App herunterladen
15.85% My Possessive Brother / Chapter 13: Bab 13. Alcio

Kapitel 13: Bab 13. Alcio

kejadian kemarin benar-benar menguras pikiranku sampai hari ini, entah apa yang merasukiku sampai aku harus melewati lorong itu. padahal aku tahu kami tidak lewat sana dari tadi. yang lebih gila lagi, kenapa gadis itu harus memenuhi pikiran ku.

ck!!,, dia benar-benar membuatku gila.

Flashback

" Al,. ngapain lewat sini oi, sepi amat lagi" protes Davit yang masih berjalan di sampingku.

" brisik amat lo, kayak emak mak" balasku kesal

" emak emak kepala lo, " balas Davit sambil mendelik kesal ke arahku. yang kubalas dengan tatapan tak peduli,

" kalau nanti kita nyasar, gue gak mau ya, kalau nanti malah ketemu sama kepala sekolah sini, trus di laporin ke kepala sekolah kita, trus dihukum, no no no... gue gak mau di hukum bersihin toilet sekolah yang laknat itu" ocehnya panjang lebar, aku memutar bola mata ku acuh, sambil mempercepat langkahku mencari keberadaan Lexsa.

Siapa yang berani menghukum mereka memangnya.

dasar Aneh!

" oi.. bangsat lo, gue di cuekin" omel Davit tak terima.

terus ku telusuri lorong itu, tanpa memperdulikan Davit yang masih mengerutu kesal dibelakang ku. ku akui Davit benar, kami bisa saja tersesat disini mengingat sekolah ini sangat besar dan luas. jujur aku merasa sedikit was was, kalau kalau nanti kami akan bertemu dengan kepala sekolah disini yang rumor katanya sangat mengerikan.

bukan takut dihukum. kalau ketahuan dilaporkan ke kepala sekolah kami.

tapi ketahuan orang tua lebih mengerikan rasanya

"BERANINYA KAU" teriakan yang sangat nyaring. pikirku.

"ahh masak bodo.. niat ku hanya mencari Lexsa.. bukan ikut andil dalam hal yg gak penting itu" pikirku.

tapi siall. kaki ku malah menyeret ku ke arah suara itu. terus menyelusuri lorong ini.

" oi... mau kemana lo" teriak Davit di belakangku. aku masih melangkah meninggalkannya yang masih heran dengan tingkahku. aku saja heran sebenarnya aku mau kemana.

" teriak saja sayang, tidak akan ada yang mendengarmu" sayup- sayup aku mendengar suara itu lagi tapi kali ini suaranya lebih pelan.

" jangan salahkan kami sayang, salahkan kakakmu yang sombong itu, Ck! dia pikir dia siapa, Berlagak bagai pangeran, berpikir semua gadis di sekolah ini memujanya" suara itu terdengar makin dekat.. suaranya seperti orang yang menahan amarah.

ku langkahkan kaki ku makin cepat, penasaran akan apa sebenarnya yang terjadi.

rasa penasaranku benar benar mengalahkan keinginanku untuk segera keluar dari lorong ini.

" lepaskan sialan!!. lo pikir lo siapa hah, kak Alex pasti tidak akan melepaskan kalian, gue pastiin gue akan tendang kalian dari sekolah ini" ucap suara itu marah.

jelas sekali kalau itu suara perempuan. tapi kenapa terasa tidak asing lagi di telingaku. aku berhenti di lorong yang nampak bercabang itu. segera ku cari sumber suara yang menrik ku kesini.

" sebelum itu terjadi sayang, bagaimana kalau kita bermain main dulu"

tepat di depan mataku, beberapa orang siswa yang aku yakin siswa IHS, mendekap seorang gadis yang terus meronta-meronta ingin di lepas.

" bukan nya itu lexsa" Davit berucap pelan di samping ku

ooh shitt..!!. mata ku melotot sempurna setelah sadar siapa gadis yang sedang di cekat oleh beberapa siswa itu.

Alexsa..

" SIALAN LO, SIAPA LO HAH"

sialll!!!!.

dengan cepat ku tendang salah seorang siswa yang mendekap mulut Lexsa, sampai dia tersungkur dilantai, di ikuti dengan merosotnya tubuh Lexsa . tubuh indahnya jatuh mencium dinginnya marmer.

mataku melotot sempurna, Lexsa hampir kehilangan kesadarannya.

" Siall!!! BERANINYA KAU MENYENTUH GADISKU " teriakku .

ku tonjok, ku tendang. aku benar benar membabi buta. tidak peduli orang yang mendekap Lexsa tadi akhirnya mati ditanganku atau berakhir di UGD.

tapi ternyata dia cukup mahir, dari tadi dia masih bisa menghindar ataupun membalas pukulanku.

