Bagaikan musim hujan yang telah berlalu, membawa kesedihan menyapu penyesalan bergantikan kebahagiaan. Tapi sayangnya hujan kali ini masih menyisakan gerimis. Gerimis, gerimis dan gerimis seolah masih ingin mengundang apapun itu yang bertahtakan kesedihan.
"apa masih terasa menyakitkan" gumaman itu terdengar lagi, menanyakan yang sudah pasti tak ada jawabannya.
" baiklah, istirahatlah!. aku akan menjagamu disini. Dia tidak akan mengganggumu lagi, tidak akan mengganggu kita lagi, aku janji"
"apa dia sudah sadar?" Alex mengangguk pelan, respon biasa yang sudah terlalu sering di perlihatkan, selain menggeleng atau terkadang marah saat dia merasa ada yang mengganggu waktu istirahat gadis nya
"apa Dimas sudah datang" Alex menatap kesal lelaki di sampingnya yang masih menatap intens gadisnya.
Pengganggu
"apa tidak ada yang bisa kau lakukan di kantormu. Kau sangat mengganggu'' Kenzo mendengus pelan, dia sudah sering mendengarnya. Tapi mau bagaimana lagi dia tahu sepupunya ini sedang terpuruk.
"apa Dimas sudah datang? , seharusnya kau tidak menahannya disini, biarkan dia kembali ke indonesia, atau biarkan dia di bawa kerumah sakit" Alex menatap marah ken di sampingnya
'apa kali ini kau menentangku' rasanya ken ingin memaki lelaki di depannya ini sekarang juga. Demi tuhan Alexsa membutuhkkan perawatan yang intensif
'dia harus tetap disini, aku tidak ingin dia terluka"bagaikan trauma yang berkecamuk, semakin gadisnya tersiksa semakin pula ketakutan itu terpupuk sehingga menciptakan benteng perhanan melindungi dirinya
"kau tahu bukan itu maksud ku' Alex mendorong kursi yang didudukinya kasar, bagaikan singa yang siap memangsa mangsanya dengan cepat Alex mencenkram kerah baju ken kasar
"kau tahu, aku sanggup mendatangkan dokter terbaik hanya untuknya, hanya untuknya. Kalau itu yang kau takutkan" ken menatap tak percaya lelaki ini. Apa yang lelaki ini katakakan. Kalaupun Alex tidak sanggup maka dia yang akan melakukannya.
"dia.. " dengan kasar Alex mencengkram leher Ken erat, sampai membuat Ken kesulitan bernafas.
"pergi, atau kau akan menyesal pernah kemari" dia tahu Alex tidak pernah main-main, terbukti dengan Al yang sekarang harus menjalani perawatan untuk menyembuhkan bengkak di kakinya akibat amukan Alex, saat lelaki itu menentang keputusan Alex beberapa hari lalu.
Dengan berat hati, Ken melangkah pelan keluar dari kamar Alex yang sudah berubah menjadi kamar rawat untuk Lexsa itu.
"semoga kamu cepat sadar sayang, lelaki itu sudah terlalu takut melihat dunia dimana kamu tidak berpijak di dalamnya' Ken menatap nanar rumah di depannya sebaiknya dia segera mencari dokter terbaik untuk sepupunya itu.
Alex menatap penuh makna pada gadis yang mulai terlihat pucat di depannya ini.
"aku akan menemani tidurmu, " Alex membuka laci kecil di sampingnya. Mengeluarkan botol kecil berisi butir-butir obat yang beberapa hari ini di konsumsinya.
"aku ingin tidur di sampingmu. " Alex mengambil tempat di samping lexsa, dengan cepat dia mengmbil obat itu dan meminumnya. Siapa yang akan peduli kalau yang selama ini di konsumsinya adalah obat tidur. Bahkan Dimas yang tak lain adalah dokter pribadi keluarganya tidak tau tentang obat itu, bahkan momynya saja tidak tahu, bukannya dia terlalu hebat dalam menyembunyikan sesuatu hal
'mimpi indah sayang" pelan tapi pasti mata itu mulai tertutup. Mimpi indah atau buruk siapa yang akan tahu hanya yang mengalami yang tahu.
Alexsa prov:
Tangan itu terasa lagi memeluk tubuhku erat, bagaikan dia takut kehilangan ku, aku tahu itu siapa.
