***
Sebuah mobil mewah memasuki gerbang IHS dengan terburu-buru, cukup untuk menarik perhatian beberapa anak ekskul yang sedang berada di sekolah saat hari libur. Walaupun suasana sekolah saat ini tergolong sepi tapi tetap saja dua orang yang baru saja selesai memarkirkan mobil mereka di bawah pohon yang cukup rindang dan tempat yang paling dekat dengan gedung olahraga ahirnya mereka keluar dari mobil tersebut dan berjalan cepat menuju gedung olahraga yang sukses mendapatkkan tatapan keingin tahuan yang sangat kentara dari beberapa pasang mata yang melihat mereka.
Pintu ruang lapangan basket tergeser pelan, membuat beberapa pasang mata melihat kearah mereka. Bahkan anggota Tim basket yang sedang latihan saja langsung mengalihkan pandangan mereka ke objek yang sudah mereka tunggu-tunggu sedari tadi. Dan kembali bisikan-bisikan yang cukup keras itu kembali terdengar mengganggu gendang telinga mereka.
apa mereka habis berkencan..
sepertinya begitu, bahkan mereka memakai topi yang sama. dan juga tangan mereka saling bergandengan
kapan mereka putusnya.
oh GOD mereka terlihat sangat cocok.
gumam beberapa anak cheal, dan juga anak Basket yang memang sedang latihan disana. Alex yang mendengar itu mendelik tajam kearah mereka, membuat mereka langsung diam dan kembali melanjutkan latihan mereka yang sempat terhenti tadi, Kapten mereka yang satu ini lebih menakutkan dari Pak Romi kalau sudah marah.
"ALEX"
Langkah Alex dan Alexsa langsung terhenti mendengar teriakan Pak Romi dari ujung lapangan, Lelaki dengan perawakan yang cukup Tinggi itu menatap tajam kearah mereka khususnya Alex yang membuatnya langsung sadar telinganya akan memanas sebentar lagi.
" habis lah kak alex" bisik Lexsa saat melihat Pak Romi yang sekarang sedang mendekat kearah mereka, dengan ekpresi marah yang sangat kentara.
" kamu tahu, sekarang jam berapa" Pak Romi menatap mereka tajam anak didiknya yang kembali berulah. Dan kali ini kenapa harus kapten timnya yang seharusnya ada dilapangan sejak mereka memulai latihan tadi.
" iya pak" jawab Alex sopan, ak Romi menghela nafas jengkel menatap Alex yang mengangguk sopan. Tapi tangan remaja lelaki yang saling bertautan didepannya ini malah membuatnya geram. Apa tangan itu tidak akan terlepas dia bahkan bisa melihat Alex yang menggenggam tangan gadis di depannya ini cukup erat.
" kenapa kamu telat? " berusaha untuk mengabaikan fakta itu, Romi kembali menanyakan anak didiknya perihal remaja ini terlambat yang padahal dia sudah tahu pasti ada hubungannya dengan Alexsa.
" em itu karena_" Alex berfikir keras, alasan apa yang paling cocok sekarang_
"bilang saja kak, kalau kakak baru siap di hukum adek nya" bisik Lexsa, yang sukses membuat Romi menatap mereka geram
" cari mati" balas Alex sambil menatap tajam Alexsa, yang dibalasnya dengan cengiran tampa dosa oleh Adiknya.
" Apa kalian bisik- bisik." Romi yang melihat itu mendengus jengkel, dia seolah tidak terlihat didepan dua anak manusia yang sedang berbisik-bisik didepannya. Alex yang mendengar jelas nada etidak sukaan dari pelatih didepannya sebisa mungkin langsung mengalihkan fokusnya menatap pelatihnya kembali. Walaupun sebenarnya dia lebih berminat mendebat Alexsa sekarang.
"gak ada pak" jawab Lexsa, sedangkan Alex menganggukkan kepalanya. Kembali Romi mendengus Jengkel kompak sekali pasangan didepannya ini. Tapi_
" Alexsa ngapain kamu masih disini". Mengapa dia tidak mengusir gadis itu sedari tadi saja.
akhirnya gue di usir juga sama ni guru
"em " Alexsa tersenyum sallah tingkah, sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal. Inggin segera pergi dari sini tapi hatinya malah tergelitik ingin melihat dengan jelas Alex yang akan mendapat teguran dari pak Romi
" hehe iya pak, saya permisi dulu pak." pamit Lexsa
Dia mana tahan dengan tatapan pak Romi yang seolah ingin dia menghilang saat itu juga. cepatan sana, saya mau memberi hukuman sama kakak kamu yang satu ini.
"hati hati ya kak" bisik Lexsa, tepat ditelinga Alex sebelum pergi meninggalkan Alex yang masih menatapnya jengkel, sayangnya Alex malah masih sempat-sempatnya menahan tangannya membuat Pak Romi semakin melotot kearahnya.
Dia ditinggal!
"jahat banget lo dek" balas Alex, Alexsa merotasikan matanya malas. Kakaknya drama sekali.
"alay lo kak" balas Lexsa lagi, sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan Alex yang akhirnya di introgasi oleh Pak Romi. dan memilih berjalan ke ujung lapangan dimana anak cheerliders sedang istirahat.
disana sudah ada Bella yang sedang meminum minumannya, sedang di sebelahnya ada Tania yang masih satu angkatan dengan Alexsa hanya beda kelas saja, dan dia tidak mellihat Salsa disini, kemana sahabatnya yang satu itu.
"Hy Bella" Sapa Alexsa saat posisi mereka sudah dekat.
" Hy bocah ingusan. ngapain lo disini. " Ah Sial, suara tidak menyenangkan siaa itu lagi. semoga saja bukan nenek sihir
Alexsa memalingkan pandangannya ke belakang, dan benar saja itu Karin didepannya menatapnya sinis seolah siapp kapan saja menghajarnya. Ah sial sial, dia lupa neneh sihir itu juga ada disini. sepertinya do'anya untuk dijauhkan dari manusia-manusia jahat tidak di kabulkan hari ini.
" hn " Alexsa menjawab malas padahal dia lagi senang hari ini tapi kehadiran Karin cukup membuat moodnya hancur seketika. Menatap tajam pelaku perubahan Moodnya Alexsa langsung mengubah ekspresi riangnya menjadi tenang namun sinis, ekspresi yang sering Dia tampilkan kepada orang yang tidak Dia suka.
" Hy Alexsa, lo datang bareng Kak Alex ya. " suara Bella yang mengalun tenang di belakannya membuat Alexsa langsung menata gadis itu senang, sepertinya Dia punya rencana yang bagus untuk membuat si nenek sihir marah. Sekaligus mengusir Karin kalau bisa.
" iya ni aku datang bareng Kak Alex, tu dia lagi main. " balas Alexsa seriang mungkin sambil menunjuk ke arah kak Alex yang sudah selesai di introgasi sama pak romi, yang sebenarnya malah terlihat terlalu Riang dimata Bella yang jelas melihat perubahan Mood Alexsa saat kedatangan Karin tadi.
" sial, gue di cuekin. awas lo bocah tak tahu diri" geram Karin yang sukses membuat Alexsa ingin tertawa riang sekarang juga, tapi amarah Karin itu belum cuup membuatnya puas, tetap mengabaikan Karin seperti rencana semula Alexsa kemudian mulai kembali asik berbincang dengan Bella, yang kemudian mengajaknya duduk di samping kanan Bella. Sedangkan disamping kiri Bella sudah ada Tania yang seolah tidak terusik dengan kedatangannya, gadis itu terlalu Cuek dengan sekitarnya. Tapi siapa yang mau peduli tentang itu, nyatanya membuat Karin marah adalah hal paling menyenangkan untuk dia lakukan sekarang. Dia masih ingat kok saat Karin mempermalukannya di tengan kantin kemarin, dia tidak akan lupa.
kesel kan lo nenek sihir, lagian siapa suruh muncul siang- siang begini.. hahaha
" kira-kira kak Alex dapat hukuman apa ya. karena telat" tanya Bella, sambbil matanya Fokus menatap Reno yang sedang berlatih ditengah lapangan bersama yang lainnya.
''entah gue gak tahu, semoga saja gak terlalu berat. " Jawab Lexsa, dia juga khawatir kakaknya akan mendapat hukuman yang berat. Bagaimanapun juga Alex itu saudaranya.
" kirain lo bakalan do'ain kak Alex dapat hukuman yang berat tadi" Bella terkekeh geli dengan ucapannya sendiri, membuat alexsa menatapnya heran. Alexsa pasti berpikir dia tidak sadar dengan perang dingin antara Alex dan Alexsa.
" kalian kan perang dingin kemarin. " . lanjutnya yang membuat Lexsa mengangguk mengerti ternyata terlihat jelas sekali ya, dia dan Alex sedang ada masalah.
" hehe, kami udah baikan kok" Alexsa terkekeh pelan, pasti semua sahabatnya melihat jelas perang yang merea ciptakan. Padahal dia sudah berusaha untuk tidak membuatnya sejelas ini.
" Hy. urusan kita belum selesai ya.. " ucapan Karin yang penuh emosi seketika membuat Alexsa mendengus jengkel, Mengapa gadis pengganggu ini tidak pergi saja dari hadapannya.
ngapain sih ni nenek sihir, ngerusak suasana saja.
" ngapain aja lo sama Alex, gara-gara lo dia dimarahi Pak Romi. " Lanjutnya
gue tahu kali itu karna gue. gak usah di ingatin juga kali.
" itu bukan urusan lo". Lexsa menatap tak suka Karin yang jelas sekali ingin mencari gara-gara dengannya disini. Padahal dia sudah berbaik hati mengabaikan gadis itu sedari tadi.
" tentu saja itu jadi urusan gue, karena lo sudah berani dekat-dekat dengan Alex" ucap Karin penuh emosi, apa yang akan terjadi pada Karin kalau dia beritahu seberapa dekatnya dia dan Alex. Dia tidak yakin Karin masih bisa berdiri tegak setelah mendengarnya. Tapi sebelum itu apa boleh dia mengoleskkann cabe rawit extra pedas kemulut Karin, tangannya benar-benar gatal ingin melakukannya sekarang.
" memangnya lo siapanya kak Alex.. " balas Alexsa menantang yang langsung disambut dengan senyum percaya diri oleh Karin yang sukses membuat Alexsa ingin menampar gadis didepannya saat itu juga.
" gue” Karin menunjuk dirinya Angkuh sebelum melanjutkan. “oo tentu saja gue calon pacarnya" Lanjutnya yang sukses membuat Alexsa ingin menendang gadis ini ke planet mark.
Cabe-cabean sialan
" calon hahaha " Lexsa tertawa sinis mengejek Karin dengan begitu kentara. Dia heran bagaimana mungkin saudaranya bisa ditempeli oleh Karin, kasian sekali.
" cabe kayak lo gak pantas jadi pacar nya" Ucapan Alexsa kalli ini berhasil membaut Karin menatapnya tajam. Dia diragukan sebagai calon pacar Alex dia benar-benar marah disini, di sekolah ini hanya dia yang pantas mendekati pangeran sekolah.
" gue lebih pantas dari pada lo, gue yang lebih dulu kenal dia bukan lo.. " balas nya setengah berteriak. Alexsa memutar matanya bosan, padahal dia sudah mengenal Alex sejak dia masihh kecil. Tapi Karin malah mengeklam sesuatu yang tidak masuk akal, apa boleh dia tertawa disini?.
'lo duluan yang kenal sama kak Alex gak salah, gue duluan kali. Dari dalam kandungan juga gue udah kenal sama dia, dasar cabe gak bisa lihat apa kalau kami ini saudara sedarah'.
'Dasar buta_'
"gue ingatin sekali lagi, jangan lo dekatin Alex. Atau_”
" atau apa. " potong Alexsa cepat dia sudah muak dengan ancaman tidak bermutu Karin ". lo mau hajar gue. " Lexsa mendengus jengkel. Beberapa pasang mata bahkan sudah melihat mereka penuh minat, mereka kembali jadi pusat perhatian dan semua ini karena ulah Karin Billiendra
" lo bukan lawan yang seimbang untuk gue cabe" lanjut Lexsa sambil tersenyum remeh.
" lo_ " Karin mendelik marah, tentu Dia tidak terima diremehkan begitu saja disini. Tidak oleh gadis yang bahkan lebih muda darinya ini. Karena Itu_
" AUUUUU_ lepasin rambut gue cabee.. " Karin lebih memilih menjambak rambut Alexsa keras samppai gadis itu sadar dimana posisinya. Tidak tahan dengan rasa sakit dikepalanya Alexsa mendendang kuat Kaki Karin.
“Sial! HY” dan kemudian balas menjambak rambut Karin sekuat mungkin, kalau bisa sampai rontok saja dia buat.
" hy lo ngerusak rambut gue, dasar tomat busuk.. "
Panggilan itu lagi_
Ck!! sial dia malah panggil gue dengan nama sialan tu lagi, cari mati emang ini anak.
Alexsa menggeram jengkel, dengan sekuat tenaga di tariknya Rambut karin lebih kuat lagi. Tidak peduli dengan mereka yang pasti sudah menjadi pusat perhatian sekarang, bahkan dia bisa mendengar terikan melengking Bella yang menyemangatinya dan berdebat dengan Shion yang sepertinya ingin membantu Karin.
Teriakan Karin dan suara Heboh Bella sukses membuat team Basket yang sedang fokus latihan langsung menghentikan aktifitas mereka, Reno yang mendengar suara Bella dari sana langsung membanting bola ditangannya dan berlari membelah kerumunan. Dia tidak ingin kejadian beberapa hari lalu terulang kembali, walaupun gadis manis itu tidak terluka. Tapi tetap saja dia khawatir_
" nenek sihir kurang ajar" Geram Lexsa masih tidak ingin melepaskan jambakannya walaupun sekarang kepalanya juga sudah sangat nyeri.
" bocah tengik, lepasin rambut gue!" Teriak Karin tidak mau kalah dengan tangan yang masih saja menjambak Rambut Lexsa kuat.
" Alexx, Lexca Lexx. " Daniel yang melihat Reno berlari earah kerumunan itu langsung berteriak heboh memanggil Alex saat sadar disana Alexsa lah yang kembali berulah dengan Karin.
" ada apa" tanya Alex heran, dia terlalu fokus dengan bolanya sampai tidak mendengar semua keributan yang para gadis buat. Daniel menggeleng heran sambil mengatur nafasnya yang masih memburu dia menunjuk kearah kerumunan di ujung lapangan yang seketika membuat Alex melotot tak percaya.
Lagi_
" Lexsa.. " Alex segera berlari keujung lapangan diikuti Daniel dan Xarlly juga Dion di belakangnya. Mengappa adiknya itu selalu saja menjadi magnet masalah, alau seperti ini dia memang harus mengawasi Alexsa setiap saat.
" lama lo Lex" ucap Reno yang memang sudah lebih dulu ada disana, Alex tidak mau ambil pusing saat melihat tangan Reno yang menahan Bella yang memberontak ingin dilepaskan.
" pada kenapa lagi sih tu anak" gumam Alex prustasi saat melihat Lexsa dan Karin yang masih saling menjambak satu sama lain, kalau terus dibiarkan dia yakin adiknya itu akan kesakitan.
" lepasin rambut gue, dasar jalang” teriak Karin lagi, tidak sadar sepasang netra segelap malam sudah menatapnya tajam.
" apa lo bilang_ " balas Lexsa tidak terima dan semakin menarik rambut Karin semakin kuat.
Sial! Tenaga ini bocah
Karin meringis kesakitan, dia tidak menyangka Alexsa akan sekuat ini, kalau begini malah dia yang akan kalah. Ingin kembali membalas tapi tubuhnya langsung ditarik paksa oleh beberapa orang yang sukses membuat jambakannya terlepas kasar.
" lepasin gue, lo pikir lo siapa berani megang-megang gue hah." Karin berteriak murka melihat beberapa Tim Basket malah mengganggu acaranya. Pantas saja tarikannya kuat sekali ternyata para lelaki ini yang menariknya. setelah lepas dari mereka akhirnya Karin langsung berjalan cepat ke arah Lexsa, yang sedang merapikan rambutnya di bantu Bella. Sampai dia tidak sadar siapa yang sedari tadi mengawasinya dengan kabut emosi yang membuncah.
" urusan kita belum selesai, Jalang" teriak Karin sambil mendorong tubuh Lexsa kuat sampai membuatnya oleng dan_
aduh pantat gue, udah kepala lagi pusing ni. tutup mata aja lah.
Tapi sepasang tangan kekar yang melingkar di pinggangnya membuatnya langsung membuaka matanya cepat saat sadar siapa yang menolongnya, Alexsa menatap cemas. Alex pasti akan marah padanya, Dia kembali berulah. Kilatan kejadian saat Alex membentaknya langsung berputar cepat di memorinya yang seketika membuatnya menunduk sedih. Apa Alex akan memihak padanya kali ini.
" kak Alex" Alex melihat itu, wajah cemas yang sangat entara yang membuatnya menerka-nera apa adiknya benar-benar sangat kesakitan. Bahkan suara Alexsa tersedengar sangat lirih.
" sudah main mainnya princess" tanya Alex sambil mengusab pelan kepala Alexsa berusaha menghiangkan rasa sakit di kepala adiknya, tapi mengapa wajah Alexsa semakin menunduk takut. Apa Alexsa takut padanya?
apa dia akan marah lagi, atau dia akan mengadukan ini kepada Mommy dan Daddy. aku sungguh tidak ingin membuat mereka kecewa. aku gak mau dikirim ke Amerika, aku gak mau jauh dari kak Alex. aku takut..
Kak Alex please jangan marah, Lexsa minta maaf.
******