***
"Siapa yang bersedia mengejarnya?" tanya Erick. "Dia salah satu prajurit dengan kecepatan berlari yang super loh."
Aiden sudah meremas-remas kepalan tinjunya. Dia melakukan pemanasan. "Aku yang paling cocok untuk mengurusnya," ujar Aiden. Lalu pria itu berlari keluar pintu untuk mengejar jejak prajurit pengkhianat.
Aiden berlari dengan penuh semangat di lorong batu yang panjang. Tempat itu berada di dalam perut perbukitan. Ruangan yang hanya diterangi dengan obor di dinding. Maka ketika Aiden berlari melewati obornya, api obor itu akan padam seketika karena kecepatan berlarinya menciptakan angin di belakangnya.
Dari ujung pandangan yang lurus, Aiden sudah dapat melihat punggung si pengkhianat itu. Si prajurit itu berlari menuju area luar yang bercahaya. "TUNGGU, SIALAN!" Aiden berteriak dengan kesal. Kemudian dia menambah kecepatan berlarinya.
Prajurit itu menoleh ke belakang. Matanya membelalak kaget. "Bagaimana dia bisa mengejarku?" kesalnya.