"Alex" rasanya kau ingin meneriakkan namanya
Tapi sayangnya suara ku bahkan tidak keluar dari tenggorokanku. Beberapa hari ini aku selalu mendengar keluh kesahnya, entah kenapa kata selamat tidurnya kali ini terasa berbeda
"aku mohon jangan tinggalkan aku"
Aku tahu ini sakit, aku ingin sadar aku ingin bangun, aku ingin memeluknya, memarahinya yang membuatku kembali mengingat kejadian enam tahun lalu. Aku tidak bahagia. Aku ingin sadar.
END Lexsa Prov
Kelopak mata mulai terbuka pelan, mata itu kembali telihat, bagaikan kelopak bunga tulib yang sangat indah menampakkan isinya. Bagaikan baru menatap dunia mata itu terus bergerak seolah gelisah melihat keseluruh isi dari ruangan tempat dia berada
"enngg" lenguhannya terdengar nyata. Menggerakkan indra pendengaran.
Tangannya mulai bergerak pelan, menyentuh lengan yang selalu memelukkanya erat. Menyentuh dan sedikit meremasnya dengan tenaga lemahnya.
"kak Alex" suara lemah itu terdengar. Dengan pelan digerakkan bibirnya seolah ingin berbicara panjang
Alex Prov:
Sentuhan itu aku mengenalnya. Tangan lembut itu aku merindukannya. Tidakkk
Ini hanya mimpi ku, apa dia sudah sadar. Atau dia menemuiku dalam mimpi indah ku.
Bolehkah aku menahannya,
Tidak tidak jangan pergi. Sentuhan itu menghilang. Aku mohon kembalilah
End Alex prov:
Rasanya ingin bangun kemudian berlari bukankah itu tidak sulit, mengingat kamu masih punya kaki kan?. Lexsa menggerakkan tubuhnya pelan, tapi tangan lelaki ini masih memeluknya erat. Bunyi pintu yang diketuk pelan menyadarkannya dari usaha menggerakkan tubuhnya.
"kak dimas"
Dimas yang berdiri di ambang pintu langsung melangkah cepat menghampiri sepupunya yang sudah sadar dari tidur panjangnya
"kamu sudah sadar" raut kebahagiaan terlihat jelas di wajah dimas. Tidak sia-sia semua usahanya selama ini .
"kak?"
"iya sayang , apa yang kamu rasakan" Lexsa menatap bosan, omnya sedang menjalankan prosedur kedokteran
"aku baik-baik saja kak, " dimas terkekeh pelan, dia yakin sepupunya ini sudah sadar sejak beberapa menit yang lalu, sehingga dia bisa berbicara selancar itu
"sepertinya mulutmu baik-baik saja" sindir Dimas yang membuat Lexsa memutar matanya bosan, tapi sayangnya itu malah terlihat menyedihkan dengan wajah pucatnya
"aku sudah sadar dari satu jam yang lalu, tentunya mulutku baik-baik saja, bisakah Kakak bantu aku bangun sekarang, lelaki ini bagaikan pinsan, dia tidak mau bangun" Dimas terkekeh pelan, tapi tetap membantu lexsa untuk bangun tampa melepaskan rangkulan tangan Alex di pinggang Lexsa
"apa dia mengkonsumsi obat tidur" Lexsa menatap Dimas heran yang sekarang sedang menyentuh tangan Alex seolah sedang memeriksa sesuatu
"ah aku lupa, aku tidur selama ini" sarkas Lexsa namun tak di hiraukan dimas yang masih serius dengan kegiatannya
Dengan gerakan cepat dimas membongkar laci di samping ranjang, sebuah botol kecil lengkap dengan beberapa pil yang masih berada di dalanya tentunya dia tahu itu apa
"apa dia gila, apa dia ingin mengahiri hidupnya" Lexsa menatap penuh tanya, apa yang sudah dilakukan lelaki ini
"apa dia mengonsumsi obat tidur" Dimas mengangguk pelan
"sepertinya dia sudah lama mengkomsumsi obat ini, " Lexsa mengangguk paham, melihat dari berapa lagi pel itu tinggal sekarang, dia sudah tahu
"dasar bodoh" umpat Lexsa,
"aku baru saja sadar, dan sekarang aku harus melihat mu berbaring di bawah pengaruh obat tidur' ucap Lexsa kesal
"apa dia overdosis obat tidur" tanya Lexsa.. dimas mengangguk sebagai jawaban sambil menyuntikkan obat penawar untuk menghilangkan efek obat tidur yang di konsumsi Alex
"dia akan segera sadar. Sebaiknya obat ini ku bawa, dan mungkin dia akan kesusahan untuk tidur beberapa hari ini, jadi buatlah dia lelah" dimas berpamitan sambil mengedipkan mata jenaka. Melihat itu lexsa mendengus kesal,
'Dasar mesum' ucapnya sambil terkekeh pelan
****(
Entah sejak kapan dia mulai bosan, dia sengaja tidak meberitahukan semuanya dan melarang dimas memberitahukan semuanya kalau dia sudah sadar, tentunya bukan karena dia tidak menghargai semua pengorbanan mereka selama ini, hanya saja dia tidak ingin semuanya tahu apa yang sudah kakaknya lakukan
Mengingat apa yang lelaki itu lakukan, tentu dia masih sangat ingat apa yang lelaki itu lakukan dibelakangnya dengan musuh bebuyutannya. Dengan orang yang sudah membuat nya seperti ini.
"apa kau begitu frustasinya selama ini." Lexsa menatap jengkel lelaki yang masih memeluknya itu.
"apa kau begitu menginginkannya, sehingga membiarkan bagian dari tubuhmu menyentuh milik orang lain, bukan milikku" Lexsa menjitak kepala Alex keras, sampai membuat Alex menggaduh pelan tapi lelaki itu masih enggan bangun sepertinya
'dasar bajingan, awas saja aku akan mulai menyiksamu mulai sekarang" Lexsa tertawa setan, membayangkan apa yang bisa dia lakukan untuk membalas lelaki ini.
"bangunlah" Lexsa mengecup pelan pipi Alex,
"maafkan aku, , aku mohon" Lexsa menatap heran, mendengar apa yang lelaki ini ucapkan dalam tidurnya
" apa begitu menyakitkan' Lexsa menatap sedih
'makanya cepatlah sadar" Alex kembali melenguh pelan merasakan kecupan-kecupan itu semakin nyata di rasanya
Lexsa terus mengecup pelan wajah Alex, dia tahu lelaki itu merasakannya ini sudah lebih dari dua jam, tidak mungkin efek obat itu belum habis. Dengan kasar di cepit nya hidung Alex sampai membuat lelaki itu seolah gelagapan
'jangan becanda sayang" sesetes air merembas dari sudut mata Alex,lelaki itu bahkan menangis dallam tidurnya. Lexsa mengusap pelan hidung yang baru disiksanya barusan,.
"aku akan pergi kalau kau tidak bangun'
"jangan" lihatlah bahkan lelaki ini meresponnya dengen benar, tapi ada sesuatu yang menahannya untuk membuka kedua matanya
"bangun lah atau aku akan sedih' dengan pelan tapi pasti kelopak mata iitu mulai terbuka perlahan menampakkan kedua iner segelap malam yang sangat dia rindukan
Lexsa tersenyum sendu, bahkan lelaki ini menyentuh wajahnya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya
"kamu .."
"ia , ini aku" Lexsa menawab cepat, menyadarkan lelaki ini, bahwa ini bukan mimpi
"kamu kembali" dengan cepat Alex memeluk gadis nya penuh haru, bahkan dia kembali meneteskan air matanya
"kemana perginya lelaki egois dan keras kepala itu, yang tidak akan pernah menangis dan tetap terlihat kuat' ejek Lexsa yang membuat Alex terkekeh pelan
"dia sudah tertidur dalam waktu yang lama, menunggu gadisnya terbangun " Lexsa mengecup bibir Alex pelan. Dia rindu rasanya
"aku kangen" Lexsa menatap sedih , sesaat dia melupakan kemarahannya dengan apa yang lelaki ini sudah lakukan
"aku juga" ucap Alex yang kembali ingin mencium gadis di depannya
"aku dimana" Lexsa menghentikan keinginan Alex yang membuat lelaki itu menggeram kesal
"kita di USA
"What, bagaimana aku bisa disini, bukannya aku di indonesia, dan kenapa aku bisa di rawat dikamar ini" lexsa menatap heran, apa lagi yang sudah dilakukan lelaki ini
'disana tidak aman sayang, kita harus pergi jauh dari sana, dan kamu tidak suka rumah sakit kan, makanya aku buat kamu dirawat disini, kamu tenang saja masalah dokter semuanya sudah aku siapin kok .. jadi.. '
"kakak' Lexsa menggeram kesal,
"bukannya kakak sudah janji mau menjaga ku,kenapa kakak takut ada mereka, ini bukan Alex yang aku kenal. Aku tidak suka rumah sakit, tapi bukannya kita punya kamar pribadi disana, yang jauh dari bau obat-obatan. "Alex menatap sedih ada bagian dari hatinya yang sakit, saat merasa Lexsa menolak nya, menolak apa yang dia lakukan
'kamu tidak suka disini, kamu ingin disana kamu ingin kita dipisahkan, kamu ingin mereka memisahkan kita" Lexsa tahu jelas apa yang dimaksud lelaki ini.
"siapa yang akan memisahkan kita, semuaya sudah tahu siapa kita, tidak ada ikatan darah yang mengikat kita, apalagi yang kamu takutkan sayang" lexsa menangkup wajah lelaki di depannya, jelas dia bisa melihat kilatan ketakutan dan kesedihan dimata lelaki ini
"kamu sudah tahu" Lexsa mengusab pelan wajah di depannya
"aku tahu sayang, lelaki itu yang menculikku yang memberitahukannya, karena itu dia mempercepat pesta kematian ku" Alex menunduk dalam, dia merasa tersindir, dia tahu pastinya itu karena publikasi nya.
"apa itu karenaku?" Lexsa mengggeleng pelan
"aku mencintaimu, semuanya baik-baik saja, bukankah sebelum ini, ujian yang kita lewati lebih sulit' Alex mengangguk pelan, sambil merebahkan kembali kepalanya diatas pangkuan Lexsa
Lexsa menggelengkan kepalanya heran, kenapa kesannya bagaikan Alex yang baru saja melewati masa koma yang lama, bukan dirinya
"jangan kembali kesana, aku sudah mendaftarkan mu di university disini, ini rumah kita yang baru, aku juga sudah membangun caffe seperti milik kita di indonesia. Semua yang pernah kita rencanakan, aku sudah melakukannya. Apa itu tidak cukup untuk menahanmu disini" lagi dan lagi kesedihan, kesakitan ituu terlihat jelas
"aku akan selalu berada disampingmu, selalu" Alex manatap tak percaya, seolah ada yang masih dia ragukan
'percayalah, bukannya selama ini kamu yang sering melirik ke arah lain" alex menatap tak mengerti
"dasar bodoh' Alex semakin tidak mengerti
"apa sekarang dia ingin meninggalkan ku"
" berhentilah berpikir aku akan meninggalkanmu" Alex menghela nafas lega.
"berapa kali sudah kau tidur dengan jalang itu" Lexsa rasanya ingin memukul kepala lelaki ini
"karin" rasanya lexsa sangat malas menyebut nama itu
"kamu .... "
"aku tahu, tidak perlu heran, wanita itu bahkan merekam adegan ranjang kalian, kau bahkan terlihat sangat menikmatinya" Alex menggeleng keras
"sayang, dia menjebakku, beneran. Saat itu kami lagi mabuk di tempat kenzo, dan dia menjebakku" Lexsa memukul kepala Alex keras, membuat lelaki itu langsung bangun dari tidur nya
'kau pikir aku akan percaya, tidak usah berpikir aku akan meninggalkanmu, aku bahkan tidak bisa berpikir untuk meninggalkanmu, selain berpikir untuk membunuhmu dan jalang itu" Alex menunduk dalam
'kau tahu bagaimana rasanya saat kau tahu kau akan dibunuh, dan kau harus melihat vidio mesum kekasihmu dengan wanita lain' Alex menatap Lexsa senang, saat gadis itu mengakui statusnya
"tidak usah senang, dasar mesum bajingan, dasar gila, kurang ajar, penghianat" Lexsa terus mengumpat marah
'maaf, " Lexsa menatap penuh amarah pada lelaki yang masih mengucapkan maaf di depannya itu
'dan saat aku sadar bukannya aku disambut, malah aku yang harus menunggu mu sadar dari overdosis obat tidur" Alex menunduk semakin dalam, bahkan gadisnya sudah tahu apa yang dia lakukan
"aku meunggumu bangun" jawab Alex masih tidak berani melihat mata gadisnya yang penuh amarah
"tapi bukan dengan tertidur dengan diaknosa overdosis obat tidur Alex Wilshon"
"maaf, aku janji tidak akan melakukannya lagi.. makanya jangan meninggalkan ku lagi, aku tidak bisa hidup tampamu" lexsa rasanya ingin memeluk lelaki ini, menenangkannya menghilangkan semua rasa takut dalam hatinya.
