"Pi-pil pe-penyem...buhnya... Ada di saku celanaku," ucap Jiao tergagap dengan suara yang terdengar sangat lemah dari sebelumnya, tidak hanya itu deru napasnya juga terdengar memburu.
"Jangan banyak bergerak, Jiao. Tubuhmu terluka parah," balas Meyleen sembari membantu pria itu membalikkan badannya agar tidak menghadap ke tanah lagi.
"Pilnya..."
Mendengar ucapan menggantung dari pria itu, Meyleen segera merogoh saku celana Jiao dan mengeluarkan botol porselen kecil berwarna putih. Tak nampak sedikitpun mengenai isi dari botol itu.
"Be-berikan kepada Nona Xie Lan, Me-Meyleen," ucap Jiao lagi.
"Tapi kondisimu?"
"Ini bukan apa-apa. Aku bisa kembali pulih nanti," jawab Jiao dengan napas terdengar memburu.
"Nona Xie Lan baru saja sadarkan diri, Jiao. Tenangkan dirimu," ucap Meyleen.
Seketika terdengar hembusan napas lega lolos dari sela-sela bibir pria itu. "Benarkah?"
"Emm.. Sekarang tenangkan dirimu. Jangan banyak bergerak."