" aaaa , gue gak nyangka ada hiburan di sini" ucap Davit yang terus memukul lawannya yang terus melawan. sepertinya dia kesenangan. .

akhirnya lawanku kembali mencium lantai, aku menyeringai senang. kembali ku tendang dia dengan sekuat tenaga, dia merintih kesakitan.

"SIALAN!!. apa yang lo lakukan sama adik gue hah?". suara teriakan itu berhasil mencuri perhatianku, tanpa sadar seseorang yang sejak tadi kuhajar menghajarku balik.

BRuKK. BRAKK.

" sial!!!, gue lengah" . umpat ku dan beralih melawan nya. membiarkan begitu saja seorang siswa yang mendekap Lexsa tadi, yang berusaha untuk berdiri.

dia masih punya tenaga rupanya, cihh!!

" BERANINYA LO SENTUH ADIK GUE, BAJINGAN !! " teriak Alex lagi. rupanya dia kembali menghajar siswa tadi. sepertinya dia cukup kenal dengan siswa itu.

ku lemaskan jari jari tanganku, sesaat setelahku pastikan lawanku sedah menyerah, rasa nyeri di wajahku, dan dibagian tubuhku yang lain tidak ku hiraukan. aku beralih mendekati Lexsa yang masih terduduk dilantai memperhatikan Alex yang membabi buta menghajar lawannya, yang nampak sudah sangat menyedihkan

" lex .. sudah . lo mau bunuh dia" ucap seseorang yang ku tahu aku pernah melawannya di lapangan basket. namanya kalau gak salah Dion.

seperti kesetenan, Alex terus menghajarnya tidak memperdulikan teriakan dari Dion. yang mencoba menahannya.

" Lexsa lo gak apa kan" tanya ku menyisakan Alex yang masih dengan amarah nya.

Lexsa hanya mengangguk, sebagai jawaban.

" BAJINGAN LO. MATI LO" Teriak Alex lagi.

seolah tersadar sepenuhnya. Lexsa langsung melihat keadaan kakak nya yang sudah disulut emosi, sebisa mungkin dia kumpulkan kekuatannya, aku tahu dia ingin menghentikan Alex, yang sekarang sudah tersulut emosi

" kak" ucap Lexsa lemas. namun itu cukup menyadarkan Alex, ku lihat dia mengalihkan pandangannya dari lawannya dan menatap Lexsa dan juga menatapku tajam. seperti ingin bilang ' jangan sentuh adek gue".

" Lexsa's complek ehh" pikirku

dengan cepat Alex langsung melepaskan lawannya yang sudah hampir pingsan dengan kondisi berlumuran darah. dan beralih menuju ke tempat Lexsa, tampa melihat kearah ku.

" bilang terima kasih kek, gue udah nolongin adek lo" ucapku dalam hati,

mana mungkin aku benar benar mengucapkannya , yang ada aku menjadi sasaran amukannya selanjutnya

" ayo kita pulang,"ucap Alex, sambil mengendong Lexsa. . kemudian menatap Dion.

"lo urus mereka" ucap Alex pada Dion, sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan kami.

END flashback:

" oi, melamun aja lo" sentak Davit yang sedang mendrible bola nya asal. sambil sesekali berputar putar ala orang yang sedang bermain basket di depan Al.

" hn" hanya jawaban ambigu itu yang keluar dari bibir AL . Davit menggeram sebal melihat tingkah laku kawannya itu.

" lo ingat Lexsa kan" tebak Davit sambil tersenyum jahil.

reflek !!. Al langsung menatap Davit tajam. dengan aura dingin yang mengintiminasi di sekitarnya.

" oo santai brada, gue cuma asal tebak" balas Davit sabil mengangkat satu tangannya tanda menyerah.

" tapi gue lihat dari respon lo sepertinya tebakan gue benar yaa" lanjut Davit sambil masih dengan senyuman jahilnya.

" kau cari mati" balas Al sambil mendelik tajam tanda tak suka.

Shii!!! kenapa tebakannya benar.

cihh!!!.

" kalau memang lo kawatir dengan keadaannya, kenapa lo gak jengukin dia aja." saran Davit, sambil memasang wajah seolah sangat serius.

" atau lo takut sama kakak nya hahahahaha" lanjut Davit sambil tertawa terbahak bahak.

sedangkan Al yang mendengar ejekan itu, langsung mendelik marah.

" apa kau lupa hah, gue bahkan gak tahu dimana rumah nya" balas Al sambil menekan suaranya agar tidak langsung berteriak di depan muka Davit.