"setelah ini apa lagi kejutan yang akan ku peroleh"
Alex merapalkan doa dalam hatinya, dia tahu kalau sampai Lexsa tahu semuanya, dia pasti akan tamat
'sudah berapa banyak wanita yang kau tiduri HAH?" skatmat, Alex tidak tahu harus menjawab apa lagi
'kenapa diam HAH"
"Cuma karin kok sayang, gak ada yang lain" jawab Alex masih tidak berani menatap mata Lexsa
'dasar pembohong, " Lexsa mengangkat dagu Alex kasar, tentu dia tahu kalau lelaki ini sedang berbohong, Alex tidak akan berani menatap matanya saat dia berbohong.
" sudah berapa banyak' tanya Lexsa menatap tajam Alex yang nampak berpikir keras di depannya
'apa aku terlalu polos, sampai aku bahkan tidak tahu kejelekanmu itu, pantas saja kau tahu semuanya tentang AL, ternyata kau sama saja" Alex menggelen kepalanya cepat
'tidak sama sayang, dia itu suka sama kamu karena kamu mengingatkannya dengan Evelyn, kalau aku suka sama kamu pakai hati sayang, Au" Alex meringis kesakitan saat.Lexsa malah memukulnya keras
"masih bisa ngeles lagi"
"ia maaf" Lexsa menggeram kesal. Sepertinya lelaki ini tidak ingin jujur padanya
"sudah berapa banyak" Alex menggeleng kuat
"kamu percaya sama aku sayang, mereka itu jahat, mereka mau memisahkan kita. aku maunya kamu bukan mereka" Lexsa menggeram kesal
'berapa orang kak, berapa orang?" Lexsa menatap jengkel, apa susahnya sih hanya menjawab saja
"aku sayangnya sama kamu bukan mereka, mereka itu jahat, aku sayangnya sama kamu" Lexsa menatap kedalam mata Alex , tidak ada kebohongan disana, hanya ada ketakutan yang terus bertambah, sepertinya dia yang harus menccari tahu sendiri, dia tidak ingin semua ini menjadi momok dalam hubungan mereka.
"tenanglah, aku disini untuk kamu, kemarilah" Lexsa merentangkan tangannya memanggil prianya kedalam pelukannya
'jadi kapan aku akan mulai kuliah, " lexsa berusaha mengubah intonasi suaranya
"minggu depan sayang, kalau besok masih masa ospek sayang, kamu tidak perlu mengikuti masa orientasi kampus, kan aku ketua orientasinya sayang, nanti kamu izin saja" Lexsa terkekeh pelan, rasanya dia ingat bagaimana dulu saat SMA, dia yang siswa baru harus di ospek oleh kakaknya yang membuatnya memamfaatkan jabatan kakaknya itu sebagai ketua panitia
"aku ikut besok' kekeh Lexsa yang akhirnya membuat Alex menggangguk setuju
"apa disana ada Karin, aku tahu dia kuliah di tempat kakak" sesaat Lexsa bisa merasakan tubuh Alex yang menengang, walaupun sesaat
'dia sudah pindah sayang, kalau dia masih kuliah disana, itu tidak mungkin, dia sedang di buru sekarang" Lexsa terkekeh pelan, tentu dia tahu itu, tidak perlu bertanya kenapa, keluarganya pasti tidak akan melepaskan wanita licik itu.
"kak, aku lapar" Alex merutuki kebodohannya, tentu saja gadisnya belum makan apa-apa. Bodohnya dia
'kamu mau makan apa, aku masakin" Lexsa tersenyum manis
'apa saja" balasnya cepat, Alex langsung bangun dan hendak melangkah keluar kamar
'kak aku ikut" rengek Lexsa, lagi pula dia sudah sembuh, dan dia ingin mencoba untuk berjalan, dia tidak ingin besok dia tidak bisa kekampus
Alex mengambil posisi ingin mengendong Lexsa, tapi segeera di tolak Lexsa, dengan alasan ingin mencoba latihan jalan.
