Angin masih berhembus pelan, menebarkan semerbak aroma rerumputan yang diterpa hujan. Seakan tak cukup sampai di situ, angin masih saja menghempaskan dirinya kekurumunan para bunga. Membawa aroma harum itu sampai dia berbaur dengan harumnya rerumputan yang mencerminkan betapa tadi malam hujan sempat turun menerpanya tanpa seorang pun tahu.
"menenangkan" gumam seorang pemuda sambil meminum coklat panasnya. Suasana Pagi yang menenangkan di lihat dari jendela kamar hotel yang di tempatinya.
Lelaki dengan seribu rahasia itu memalingkan pandangannya, saat mendengar keributan di luar kamarnya.. seolah tertarik untuk mendekat. Ken bangkit dari kursinya melangkah menuju sumber suara pengganggu paginya itu,
"apa kalian tidak bisa membiarkanku menikmati pagiku" ucap Ken kesal,, saat melihat siapa tersangka tersebut.
Alex yang mendengar suara sepupunya mengangkat tangan pertanda menyuruh lelaki itu diam.. tidak mengganggu perdebatannya dengan gadis di depannya.
Ken menatap kesal, seharus nya dia yang menyuruh dua manusia pembuat onar ini diam, tetapi kenapa sekarang malah dia yang di suruh diam..
" kalian akan mengganggu penggunjung hotel lainnya" ucap Ken yang berhasil membuat kedua manusia di depannya itu menatapnya Aneh..
"apa di lantai ini pernah di kunjungi oleh pengunjung lain selain kita. "tanya Alex mencemooh.. lantai teratas hotel ini . hanya ada beberapa kamar tidur, ruang bersantai untuk mereka,. Beberapa fasilitas lainnya yang khusus untuk pemilik hotel ini.. dan Ken menyesali kebodohannya, betapa dia lupa akan hal itu. Dan semua ini karena kekesalannya.
"Ken Bodoh' lanjut Lexsa yang semakin membuat Ken kesal
"lanjutkan saja pertengkaran kalian, lebih baik gue pergi, bisa gila kalau gue tetap disini" balas Ken frustasi, ikut kedalam pertengkaran mereka itu hanya akan membuat paginya buruk.
Lexsa mengangguk semangat. Saat mendengar perkataan Ken tersebut. Tapi ada yang dia lupakan , bukannya seharusnya dia harus menjauh dari lelaki ini. Kenapa dia malah ikutan mengusir Ken tadi.
"lo ikut gue" ucap Alex tegas sambil menarik tangan Lexsa, tapi yang ditarik malah tetap ditempat seolah tak ingin beranjak.
"lepas.. !! gue gak mau" tegas Lexsa ,
Ken kembali menongolkan kepalanya melihat dua maklhuk di depan kamar nya itu.
"apa tadi malam terjadi sesuatu, apa ada yang gue lewatkan"tanya Ken penasaran ekpresi prustasi dari Alex yang dia lihat tadi, dia yakin kalau terjadi sesuatu tadi malam ...
"tidak ada' jawab mereka kompak... Ken makin menatap heran.. dugaannya benar ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua, tapi apa.. dia tak tahu.. tapi entah lah, sudah lebih dari dua tahun dia tidak bersama kedua anak manusia di depannya ini. Mana mungkin dia langsung bisa tahu apa-apa saja yang telah terjadi.
"kami pergi" tegas Alex lagi , sambil menarik Lexsa agar mengikutinya kearah kamar mereka , kamarnya..meninggalkan Ken yang masih dengan kepenasarannya.
"mereka aneh" gumam Ken. Yang kemudian mulai menghilang di balik pintu.
Lexsa mengeram kesal, apa ia tidak bisa lepas saja dari kakaknya yang gila ini, belum cukupkah tadi malam dia di buat terkejut dengan apa yang di dengarnya..
"berhenti menarikku Alex" Alex membeku, rasanya dia tak percaya adiknya, gadis ini memanggilnya dengan nama kecilnya, tidak ada embel- embel kakak lagi. Apa sebegitu bencikah gadis ini padanya..
Alex melepas genggaman tangannya kemudian mengunci pintu kamar mereka, dan membuang asal kunci kamarnya. Lexsa melotot tak percaya, bagaimana dia bisa keluar dari kamar ini sekarang, sedangkan kunci satu lagi ada di dalam kamar yang dia tempati tadi malam
"lo gilaa hah' bentak Lexsa kesal, rasanya sekarang dia ingin menyingkirkan lelaki di depannya ini, lelaki yang sudah berhasil membuatnya tidak tidur semalaman karena memikirkan semua yang lelaki ini lakukan padanya..
"jangan abaikan Aku Lexsa"ucap Alex kesal, dia tidak bisa membiarkan adiknya ini menjauh darinya, bayangan adiknya bersama pacar yang tidak dicintai itu berhasil membuatnya ingin membunuh pewaris perusahaan Corner. rekan bisnis orang tuanya, rekan bisnis yang sangat brengsek karena itu juga dia takut, orang tuanya akan setuju kalau gadisnya ini memiliki hubungan lebih dengan rivalnya itu.. dia tidak bisa membiarkan itu terjadi, membayangkannya saja sudah membuatnya hampir gila.
Lexsa menatap kesal lelaki di depannya, semakin dia mundur semakin lelaki ini mendekat kearahnya. Lexsa menatap tak percaya saat tangan kakaknya ini menyentuh pipinya membelainya lembut. Dia tahu apa yang akan terjadi tapi dia tidak bisa menyingkirkan tangan kakaknya,, dia menikmati sentuhan lembut ini, tubuhnya menghianatinya..
"I lovE you, As i've said. This feeling increasingly abused. Can not you take it just."Lexsa menegang mendengar ucapan kakaknya.. semakin dia ingin mundur nyatanya tubuhnya juga ikut mendekat kearah kakak nya, sampai apa yang dia hindari dari tadi itu terjadi.
Kakaknya lelaki ini menciumnya lagi, rasanya manis, saat benda kenyal nan lembut itu menyentuh bibir merah mudanya.. menyecapnya lembut, melumatnya lembut.. dia sudah tenggelam dalam pesona seorang Alex Wilshon, pesona kakaknya..
Alex tersenyum senang dalam ciumannya, adiknya tidak berusaha menolaknya, adiknya membalas ciumannya.. Lexsa terkejut saat kakaknya semakin memperdalam ciuman mereka.. entah sejak kapan tubuh mereka sudah berada di atas ranjang.
Ini salah, semua ini salah.. Lexsa ingin menghentikan semua ini, dia tidak bisa membiarkan tubuhnya terus tenggelam dalam
sentuhan yang di berikan lelaki ini.
PLAKKKK
Alex menatap tak percaya, adiknya menamparnya, saat dia mencium nya lagi, saat dia berpikir kalau gadis ini sudah menerimanya.. tidak dia tak mungkin salah. Ada sekelebat perasaan resah dalam tatapan Alexsa . adiknya, gadisnya ketakuan.. apa dia takut kalau orang tua mereka tahu.. atau Corner
"menjauh dari ku... Brengsekk" Alex menatap tak percaya apa yang di dengarnya, adiknya mengumpat kepadanya.. apa dia tak salah dengar..
Sesuatu yang bergetar di antara paha Alexsa, berhasil mengalihkan perhatiannya, disana ada Handphone adiknya dalam kantong celana jint pendek Alexsa.
Alex mengambil paksa benda persegi pipih itu.. tapi sepertinya gadis dibawahnya ini bersikeras menahannya dengan tangannya yang bebas,, Alex semakin penasaran siapa sebenarnya yang menelpon Alexsa pagi-pagi begini..
ALCIO
Alex menatap tak suka kearah layar yang menampilkan nama dari rivalnya itu. Beraninya lelaki itu menelpon adiknya. Dan itu juga menguatkan dugaannya. Gadis ini bukan takut pada orang tua mereka. Tapi dia tidak ingin menyakiti rivalnya..
Alex menatap tak suka.. seolah memang nasib benda pipih di tangan nya ini untuk hancur lagi dan lagi.. Alex mengangkat tangannya membanting keras ponsel di tangannya sampai tak berbentuk lagi. Lexsa menatap tak percaya. Ponsel kesayangannya, kini hancur tak berbentuk
"Berani nya Kau .... Plakkk" kedua kalinya tidak tapi ini ketiga kaliya, Alexsa menamparnya. Tapi rasanya kali ini dia benar-benar marah,, apa adiknya marah karena benda pipih yang sudah tidak berbentuk itu atau karena lelaki itu.
"KENAPA LELAKI ITU MASIH MENGHUBUNGIMU" Lexsa melebarkan matanya terkejut, dengan teriakan kakaknya tepat di depan wajahnya. Rasanya tangannya sudah merah akibat memukul wajah lelaki di depannya ini. Mana mungkin sekarang dia menamparnya lagi.
"dia pacarku.. dia berhak menelpon ku kapanpun dia mau" Lexsa menatap takut dengan Ekpresi penuh amarah yang di perlihatkankakaknya. Tapi dia tidak boleh takut atau semua ini tidak akan pernah berakhir..
Alex menatap kesal,, dia sudah tidak tahan lagi, dengan kasar dia kembali mencium adiknya, tapi kali ini dengan kasar, dia tahu dia telah menyakiti Alexsa , tapi dia tidak bisa membiarkan adiknya menyebut lelaki itu sebagai kekasihnya.
Lexsa berusaha mendorong tubuh kokoh lelaki di atasnya. Rasanya bibirnya sudah bengkak sekarang. Ini bukan ciuman yang dia inginkan.. dengan kesal Lexsa menggigit keras bibir kakaknya, sampai dia bisa merasakan darah yang keluar dari luka yang dia perbuat. Tapi bukannya berhenti. Alex semakin menciumnya kesal, kini ciuman itu sudah bercampur darah,.. rasanya aneh.
Tapi_
Lexsa menatap tak percaya, kakaknya menangis. Kakaknya menangis saat menciumnya. Rasa nya sakit, entah perasaan apa ini, tapi yang dia tahu ada bagian dari hatinya, yang sakit saat merasakan air mata itu jatuh.
"tidak bisakah kamu menerimanya. tidak bisakah kamu hanya menjadi milikku" Lexsa menegang, kata-kata itu terdengar begitu frustasi...
"sakit, rasanya begitu sakit. Sakit sakit" lelaki ini terus saja mengucapkan kata-kata itu sambil memposisikan kepalanya di antara leher dan bahunya..
"kenapa harus dia yang menjadi kekasih mu, kenapa bukan aku." Pelan tapi pasti Lexsa membalas pelukan kakaknya. Lelaki ini terlihat begitu lemah dan rapuh , dan itu semua karena dirinya.. ini karena dirinya..
"ini salah kak, kita harus menghentikan ini" ucap Lexsa pelan masih mengelus lembut rambut kakaknya.
"kenapa kamu harus marah saat aku ingin menyingkirkannya. Kenapa kamu tidak membiarkannya, seperti biasanya"lanjut Alex tanpa memperdulikan ucapan adiknya. Alex turun dari atas tubuh Lexsa dia tahu, mana mungkin adiknya akan sanggup menahan berat tubuhnya.
"kakak tidak boleh mengotori tangan kakak, jangan lagi" Lexsa berusaha menjawab setiap keluh kesah kakaknya.
"aku ingin menyingkirkannya,, " lanjut Alex sambil terus menenggelamkan kepalanya di antara bahu Lexsa,, dan memeluknya dari samping
"aku tidak ingin kakak membunuhnya" balas Lexsa, Alex mengangkat wajahnya, bekas airmata yang mulai mengering masih terlihat di pipinya.. Mata sembab itu menatapnya marah
"jauhi dia, tinggalkan dia, atau aku yang akan menjauhkannya dari mu"Ucap Alex tak ingin di bantah
Lexsa menatap tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, tapi darah yang masih tersisa di bibir kakaknya membuatnya menyentuh luka yang dia buat itu.
"mana mungkin aku bersamanya, saat disini sudah ada orang yang akan siap membunuhnya, kalau aku bersamanya. Bagaiman aku bisa berhubungan dengannya lagi, saat aku bahkan tak bisa di sentuh olehnya walau hanya berciuman dengannya."Alex menatap tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Tapi dia tahu kata-kata itu menyakiti adiknya..
"jauhi dia,! kamu milik ku , Alexsa, kamu milikku. Biarkan dunia menentang keputusanku, aku menginginkanmu. Walaupun kamu ingin melarikan diri dari ku sekalipun, aku akan kembali mengejarmu, menangkapmu, mengurungmu tetap disampingku" Lexsa menghela nafas lelah, ini sudah terjadi, dia tidak bisa mencegahnya, dia tidak bisa menghentikannya.
Terasa takdir mempermainkannya. Mempermainkan perasaan mereka. Entah sampai kapan mereka bisa menyembunyikan hubungan terlarang ini dari dunia . sebaik-baik mereka menyembunyikan bangkai, bau busuknya pasti akan tercium juga.
ALEX PROV:
Entah kapan posisi kami berubah. Mungkin aku terlalu sibuk mangaturnya. Sampai sekarang bukan aku yang menenggelamkan kepalaku diantara lehernya. Malah dia yang memposisikan dirinya di atas lengan ku..
Matanya terlihat lelah. Ada lingkaran hitam di sekitar matanya.. walaupun mata itu terpejam, aku tahu dia pasti tidak bisa tidur semalam. Dan itu karena ulah ku.. sekarang aku menyakitinya, nantipun aku akan menyakinya, hubungan yang tidak bisa di umumkan ke hadapan publik, dia pasti akan tersakiti karena itu..
Aku tahu ini masih terlalu pagi, tapi aku tidak ingin capek-capek melihat jam dinding di kamarku, hanya untuk memastikan ini jam berapa. Karena entah berapa lama lagi aku masih sanggup menahan mata ku untuk tetap terjaga, karena sepertinya aku juga akan ikut tertidur sepertinya.. gadisku
Rasanya Aku suka dengan sebutan itu "gadis ku" ya dia milikku hanya milikku.. dulu, sekarang dan nanti. ..
***