Davit yang mendengar nada suara temannya itu, langsung tertawa lepas sehingga beberapa orang menatap kearahnya heran.

Al yang mendengar itu, langsung menekuk wajahnya kesal. dan menatap Davit seolah ingin membunuhnya.

cihh!!! kau cari mati.

"ok ok " Davit langsung mengidik ngeri melihat tatapan temannya.

mengerikan.

'"huuh .. lebih baik lo gabung lagi sama kami. " saran Davit sambil mengalihkan pandangannya kearah anggota Tim basketnya yang sedang bermain di tengah lapangan.

karena merasa diabaikan oleh Al yang mulai asik lagi dengan dunianya, Davit menggeram kesal.

" trus ngapain lo, ngundang anak-anak ke sini, main di lapangan basket ni komplek.. kalau lo malah bengong disini," ucap Davit frustasi sambil menaikkan satu oktaf suaranya.

ya sekarang Davit,Al dan beberapa anak Tim baskes mereka, sedang berkumpul di lapangan basket komplek perumahan Al dan Davit, yang kebetulan mereka tinggal di komplek yang sama.

Al yang merasa tersindir oleh omongan Davit, yang mengunggkit ungkit siapa yang mengundang Tim basket mereka kesini, mendelik kesal.

" ok ok gue ikut main lagi" ucap Al pastrah. melihat Davit yang masih kekeh ingin mengganggunya.

" gitu dong dari tadi, gue janji deh, gue bakalaan bantu lo cari informasi tentang Lexsa, lo tenang saja, ok haha" ucap Davit usil, sambil merangkul bahu Al akrab.

" cihh .. kau menyebalkan dav" balas Al. kesal.

Davit yang mendengar ucapan temannya itu langsung terkikik geli.

***

seorang gadis cantik bersurai hitam nan indah, sedang terduduk diatas ranjangnya, sambil menatap tajam ke arah pria yang sedang terduduk di depannya, tangannya yang sedari tadi terlipat di depan dadanya, semakin menambah kesan kesalnya sekarang.

" kenapa jadi Lexsa yang di labrak sama tu senior, pokoknya aku gak terima." ucap Lexsa setengah berteriak dengan mata menatap tajam kearah lelaki di depannya.

" hy tenanglah, kakak akan mengurus mereka" ucap Alex mencoba menenangkan Lexsa, walaupun masih tidak ingin terlaku dekat dengan gadis di depannya ini, takut dengan amukannya.

" kenapa masalahnya dengan kak Alex, tapi Aku yang kenak" balas Lexsa masih tak mau kalah.

" Lexsa please, berhentilah mengulang kata kata itu sedari tadi" balas Alex sambil mendesah frustasi.

mendengar ucapan Lexsa yang entah sudah berapa kali di ulangnya.

" jadi kakak gak marah sama mereka yang hampir menghancurkan Lexsa" ucap lexsa sambil mengkerut kesal.

kapan ini selesai,, oo god, apa dia tidak bosan mengulang kata kata itu dari tadi.

" jadi kamu mau kakak apakan mereka Princes" balas Alex sambil memasang wajah serius. seolah ingin mengakiri perdebatan yang sudah berlangsung dua jam ini.

mendengar itu Lexsa langsung menampilkan senyum sumbringahnya dengan wajahnya yang berseri seri.

semudah itu, kalau tahu itu kata kata yang ingin didengar nya, sudah dari tadi ku ucapkan. hhh kau benar-benar menyebalkan kali ini Lexsa" Alex membatin kesal tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

" aku gak mau melihat mereka lagi" ucap Lexsa sambil memasang wajah evilnyaa.

gak perlu di bilangpun, mereka pasti gue tendang dari sekolah.

"kakak janji kan" tanya Lexsa sambil. memasang tatapan menuntutnya.

" kakak bisa pastiin kan" tanya Lexsa lagi.

ternyata dia masih dalam masa menyebalkannya.

Alex merutuk frustasi melihat tingkah saudara perempuannya itu.

" sayang, apa kau lupa kalau itu sekolah milik keluarga kita, kita bisa menendang siapa saja dari sana." ucap Alex dengan menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

" oo iyaa kok aku lupa ya" balas Lexsa tampa rasa bersalah dengan wajah polosnya seolah olah tak merasa bersalah telah membuat Alex hampir gila karena dirinya.

melihat tampang polos serta bodoh yang di terpajang jelas di wajah Lexsa, Alex menghela nafas frustasi. sambil menggeleng gelengkan kepalanya heran

resiko punya adek lemot


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C13
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen