Tak terlihat ada rasa lelah bagi sepasang kekasih ini meski telah cukup lama menggenggam pelana kuda dengan kecepatan yang tinggi. Beberapa kali pantatnya harus terbanting di punggung kuda karena hentakan langkah kuda yang kuat. Bukan pendekar pilih tanding namanya kalau belum terlatih mengendarai seekor kuda. Bagi mereka, justru ini adalah hal yang menyenangkan.
Ketika mereka memasuki hutan pinus, gelegar petir menyambar kuat, disusul dengan gerimis yang semakin lama semakin deras. Maka turunlah hujan deras membasahi pakaian dan kuda mereka.
"Kita cari tempat berteduh, Kang!" teriak Seruni di belakang memecah suara riuh hujan yang menghantam dedaunan pinus.
"Sudah kepalang basah. Kita harus cepat sampai perguruan sore ini."