Setelah menjelaskan semua kebenaran tadi pada Ayssa, Hamzah tiba-tiba mengetuk pintu dan menanyakan kenapa aku tak kunjung mengunjunginya di meja tamu.
Aku dan Ayssa saling berpandangan kemudian menarik tangan Hamzah agar menghiraukan apa yang barusan telah terjadi.
Saat di ruang makan, aku masih melihat ada keraguan terhadap kak Amzar di wajah Ayssa. Tapi untungnya..., aku yang berada di sampingnya, berusaha menenangkan dia dengan memegang tangannya menggunakan tangan kiriku.
"Bersikap biasa saja, ya. Kak Amzar sudah berubah." bisikku pelan sekali padanya.
Ayssa mengangguk.
Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit, akhirnya makan malam kami selesai walau tanpa kehadiran orang tua Ayssa dikarenakan ada lembur dan nanti malam baru pulang.
Ada sedikit percakapan juga antara aku, Hamzah dan kak Amzar di sela kenyangnya perut kami.
Ternyata aku baru tahu. Kak Amzar ini orangnya memiliki jiwa humoris yang mampu membuat Ayssa ikut tertawa atas beberapa lontaran lucunya.
Terima kasih atas cinta dan kesetiaan yang telah teman-teman beri untuk ikut menjalani romansa kehidupan Alif, Reine dan Hamzah ini. Terima kasih pula bagi teman yang telah memberi penghargaan lebih kepada saya melalui cerita ini. Semoga teman-teman semua selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT.