ucap Theresa.

Celica melihat kebawah kakinya dan melihat Teo masih bersujud kepadanya. Karena masih tidak enggan untuk melepaskannya, Celica menghentakan kakinya lalu kembali masuk kedalam kelasnya. Kondisi Teo tidak memungkinkan untuk berjalan membuat Cattalina mengeluarkan sihir penyembuhnya untuk menyembuhkan luka Teo yang disengat oleh sihir listrik milik Celica "Kasian sekali dia." ucap Theresa.

"Tidak apa-apa, aku sudah mulai terbiasa dengan ini."

Meski sudah di sembuhkan lukanya, tapi efek kejut yang diberikan masih membekas pada Teo yang membuat tubuhnya terasa begitu lemas. Karena tidak mungkin untuk berjalan, Theresa pun menggunakan sihir teleportasinya untuk pergi keluar gedung sekolah.

"Ini kan…"

"Rumah ku, Teo bilang kalau kau punya informasi tentang orang yang menyerangmu itu. Maka tempat inilah yang aman." ucap Theresa, lalu ia berjalan menuju dapurnya untuk membuat teh.

"Hee enak ya, kalau sedang lapar di sekolah tinggal pulang saja memakai sihir itu." ucap Teo yang terdengar iri.

"Hey, sihir teleportasi tidak bisa digunakan sembarang. Soalnya terlalu banyak menghabiskan energi sih, jadinya cuma untuk keperluan penting saja." ucap Theresa dari dapur.

Setelah membuat teh untuk mereka, Teo memulai pembicaraan tentang orang dari organisasi kegelapan yang sekarang sudah tewas itu, ia memberitahu Cattalina "Cattalina, dugaanmu benar, orang itu sudah tewas."

"Sudah kuduga." ucap Cattalina

Theresa tidak mengerti apa yang Cattalina dan Teo katakan, ia meminta penjelasan untuk itu. Cattalina pun mengingatkan Theresa kembali tentang kemampuan khusus miliknya yang bisa merasakan jiwa, karena kemampuan itu ia bisa merasakan jiwa makhluk hidup yang berada di dekatnya. Namun, saat muncul orang itu tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang aneh pada jiwa orang itu "Saat aku merasakannya, rasanya begitu aneh. Rasanya begitu menakutkan, tapi di sisi yang lain juga aku merasa kalau itu bukanlah jiwa."

"Apa maksudmu?"

Cattalina terdiam, kembali mengingat rasa pada jiwa orang itu lagi. Cattalina menggelengkan kepalanya "Dia tidak memiliki jiwa manusia."

To be continue


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C11
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen