Langkah Radit terhenti ketika dirinya sudah sampai di depan Ruang Mading. Diintipnya dari jendela, terlihat Dita, Rifky juga beberapa anggota mading dan OSIS sedang rapat. Ia mengurungkan niatnya untuk mendobrak, melabrak, dan membawa paksa Dita pergi dari sana. Bisa tinggal nama jika ia melakukan hal seperti itu, bayangkan saja se-mengerikan apa Dita jika urusannya diganggu apalagi ada Rifky di sana.
Ia memilih duduk di kursi panjang depan Ruang Mading, satu kakinya diangkat berpangku pada kaki satunya, style duduk anak laki maco ya gitu.
Lima menit.
Sepuluh menit.
Dua puluh menit.
Setengah jam.
Kriet! Pintu Ruang Mading akhirnya terbuka. “Makasih ya atas support nya semua.”
“Sama-sama Dit.”
“Selamat ya Dit—eh... Radit kan ya itu?” semua mata refleks tertuju pada pandangan Ratna, dilihatnya sosok Radit tengah duduk sambil menyenderkan punggungnya pada kepala kursi, memejamkan mata.