"Eh.. Selamat datang di kedai kami Raden Sukmaraga beserta Raden Asmaraga. Sungguh suatu kehormatan warung kami yang sederhana ini dikunjungi oleh putra-putra seorang Tumenggung. Mari silakan duduk," ucap si pemilik warung mempersilahkan. "Gendis, tolong minumannya!" si pemilik warung memanggil pelayannya. Tak berapa lama pelayan tersebut membawakan dua kendi tuak beserta gelasnya.
Mereka berdua pun duduk di tempat yang sudah disediakan. Kemudian si pelayan menyuguhkan tuak itu ke meja.
"Silakan dinikmati ya Raden," ucap pemilik warung.
"Perasaan kami belum memesan, kok sudah disuguhkan minuman?" tanya Asmaraga.
"Aku sudah biasa makan di sini, jadi dia sudah tahu suguhannya. ini adalah tuak kesukaanku."
"Kangmas bercanda?"
"Kenapa?" tanya Sukma kebingungan. "Oh, iya lupa. Kamu kan tidak minum tuak."
"Oh, jadi Raden Mas Asmaraga ini tidak minum tuak tah? Kalau begitu, kita juga punya air nira terbaik yang berasal dari Bali,"
"Ya sudah, itu saja tolong, Ki," pinta Asmaraga.