"tapi sayang, kamu masih sakit " lexsa melotot mengancam
"aku ingin jalan kak, apa kakak ingin aku tidak jadi ke kampus besok, apa kakak mau tebar pesona disana" Alex mmenghela nafas lelah, dan akhirnya membiarkan Lexsa dengan keputusannya
"good boy" Lexsa berucap senang, sambil merangkul tangan Alex sebagai ppenyangga tubuhnya
sesampai di dapur, Alex langsung memeriksa bahan makanan di dalam kulkas , tapi syaangnya disana hanya ada ayam dan beberapa buah tomat, yang tidak memungkinkannya memasak sesuatu yang berfariasi
"apa kamu mau ayam sayang" Lexsa menggangguk mengiyakan. Lagi pula dia tidak bisa meminta hal yang lain, dia sudah tahu apa saja yang ada di dalam lemari pendingin itu. lagi pula dia hanya ingin memakan masakan kakaknya sekarang tidak lebih
"ok tunggu sebentar sayang" Lexsa mengganguk sebagai jawaban, kemudian Alex mulai mengupas beberapa buah yang sebelumnya sudah di cuci dan memotongnya kecil-kecil, kemudian menatanya di atas piring.
Tidak lupa pula dia memotong beberapa tomat yang menjadi kesukaannya,
"sudah siap, saatnya makan" lexsa menatap penuh minat pada nasi dan ayam dengan olesan saos tomat diatasnya.
"emm wanginya enak" ucap Lexsa sambil menyendokkan nasinya
"kamu suka' tanya Alex sambil ikut memakan bagiannya.
"rasanya sudah lama tidak memakan masakanmu" Alex mengangguk mengiakan, rasanya memang sudah lama, bahkan dia tidak berani untuk menghitungnya
Lexsa tahu tentu saja sudah sangat lama, bahkan dia sendiri juga tidak ingin menghitungnya.. malam ini dia akan membuat lelaki ini kelelahan, dan kemudian bisa tertidur lelap, tampa perlu obat tidur itu
"sudah siap" lexsa mengerjab seolah baru tersadar dari sesuatu hal , saat akhirnya Alex memindahkan piring yang sudah kosong di depannya. Dengan malu-malu Lexsa memakan buahnya dan meminum airnya. Seolah baru saja ketahuan melamun hal-hal yang aneh
"mau" pinta Alex yang sudah berada di sampingnya menunggu di suapkan
"Aaaaaa" Alex terkekeh pelan , saat gadis nya seolah sedang mempraktek menyuapkan makan bayi
"manis" Lexsa terkekeh pelan, tentu saja buah ini manis. Kakaknya ada-ada saja.
Orang lapar setelah tertidur lama, ternyata itu benar adanya. Buktinya mereka sudah menghabiskan semua potongan buah-buahan itu tak bersisa
"ngantuk sayang" lexsa mengandeng tangan Alex, memaksa lelaki itu mengikutinya
"aku belum ngantuk, " Lexsa langsung mengambil tempat di atas ranjang, kemudian memanggil lelaki itu agar berbaring di sampingnya, sehingga Alex bisa memeluknya dengan leluasa.
Tidak perlu meunggu waktu lama, bahkan sekarang lelaki itu sudah mulai mengecup pelan lehernya, yang kalau tidak di cegah, itu pasti akan memerah
''kak, aku akan ke kampus besok, ok" tegas lexsa
"ok ok, " Alex mengangkat sebelah tangannya tanda mengerti, tapi lelaki itu masih belum mau menyerah, dengan pelan tapi pasti kecupan basah itu akhirnya berhenti di bibir Lexsa
"miss you'' ucap Alex di sela-sela kecupannya.
Dengan senang Lexsa membalas kecupan itu, sepertinya malam ini dia harus membuat lelah prianya dengan sesuatu yang manis, tidak perlu berpikir terlalu jauh, dia masih belum ingin menyerahkan keperawanannya pada lelaki ini sebelum dia tahu semua hal yang lelaki ini sembunyikan dia tidak ingin nantinya ada yang akan mengganggu hubungannya atau bahkan datang kekehidupan mereka dan mengaku-ngaku hamil anak kakaknya, dia tidak ingin itu terjadi.
"Good night my boy"
***